Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
Setelah beberapa menit hening yang mencekam, Anya akhirnya menjawab, suaranya nyaris seperti bisikan, "Ya."
Tangan Arga mengepal kuat, urat-urat di tangannya menegang. “Kenapa kamu tidak menatapku ketika menjawab?” Nada suaranya tajam, menusuk. Pengalaman pahit pernikahan sebelumnya telah memberinya insting tajam: ketika seseorang berbohong, mereka akan menghindari kontak mata.
Anya akhirnya menatap Arga, tatapannya lurus dan penuh tekad, meski ada setitik kecemasan yang masih terlihat. "Ya. Aku mengkhianatimu sejak awal," jawabnya tegas, suaranya bergetar sedikit namun tetap kokoh. "Kamu bisa berselingkuh dengan wanita lain, kenapa aku tidak boleh?" Kalimat terakhirnya keluar seperti sebuah tantangan, penuh keputusasaan yang terselubung.
Arga mengerang, wajahnya memerah menahan amarah. “Kamu…” Kata-kata selanjutnya seakan macet di tenggorokannya, tak mampu menggambarkan gejolak emosi yang menerpanya.
“Aku sudah menjawab mu. Biarkan aku pergi,” kata Anya, suaranya terdengar lelah dan putus asa, mencerminkan beban berat yang ia pikul.
"Anya, ketahui, tiga tahun lalu aku tidak menceraikan mu. Tapi kamu yang menceraikan aku," ucap Arga, suaranya berat, mengungkapkan luka lama yang masih menganga. Kalimat itu seperti pukulan telak yang mengguncang Anya hingga ke tulang sumsum.
Anya tersentak kaget, mata membulat tak percaya. Kenyataan yang diutarakan Arga sangat bertolak belakang dengan ingatannya.
"Turunlah," Arga membuka kunci mobil, gerakannya mekanis, tanpa emosi yang tampak.
Anya turun, langkahnya gontai. Begitu Anya menjauh, Arga menginjak pedal gas, mobilnya melesat meninggalkan Anya dengan kecepatan tinggi, seakan ingin meninggalkan rasa sakit dan amarah yang membuncah di dadanya.
Arga mendidih. Ia tahu Anya berbohong. Sebelum menemui Anya, ia telah memerintahkan seseorang untuk memverifikasi video-video yang menjadi sumber masalah. Meskipun satu video masih sulit diverifikasi, yang lainnya telah terbukti kebenarannya, membenarkan kecurigaannya.
Arga meraih ponselnya dan menghubungi seseorang, suaranya dingin dan penuh otoritas.
“Cari informasi lebih lanjut mengenai video terakhir. Apa pun hambatannya, tabrak saja!” Perintahnya tegas, tak terbantahkan.
Setelah menutup sambungan, ia menghela napas panjang, kemudian menyetir menuju rumah ibunya. Ia harus menghadapi kenyataan pahit ini, dan ia harus memulai dari titik terendah ini.
Di sisi lain, Anya menahan tangis dalam taksi, air mata mengalir deras membasahi pipinya. Ia terpaksa membohongi Arga, berharap bisa terbebas dari gangguan dan harapan-harapannya. Ia tak mampu melawan kekuatan orang-orang berpengaruh yang ingin menjatuhkannya.
Taksi berhenti di depan rumahnya. Anya segera turun, membayar ongkos dengan tangan gemetar. Ia lega melihat mobilnya terparkir dengan aman di halaman.
Anya menekan bel. Pintu terbuka, memperlihatkan David yang menyambutnya dengan wajah khawatir.
“David,” ucapnya lirih, suaranya serak karena menahan isak tangis.
“Masuklah,” jawab David, nada suaranya lembut, penuh simpati.
David melirik ke luar sebelum menutup pintu, memastikan tidak ada yang mengikuti Anya. Ia menyusul Anya ke ruang tamu.
“Kinan belum bangun?” tanya Anya, suaranya masih gemetar.
“Sudah, dia lagi di ruang baca bersama Bibi. Aku sudah memasak makan malam. Kamu… apa yang dilakukan Arga padamu?” tanya David, kekuatirannya tergambar jelas di wajahnya.
“David, Arga… dia hanya meminta penjelasan soal tiga tahun lalu,” jawab Anya, suaranya hampir tak terdengar.
“Penjelasan?” David mengerutkan kening, bingung.
“Ya,” jawab Anya, mencoba tersenyum, namun senyum itu tampak dipaksakan, tak mampu menutupi kesedihan yang mendalam.
“Bukannya dia yang menceraikan mu? Sekarang dia meminta penjelasan?” David semakin bingung, tak mengerti maksud dari perkataan Anya.
“Apa tadi Kinan bertemu dengan Rangga?” Anya mengalihkan pembicaraan, suaranya sedikit gemetar, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“Tidak. Setelah aku melihat dari jendela bahwa Rangga yang turun dari mobilmu, aku tahu Arga pasti menculik mu. Dan aku langsung menyuruh Bibi untuk membawa Kinan ke ruang baca dan menyuruhnya untuk tidak membiarkan Kinan keluar sampai Rangga pergi,” jawab David, nada suaranya menenangkan.
Anya menghela napas lega, sebuah beban seakan terangkat dari dadanya. Ia tahu kebenaran ini tak akan selamanya tersembunyi, namun setidaknya ia telah melakukan persiapan sebelum Arga mengetahui tentang Kinan. Waktu yang ia peroleh ini sangatlah berharga.
“Apa Arga melakukan hal lain padamu?” tanya David lagi, kekhawatiran masih terpancar dari sorot matanya.
“Tidak,” jawab Anya singkat, mencoba terdengar tenang, meski jantungnya masih berdebar-debar.
Hening sejenak menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara detak jam dinding yang berdetak pelan. Kemudian, David berkata, suaranya serius dan penuh makna, “Anya… apa kamu menunggu Arga mengetahui tentang Kinan dan menunggu Arga merebutnya darimu? Menikahlah denganku, Anya. Setidaknya, Arga akan kesulitan untuk mengambil hak asuh Kinan.” Kalimat itu keluar dari lubuk hatinya yang terdalam, sebuah pengakuan akan perasaannya dan juga sebuah tawaran perlindungan bagi Anya dan Kinan.
Anya terdiam, kata-kata David menusuk hatinya. Ia tak mampu menjawab, pikirannya kalut. Belum sempat ia merespon, suara riang Kinan memecah kesunyian.
“Mama!” seru Kinan, suaranya ceria, mengejar Anya dengan langkah kecilnya. Ia memeluk kaki Anya erat-erat.
Anya menunduk, menatap wajah putrinya yang polos dan lugu. Sentuhan lembut Kinan bagai aliran air dingin yang menenangkan hatinya yang tengah dipenuhi dilema. Ia masih ragu, masih dihimpit oleh berbagai pertimbangan. Masa depan yang tak pasti menggantung di atas kepala mereka. Namun, di pelukan Kinan, ia merasakan sedikit ketenangan di tengah badai kehidupan yang sedang ia hadapi. Ia butuh waktu untuk memikirkan tawaran David, waktu untuk menentukan pilihan terbaik bagi dirinya dan Kinan.
David terdiam, mengamati Anya dan Kinan. Di dalam hatinya, ia memanjatkan doa agar Anya mempertimbangkan tawarannya dengan bijak. Ia mengerti betapa berat beban yang dipikul Anya, dan ia ingin menjadi tempat bergantung bagi mereka berdua.
“Kalian sudah lapar belum? Sudah jam delapan malam. Ayo kita pergi makan,” ajak David, suaranya lembut, berusaha memecah keheningan yang terasa berat.
Mereka menuju meja makan. Makan malam berlangsung dalam kesunyian, hanya diselingi celoteh Kinan yang riang saat memuji masakan David yang lezat. Suasana hangat, meski di baliknya tersimpan beban perasaan yang tak terucapkan.
Setelah makan malam, David pamit pulang. Anya mengantar Kinan ke kamarnya, membacakan dongeng sebelum Kinan terlelap. Kehangatan sentuhan Kinan menjadi penghibur di tengah badai yang menerpa hidupnya.
Setelah Kinan tidur, Anya duduk di tepi tempat tidur, menatap wajah putrinya yang tenang. Ketakutan kembali menghantuinya. Bayangan Arga yang marah menghantui pikirannya. Ucapan David pun kembali terngiang di telinganya, menimbulkan rasa bimbang yang semakin menggelayut. Dan kemudian, ucapan Arga saat di mobil, klaim bahwa Arga tidak menceraikannya tiga tahun lalu, kembali menghantui pikirannya, menambah keruwetan masalah yang dihadapinya.
"Apa maksudmu kamu tidak menceraikan ku, Arga? Tertulis jelas nama dan tanda tangan kita berdua di dua lembar surat cerai itu. Apa kamu ingin bilang bahwa ibumu yang bertanggung jawab atas perceraian kita tiga tahun lalu?" gumam Anya pelan, suaranya bergetar menahan emosi. Nada bicaranya, meskipun pelan, menunjukkan ketidakpercayaan dan sekaligus tuduhan yang terselubung.
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁