Kembalinya Dewa Beladiri
Di Benua Tianlong, tempat di mana para kultivator menganggap kekuatan spiritual sebagai jalan tertinggi, ada satu sosok yang menentang pemahaman itu dan mengubah sejarah selamanya.
Wusheng, Sang Dewa Beladiri, adalah seorang pria yang tidak hanya menguasai setiap bentuk seni beladiri, tetapi juga menciptakan hampir seluruh aliran yang ada di dunia itu.
Ia bukan sekadar petarung, tetapi juga seorang filsuf pergerakan, pencipta teknik, dan guru bagi mereka yang ingin menapaki jalan menuju kekuatan sejati.
Dalam satu ayunan tangan, ia dapat merobohkan gunung. Dalam satu tarikan napas, ia mampu mengendalikan aliran udara di sekelilingnya. Para kultivator menganggapnya sebagai mitos, tetapi mereka yang pernah melihatnya bertarung tahu bahwa ia adalah kenyataan yang lebih menakutkan daripada legenda mana pun.
Di bawah bimbingannya, ribuan murid dari berbagai penjuru benua berkumpul untuk belajar. Para petarung yang dulunya dianggap liar dan kasar kini berdiri sejajar dengan kultivator tertinggi. Ia membuktikan bahwa tubuh manusia adalah senjata terhebat, bahwa beladiri bukan hanya sekadar gerakan, tetapi juga jalan menuju keabadian.
Namun, kejayaan Wusheng tidak selalu membawa kemakmuran. Ketika Benua Tianlong diserang oleh pasukan kerajaan luar yang dipimpin oleh seorang tiran dengan kekuatan spiritual tak tertandingi, hanya Wusheng yang mampu menghadapinya secara langsung.
Dari puncak Gunung Phoenix, tempat ia mendirikan aliran beladiri miliknya, Wusheng menatap medan perang yang dipenuhi musuh.
Dengan satu langkah besar, ia melompat ke tengah pertempuran, siap membuktikan sekali lagi bahwa seni beladiri adalah jalan yang sejati—bahkan di hadapan kehancuran.
Pada akhirnya, kisah hidup Wusheng berakhir dengan penuh kebanggaan. Hingga kini, namanya tetap dikenang sebagai pelopor seni beladiri sejati.
...
Hutan Bayangan
Di pinggiran Kerajaan Shoushen, terdapat sebuah hutan yang dikenal sebagai Hutan Bayangan. Tempat itu selalu diselimuti kegelapan. Bahkan di siang hari bolong, cahaya matahari seolah enggan menembus dedaunan lebat yang menjulang tinggi, menciptakan suasana misterius dan menakutkan.
Di tengah hutan itu, di atas tanah berlumpur yang dingin, seorang anak berusia sekitar enam belas tahun terbaring lemah.
Anak itu perlahan membuka matanya yang berwarna hijau gelap. Rambutnya yang hitam legam basah oleh hujan yang baru saja reda. Pakaiannya sederhana, terbuat dari kain kasar yang sudah lusuh.
Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi rasa sakit yang menusuk membuatnya mengerang. Kepalanya berdenyut-denyut, dipenuhi oleh memori yang berantakan.
"Apa... apa yang terjadi?" gumamnya, suaranya parau dan penuh kebingungan.
Ia ingat pertempuran epik melawan raja musuh, seorang tiran dengan kekuatan spiritual tak tertandingi. Ia ingat bagaimana dirinya mengorbankan nyawanya untuk mengalahkan orang itu dan melindungi Benua Tianlong dari kehancuran.
Ia ingat para murid yang mengelilinginya saat ia menghembuskan napas terakhir sebagai Dewa beladiri.
Namun sekarang... ia masih hidup?
"Aku masih hidup?" gumamnya pelan sambil mencoba berdiri.
Ia menatap tangannya yang kini kecil dan kurus, jauh berbeda dari tangan kuat yang dimilikinya sebelumnya. Tubuhnya pendek, lemah, dan penuh luka pukulan.
"Lebih tepatnya, aku hidup kembali sebagai orang lain... Apa ini yang disebut reinkarnasi, atau transmigrasi?"
Wusheng menyandarkan tubuhnya pada sebuah batang pohon besar, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Ia menyadari bahwa dirinya sekarang berada di era yang berbeda. Pakaiannya, lingkungan sekitarnya, bahkan tubuhnya sendiri, semuanya terasa asing.
Belum sempat Wusheng berpikir lebih lanjut, rasa sakit yang luar biasa tiba-tiba menghantam kepalanya.
Wusheng menggertakkan giginya, menahan sakit yang begitu hebat hingga membuatnya meringkuk. Ingatan asing mengalir deras ke dalam benaknya, seolah membanjiri pikirannya dengan kehidupan yang bukan miliknya.
Wu Shen, pemuda lemah yang selalu dipandang rendah, anak dari seorang pria yang dicap sebagai menantu sampah di Sekte Phoenix. Hidupnya penuh penderitaan karena hubungan ayah dan ibunya yang tidak direstui.
Ibunya adalah putri Patriark Sekte dan seorang wanita yang sangat cantik serta hebat, sementara ayahnya adalah pria tanpa latar belakang yang jelas dan cukup lemah dalam ilmu beladiri.
Hubungan mereka berdua sangat ditentang oleh berbagai pihak. Mereka menganggap keputusan ibunya sebagai wanita bermartabat sangatlah bodoh. Namun, mereka tetap setia pada hubungan mereka.
Sementara itu, Wu Shen adalah anak yang dibenci oleh para murid sekte sekaligus para penatua. Bakatnya dalam ilmu beladiri sangat payah, menjadikannya target perundungan dari murid-murid lain.
Beberapa hari yang lalu, seperti biasa, Wu Shen dihajar oleh anak-anak nakal. Namun, kali ini mereka melewati batas hingga secara tidak sengaja membunuhnya. Anak-anak itu panik dan ketakutan. Bagaimanapun, ibu Wu Shen adalah wanita yang cukup berpengaruh, meskipun ayahnya dipandang sebelah mata.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuang jasad Wu Shen ke dalam Hutan Bayangan untuk menutupi jejak mereka.
Namun sekarang… ia hidup kembali. Bukan sebagai Wu Shen si anak lemah, tetapi sebagai Wusheng Sang Dewa Beladiri.
"Sekte Phoenix… beginikah cara kalian menggunakan ajaranku?" gumam Wu Shen. Suaranya kini terdengar asing di telinganya sendiri—lebih ringan, lebih halus, dan lebih muda. Namun, masih menyimpan ketegasan yang sama seperti sebelumnya.
Kemarahan bergejolak di dadanya, bukan hanya karena ketidakadilan yang dialami Wu Shen, tetapi juga karena penghinaan terhadap seni beladiri itu sendiri.
Seorang murid sekte seni beladiri seharusnya memiliki kehormatan, bukan bertindak seperti pengecut yang membunuh dalam gelap.
Ia mengepalkan tangan lemah itu, merasakan betapa ringkihnya tubuhnya sekarang. Otot-ototnya hampir tidak ada, sedangkan Chi dalam tubuhnya nyaris nol.
Jika bukan karena jiwanya yang kuat, ia mungkin akan menyerah pada keputusasaan. Namun, ia adalah Wusheng, Sang Dewa Beladiri.
Ia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menciptakan dan menyempurnakan seni beladiri. Wusheng tahu bagaimana cara membangun kekuatan dari nol.
"Jika tubuh ini lemah, maka aku akan membentuknya kembali. Jika Inti Chi milikku rapuh, maka aku akan menempa ulang diriku sendiri."
Dengan napas teratur, ia menenangkan pikirannya dan mulai merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. Meski lemah, ia masih bisa menangkap riak-riak Energi Chi yang ada dalam dirinya.
Dalam dunia ini, terdapat dua jenis energi utama yang menentukan jalan seseorang: Qi dan Chi. Keduanya adalah sumber kekuatan yang berbeda namun saling berhubungan, mencerminkan perbedaan antara jalur spiritual dan jalur fisik dalam seni beladiri.
Qi adalah energi alam semesta yang mengalir di seluruh dunia. Qi dapat ditemukan di udara, tanah, air, dan bahkan dalam makhluk hidup. Para kultivator menggunakan Qi sebagai bahan bakar utama dalam teknik sihir, kultivasi spiritual, dan seni pengendalian elemen.
Sedangkan Chi adalah energi vital yang berada dalam tubuh manusia. Tidak seperti Qi yang berasal dari luar, Chi adalah hasil dari latihan fisik, pernapasan, dan meditasi. Chi memperkuat tubuh, meningkatkan refleks, dan memungkinkan seseorang melampaui batas manusia normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
2025-04-14
0
Aman 2016
mantul Thor 💪💪 terus
2025-04-08
0