DI BALIK AROMA

Luna dan Leni yang sedang memperbaiki riasan mereka. Leni menatap Luna yang sedang berias. Leni ingin menanyakan perasaan Luna saat ini. Luna masihlah tetap murid kesayangannya, dirinya ingin muridnya bahagia. Apalagi, Luna adalah kekasih dari teman sekaligus adik kesayangannya Saka, suaminya.

"Jika Kak Leni ada yang mau ditanyakan, silahkan bicara!" ujar Luna yang tau bahwa Leni sejak tadi menatap dirinya.

"Luna, soal kejadian tadi..."

"Saya tidak merasa tidak nyaman atau semacamnya. Jika itu yang Kak Leni takutkan!" ujar Luna dengan yakin.

"Kau tau siapa dia kan?" Luna mengangguk. Dirinya sangat tau identitas orang itu.

"Kau sudah tau hubungan antara dia dengan Marcel?"

"Saya tidak tau hubungan mereka di masa lalu. Apakah mereka berhubungan serius saat di masa lalu?"

"Tidak, namun aku tidak bisa menceritakannya padamu. Yang berhak bercerita adalah Marcel,"

"Baiklah kak, saya mengerti. Lagipula, saya yakin hati Kak Marcel hanya ada nama saya dan orang terdekatnya. Tidak ada yang lain!" Luna mengucapkan itu dengan penuh keyakinan. Selama Luna mengenal Marcel, Luna merasa bahwa Marcel orang tepat untuknya.

Leni yang melihat tatapan penuh keyakinan di mata Luna membuat Leni tenang. Sumber kebahagiaan Marcel tidak boleh hilang hanya karena orang dari masa lalu.

"Luna, kalau boleh bicara kamu harus waspada dengan perempuan tadi!" peringat Leni

Leni yakin bahwa Jessika akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan jika dia harus melenyapkan nyawa seseorang, Jessika akan melakukannya dengan senang hati.

"Tenang saja kak, semuanya akan baik-baik saja," Luna pun mengajak Leni untuk kembali. Mereka sudah terlalu lama berada di kamar mandi.

Sekembalinya mereka ke tempat makan mereka, mereka terkejut dengan banyaknya pesanan makanan yang tersedia di atas meja. Merasa mereka belum memesan makanan saat akan ke kamar mandi. Lalu, siapa yang memesan makanan sebanyak ini?

Luna menatap Marcel yang duduk tenang. Marcel yang melirik Luna yang ternyata sedang menatapnya merasa heran. Lalu melihat ke arah menu makanan yang sudah ia pesan. Melihat jenis makanan yang datang semuanya adalah kesukaan Luna, Marcel menatap Luna heran.

"Ada apa? Ada makanan yang tidak kau suka?" Marcel mengelus rambut Luna dengan lembut seolah meredakan amarah Luna terhadapnya tadi.

"Tidak ada, hanya sedang memikirkan sesuatu!" Luna menatap Marcel dengan tenang. Namun, binar mata itu tampak berbeda di mata Marcel.

Luna tau bahwa Marcel sedang menyembunyikan sesuatu. Dirinya harus menunggu, sampai mana Marcel akan menyembunyikannya.

Leni menatap Luna. Dirinya dapat melihat diamnya Luna sedikit berbahaya. Dari pembicaraan singkat mereka saat di toilet tadi, Leni yakin Luna bukanlah gadis polos nan lugu seperti yang dikatakan orang-orang. Leni mengingat dengan jelas saat ada kasus yang cukup besar dan itu membawa nama Luna. Masalah menghilang sekejap, tanpa jejak. Selain itu, orang yang menyebarkan rumor itu langsung diam. Bahkan, Leni pernah melihat orang itu terlihat takut saat melihat Luna dan tak lama dia pindah entah kemana.

Saka melihat interaksi antara Luna dengan Marcel. Melihat hubungan mereka baik-baik saja, dirinya merasa bersyukur. Dirinya hanya berdoa semoga kedatangan seseorang dari masa lalu Marcel tidak menjadi pengganggu di hidup Marcel saat ini.

...****************...

Selama di mobil, Luna hanya diam menatap ke arah luar. Marcel yang sejak tadi merasa ada yang aneh dengan Luna. Melihat ada toko buah, Marcel berhenti sejenak.

Luna yang sejak tadi merenung, terkejut saat mobilnya berhenti. Melihat Marcel keluar ke sebuah toko, Luna hanya diam. Luna yang melihat Marcel kembali dengan sekantong buah-buahan, Luna menjadi bingung.

"Ini, buah kesukaan Luna!" Marcel memberikan kantong buah-buahan yang ia beli tadi. Luna dapat melihat berbagai jenis buah-buahan kesukaannya. Melihat stroberi itu tampak menggugah seleranya, Luna mengambilnya.

Marcel yang melihat Luna kembali tersenyum, merasa senang. Di saat seperti inilah hal yang mampu mengubah mood Luna adalah makanan, terutama buah-buahan. Dan hal yang harus ada adalah buah merah yang rasanya manis dan asam itu, stroberi. Marcel mengelus kepala Luna dengan lembut. Luna yang merasa usapan di kepalanya, menatap Marcel yang ada di sampingnya.

"Ada apa?" tanya Luna dengan menyodorkan stroberi ke arah Marcel.

Marcel yang melihat Luna ingin menyuapinya stroberi, hanya menggigit kecil. Kemudian mengambil stroberi itu dari tangan Luna, lalu berbalik menyuapi Luna. Luna melihat itu, tentu saja menerima suapan itu dengan senyuman.

Marcel memegang tangan Luna, kemudian menciumnya. Merasa perasaan Luna membaik, Marcel memberanikan diri untuk bertanya.

"Apakah ada yang masalah?"

Luna diam menatap Marcel. Dapat dilihat dari sorot matanya, Marcel dapat melihat bahwa Luna sedang terlihat serius. Hal itu membuat Marcel menjadi gugup.

"Bukankah kakak yang harusnya menceritakan sesuatu padaku?"

DEG..!

Degup jantung Marcel menjadi kencang saat mendengar hal itu dari Luna. Marcel gelisah, tak berani menatap balik Luna. Marcel tau, Luna sangat ahli menilai sesuatu.

"Ti-tidak ada, Amour. Tidak ada yang harus aku ceritakan. Jika ada pasti aku akan cerita,"

"Jika begitu, mengapa kau gugup. Kenapa tidak berani menatapku?" Luna sangat yakin bahwa Marcel saat ini merahasiakan sesuatu darinya.

"Tidak ada, Amour. Mungkin hanya perasaanmu saja,"

Luna diam, dirinya lebih memilih memakan stroberi miliknya. Marcel yang tak ingin membahas lebih lanjut lagi memilih untuk melajukan mobilnya lagi. Marcel masih belum siap menceritakan hal yang sebenarnya pada Luna. Dirinya malu untuk menceritakan masa lalunya pada Luna. Masa lalu yang menyakitkan dan menjadi kenangan pahit untuknya.

Luna diam-diam menatap Marcel. Dalam hidupnya, tidak ada yang bisa lolos dari pengamatannya. Jika Marcel memilih diam, maka Luna juga akan diam. Namun, dirinya akan mencari tau di belakang sebagai bentuk perlindungan diri. Luna juga tau, ada rencana yang direncanakan Marcel dengan Saka. Namun, lagi-lagi dirinya akan memilih diam hingga Marcel mampu menceritakan semuanya sendiri tanpa ada paksaan dari luar.