NovelToon NovelToon
Ayo Kita Bercerai

Ayo Kita Bercerai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Egaa

"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.

"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."

Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Lolia, aku harus bekerja lagi, ayo masuk ke dalam tas" pinta Lilian. Dia bersiap siap untuk melakukan tugas sebagai pembunuh bayaran.

Tupai itu hanya menatapnya. Dia tidak bergerak sesuai permintaan Lilian. Hal tersebut membuat Lilian kesal dan emosi, dia memarahi tupai itu dan berteriak untuk meluapkan amarahnya.

"Tupai sial!! sia sia aku membeli sihir untuk mengubah mu menjadi manusia!! Kau bodoh, kau lemah dan kau payah!!" teriaknya.

Tupai itu langsung takut, dia segera masuk ke dalam tas tanpa berani menatap Lilian lagi. Tupai itu hanya bingung saat berhadapan dengan Lilian, pikirannya melayang mengenang seorang wanita yang tulus saat mengelus tubuhnya di hutan.

Dia sangat merindukan wanita itu.

Sementara itu, di mansion wilayah Celeste. Semua pelayan dan penjaga bekerja semaksimal mungkin saat melayani Kalea. Hal itu membuat pergerakan Kalea kembali terbatas.

Kalea merungut sendiri, dia merasa bosan dikamarnya, tidak ada suara Fiona mau pun Karmila. Padahal dia ingin menyampaikan sesuatu sebelum berangkat ke Isyarh.

"Alasannya pulang kampung.. yang benar saja mereka berdua! Masa pulang kampungnya bersamaan! Awas saja kalau mereka bohong, akan ku suruh.. ngabisin bubur ikan asin tiga mangkuk! Haha!"

Kemudian Kalea menoleh ke arah luar jendela kamar, di sana dia melihat para penjaga sedang membawa kayu dan juga alat bertukang. Mereka menuju ke celah yang sudah rusak itu.

Kalea menghela nafas berat. "Mereka mau menutup celah itu ya.." ucap Kalea. Berhenti sebentar kemudian kembali bicara.

"Sepertinya aku harus membuat celah lain lagi untuk keluar nanti!"

"Celah apa?" tanya seseorang.

Tak lama kemudian, Eiser masuk ke dalam kamar dan berkata lagi. "Ayo kita berangkat.." ucap Eiser.

"Ah..? Iya!" sahut Kalea.

Mereka naik ke kereta kuda, duduk berhadapan sambil tatap tatapan. Tapi kali ini Eiser menatapnya dengan tatapan kesal lalu dia mengalihkan wajahnya ke lain.

'Eh? Apa itu tadi?' tanya Kalea dalam hati.

Hening. Perjalanan itu sangat hening dan sepi, Eiser tidak membuka mulutnya sama sekali. Kalea juga tak mengerti mengapa ia menjadi orang canggung saat berhadapan dengan Eiser. 'Aku memang menyukainya, tapi aku juga tak mengerti jalan pikirannya!'

"Bisnis yang kau bicarakan itu.." Eiser mulai bersuara.

"Ah? Iya.. Bisnis drama teater.." Kalea merespon cepat.

Eiser menatap Kalea begitu tajam. Dia kembali kesal dan menoleh ke arah jendela lagi. "Kau menggunakan celah itu untuk pergi ke tempat itu kan? tempat yang berbahaya seperti itu.."

"Berbahaya? tunggu, apa menurutmu menonton drama teater itu berbahaya?" tanya Kalea.

Eiser kembali menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ah! benar.. Aku tau maksud tatapanmu itu, kau mau bilang begini kan, 'jadi kejadian penculikan itu tidak bahaya? Iya kan kau mau bilang begitu kan!"

Eiser masih menatapnya.

"Oh ayolah Eiser! Penculikan itu beda ceritanya! Orang lain juga bisa di culik kalau mereka lengah!"

Eiser terus menerus menatap Kalea, melipat kedua tangan di depan dada kemudian menghela nafas panjang.

"Intinya keputusan ku sudah bulat, setelah kembali dari Isyarh. Aku akan menyumbangkan sedikit harta ku di tempat itu!"

"Ya.. Karena keputusanmu itulah, dua orang pelayan kesayanganmu di penjara.."

"Dua orang pelayan? Siapa?"

"Fiona.. Karmila.."

"Bukankah mereka.." ucapan Kalea tidak selesai, dia mulai mengingat alasan Fiona dan Karmila sebelum pergi.

'Kami ingin pulang kampung, kami sangat rindu pada ayah dan ibu kami, maaf ya nona, kami tidak bisa mengantar nona saat pergi, kami juga turut berduka cita atas kepergian Tuan Count Fransikar.. nah, kalau begitu kami permisi dulu..' ucap Fiona dan Karmila.

"Mereka tidak bersalah, bebaskan mereka." ucap Kalea dengan tegas.

"Aku tidak bisa berbaik hati pada seorang pelayan, itu bukan sifatku.." balas Eiser.

"Kau kejam, Eiser. Apa masih kurang hukuman yang kau beri waktu itu? Kau memukul betis mereka hingga terluka dan membiarkannya tanpa perawatan luka, bagiku itu bukan hal yang wajar, itu suatu penyiksaan, itu penindasan dari seorang majikan!" tegas Kalea, dia meminta supir untuk menghentikan kereta kuda.

"Itu hal yang wajar, Kalea.."

"Hentikan kereta kudanya!" Kalea berteriak.

Kereta kuda spontan berhenti bergerak.

"Teruskan perjalanan!" tegas Eiser pada supir itu.

Kereta kembali bergerak.

"Eiser!!" Kalea merasa kesal dan emosi.

"Dengarkan aku bicara hingga selesai.."

"Aku tak mau mendengarnya lagi!"

"Kita sedang menuju Isyarh untuk melihat pemakaman ayahmu Kalea! apa kau tidak bersedih dengan kabar kepergiannya, mengapa kau malah mengurusi pelayan yang bukan siapa siapa sekarang?"

Deg! Jantung Kalea berdegup. Bagaimana bisa rasa sedih itu tumbuh? Bagi Kalea.. Count Fransikar, hanya orang asing di dunia ini.

Kalea kembali tenang dan diam.

"Mereka benar benar pulang kampung.."

"Tadi kau bilang.."

"Makanya dengarkan aku bicara hingga selesai.."

"Ya.."

"Fiona dan Karmila sudah menceritakan semuanya padaku. Celah itu mereka gunakan untuk keluar dari mansion ini diwaktu luang mereka, itu pelanggaran pertama yang aku tau.. Kedua, mereka mengajak nona kesayangan sekaligus majikannya ini menggunakan celah yang sama itu untuk pergi menonton drama.. dan yang ketiga.."

"Mereka tidak mengajakku, aku yang meminta mereka untuk membawaku.."

"Aku belum selesai.."

"Ah, iya.."

"Mereka bilang, mereka menyadari ada seorang pria yang melihat ke arahmu, tapi tidak memberitahumu.. Itu kesalahan yang berat, aku ingin saja menghukum mereka dengan hukuman yang setimpal, tapi.. ada satu hal yang perlu kau ingat.."

"Apa itu?" tanya Kalea.

"Mereka berdua rela mengorbankan nyawa mereka untukmu, tepat setelah mereka menerima kabar bahwa kau diculik, mereka segera mencari pelakunya melalui celah itu, akan tetapi mereka salah orang.. orang yang mereka anggap pelaku ternyata salah satu orang dari pemeran drama itu, akibatnya mereka nyaris dihukum atas tuduhan palsu.."

Kalea merasa sedikit terharu.

"Makanya, aku mengembalikan mereka ke kampung halaman dengan hukuman bekerja amal disana.."

"Kerja amal?"

"Aku dengar, kampung halaman mereka, tidak semua sih.. tapi disuatu bagian tempat itu, terdapat orang miskin yang kekurangan sumber makanan, aku menempatkan mereka disana.. Selama satu bulan."

Kalea terharu, dia memeluk Eiser dan berkata. "Terima kasih Eiser, terima kasih!"

Eiser sedikit terkejut dengan respon Kalea yang begitu.

"Kalau begitu, kau juga setuju kan dengan bisnisku?"

Eiser kembali memasang wajah datar dan menatap Kalea dengan tatapan tajam.

"Oh! Ayolah Eiser, kau terlalu kaku! Kau juga punya bisniskan? Dalam bisnis itu, bisa saja kita mengalami keuntungan dan juga kerugian, tapi aku yakin aku bisa mengatasinya, ya Eiser ya? Setuju kan?"

Eiser hanya diam memandang ke arah luar jendela.

"Hah! Menyebalkan!" Kalea kesal.

Perjalanan mereka masih panjang, disuatu sisi lainnya ada Dyroth yang sedang menanti kedatangan mereka. Dia mengenakan cincin permata lain, semua keluarga Era memiliki cincin itu, termasuk dirinya.

"Dyroth.." Marquis Era memanggil Dyroth.

Dyroth segera berbalik menghadap Marquis. "Ayah.."

"Senang bertemu denganmu lagi.." ucap Marquis Era.

"Ya, ayah.."

"Kapan kau akan kembali ke Gior?"

"Belum saatnya ayah.."

"Apa rencanamu masih sama seperti dulu?"

Dyroth menghela nafas, menatap langit biru kemudian berkata. "Entahlah, aku tidak yakin.."

"Ada apa anakku?" tanyanya lagi

"Tidak ayah. Hanya saja, sekarang dia bukan orang yang sama seperti dulu, kini semua rencana ku, hanya akan menjadi pertanyaan saja.."

"Kalau begitu, apa kau mau mengikuti perjodohan yang ibumu siapkan?" tanya Marquis Era.

"Aku akan memikirkannya setelah ini.." jawab Dyroth, dia kembali menundukkan pandangannya memandang cincin permata itu, bergetar seolah mengesan lokasi cincin yang sama mulai mendekat.

"Dyroth.."

"Iya, ayah?"

"Menurut ayah, Kalea memang wanita yang baik, tapi.. dia sudah menikah sekarang, sebaiknya.. kau jangan menunggunya lagi, melangkahlah ke depan.. Jika kau masih berdiri diam ditempatmu sekarang, kau hanya akan melihatnya terus dari belakang.."

Dyroth diam dan hanya menatap ayahnya. Angin pun berhembus pelan. Menyapa lalu membawa semua ucapan mereka ke langit yang cerah itu.

'Benar.. aku tidak perlu melihatmu dari belakang lagi, aku akan melihatmu dengan lebih dekat..' monolog Dyroth.

Dia mengepal erat tangannya kemudian melemaskan tangannya kembali. Countess terlihat sedih di depan peti mati suaminya, tangannya masih di borgol karena dia seorang tahanan sekarang.

"Suamiku..! Suamiku!" Countess menangis.

'Kalea.. aku ingin melihatmu sekali lagi, kali ini apa kau bisa memastikan bahwa kau benar benar Kalea yang aku kenal?' monolog hati Dyroth.

.

.

.

Bersambung!

1
partini
👍
Noorjamilah Sulaiman
permulaan yg Baik....harap2 smpi tamat ceritanya ok....
Nona Egaa: Siap! Pantengin terus ya kak/Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!