NovelToon NovelToon
Sang Penjelajah Bintang

Sang Penjelajah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Spiritual / Sistem / Kultivasi Modern
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta

Terlahir sebagai anak buangan tetapi keberuntungan memihak nya dengan mendapatkan sistem dari peradaban yang lebih tinggi

Apa benar ini murni keberuntungan atau ada hal lain yang tidak diketahui, seorang pemuda yang berjuang mencari sebuah misteri atas keberuntungannya dengan menjelajahi seluruh alam semesta dan berusaha mencari jawabannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35 - Sejarah baru

Dengan rencana yang telah disusun rapi oleh Rui dan diproses secara sistematis oleh Eve, tekanan demi tekanan mulai dilancarkan secara bertahap. Sekte Heavenly Court, yang dulunya begitu mendominasi, kini mulai kehilangan cengkeramannya. Mereka tidak lagi bisa bergerak bebas di ibu kota kekaisaran.

Sementara itu, rumor yang terus beredar baik yang disengaja maupun tidak, mengobarkan bara di tubuh kekaisaran. Retakan yang dulu hanya samar, kini telah pecah menjadi tiga faksi besar.

Faksi pertama: loyalis Kaisar. Mereka adalah garis yang tetap mempertahankan struktur lama demi kestabilan.

Faksi kedua: pendukung putra mahkota pertama. Pemuda yang ambisius ini memiliki pengaruh kuat di kalangan militer dan sebagian besar sekte ortodoks yang pragmatis.

Faksi ketiga: faksi netral. Dihuni oleh para bangsawan tua yang kekuatannya sudah melampaui hukum kekaisaran itu sendiri. Mereka tidak memihak, tapi sekali mereka bergerak, ibukota bisa lumpuh dalam semalam.

Ironisnya, di balik semua kekacauan itu, Rui tidak banyak bergerak.

Ia hanya melemparkan satu bidak.

Lalu sisanya bergerak sendiri.

‘Aku hanya berharap mereka tidak menyadari bahwa aku memakai tangan mereka untuk menekan semua faksi… termasuk sekte Heavenly Court yang masih berdiri di belakang Kaisar,’ pikirnya sambil menatap langit malam dari menara pengawas.

Eve muncul di sisinya, tubuhnya diselimuti cahaya biru redup. “Rui, semua berjalan sesuai jalur. Kita memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk langkah berikutnya.”

“Status kultivasiku juga stabil. Aku sudah menyentuh batas awal tingkat True Divinity. Itu cukup untuk menghadapi gelombang pertama perlawanan.”

Eve mengangguk. “Dan lebih dari itu... kapal antar bintang sudah siap. Semua persiapan untuk meninggalkan dunia ini telah selesai.”

Rui memutar tubuhnya, memanggil Ji Xiang dan beberapa orang kepercayaannya.

“Apakah kalian tahu mengapa aku mengumpulkan kalian hari ini?”

Ji Xiang menatap kakaknya dengan tenang. “Apa... rencana itu akan dijalankan sekarang?”

“Benar,” jawab Rui datar. “Langkah awalnya adalah kehancuran total keluarga Xiao, lalu pergantian Kaisar. Dan terakhir... balas dendammu, Ji Xiang.”

Ji Xiang menunduk. “Tapi kakak… hal itu tidak diperlukan. Aku tidak lagi menyimpan dendam.”

Namun Rui langsung menatapnya tajam. “Bukankah aku sudah mengatakan sejak awal? Tidak boleh ada penyesalan saat kalian memilih berjalan bersamaku.”

Ji Xiang terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Baiklah, kakak.”

“Lagipula,” lanjut Rui, “tujuan utama kita tetap tetua tertinggi sekte Heavenly Court. Dan dia sudah diamankan. Semua tinggal menunggu waktu.”

Suasana menjadi sunyi sejenak. Hanya suara angin malam yang terdengar melintasi puncak gunung tempat mereka berdiri.

Rui menatap mereka satu per satu. “Aku akan meninggalkan dunia ini. Dan sebelum itu terjadi, aku ingin bertanya… apakah kalian memiliki penyesalan terakhir?”

Tak ada jawaban. Hanya tatapan yang mantap, penuh keyakinan.

Rui menghela napas. “Baik. Maka esok hari... kita mulai perburuan.”

Kabut tebal menyelimuti kawasan timur ibukota kekaisaran. Di balik kabut itu, suara langkah kaki nyaris tak terdengar, namun kehadirannya mencengkeram udara seperti pisau yang ditarik perlahan dari sarungnya.

Mereka datang bukan untuk menangkap

Mereka datang untuk mengakhiri

Rui berdiri di tebing batu, jubah putih yang mencolok berkibar diterpa angin pagi yang dingin. Di belakangnya, Ji Xiang, Zhou Yi dan pasukan bayangan lainnya telah bersiap. Masing-masing adalah bayangan kematian yang akan bergerak serentak ke jantung dua keluarga besar yang menjadi sasaran, keluarga Xiao... dan garis keturunan keluarga kekaisaran.

“Target utama adalah dua keturunan langsung Xiao. Jangan beri mereka kesempatan menggunakan formasi pelindung,” ujar Rui tenang, namun setiap katanya membawa tekanan berat.

Ji Xiang mengangguk. “Pasukan pelindung mereka telah dikacaukan oleh pasukan bayangan, Jalur lari mereka terbatas.”

Rui menyipitkan mata ke arah ibukota yang mulai terlihat dari celah kabut.

“Waktunya.”

Dan seolah alam pun tunduk pada komandonya, sembilan bayangan melompat ke dalam gelapnya fajar.

Di dalam kediaman keluarga Xiao...

Peringatan pertama datang terlambat.

Formasi pelindung baru aktif ketika dinding pertama rumah utama sudah hancur disapu oleh bilah pedang milik Ji Xiang.

Teriakan, perlawanan, dan tubuh-tubuh yang roboh memenuhi aula besar.

Tetua keluarga Xiao mencoba bertahan, namun serangan yang datang seperti gelombang badai. Tanpa suara, Rui muncul di tengah mereka, matanya tenang dan kosong. Dalam sekejap, ia menghentikan waktu di sekelilingnya—domain-nya mengisolasi seluruh ruangan.

“Satu kalimat terakhir?” tanyanya dingin.

Tetua Xiao menggertakkan gigi. “Kau pikir apa yang kau lak—”

Sebelum kalimat itu selesai, jantungnya telah dibekukan dalam satu sayatan khas Scythe milik Rui

Sementara itu, di wilayah timur istana kekaisaran...

Zhou Yi menyusup melalui celah kecil di dinding belakang tempat tinggal Pangeran Kedua. Dia bukan seorang prajurit. Dia pembisik. Pemburu jiwa.

Dan malam ini, ia menuntut keadilan.

Dengan senyuman dingin, ia membisikkan mantra pelumpuh teknik demon yang membuat seluruh pengawal di lorong utama pingsan dalam hitungan detik. Pangeran Kedua mencoba melarikan diri, namun ketika pintu kamarnya dibuka yang ia lihat hanyalah mata tajam milik Zhou Yi

“Kesalahanmu adalah percaya bahwa darah kerajaan melindungimu,” gumamnya.

Satu langkah. Satu tebasan. Diam.

Kembali ke Rui...

Ia berdiri di atas reruntuhan istana Xiao, menatap langit yang mulai cerah kemerahan. Asap membumbung perlahan di balik bangunan yang kini hancur setengahnya.

Ji Xiang berdiri di sampingnya. “Selesai.”

Rui tidak menjawab. Ia hanya menutup matanya sejenak.

“Yang berikutnya... Kaisar.”

Masih di pagi yang sama, di pusat Istana Kekaisaran...

Udara terasa lebih sunyi dari biasanya. Para pelayan berjalan dengan ragu, para penjaga tidak menatap satu sama lain. Entah mengapa... hari ini terasa seperti hari kematian.

Dan firasat itu terbukti benar saat suara dentuman menghentak langit-langit. Pintu utama yang selama ini dijaga oleh pelindung ilahi... hancur dalam satu serangan.

Empat siluet berjalan masuk perlahan. Rui di depan, diikuti Ji Xiang, Eve yang kali ini memproyeksikan wujud fisiknya seperti bayangan cahaya dan Zhou Yi yang menjaga bagian belakang.

Kaisar berdiri di atas singgasananya, tubuhnya sudah tua namun sorot matanya tetap tajam.

"Rui..." bisiknya, suaranya serak, seolah telah menanti hari ini sejak lama.

"Yang Mulia," balas Rui datar. "Saya datang bukan sebagai rakyatmu. Tapi sebagai pengingat bahwa kekuasaanmu telah melewati batas."

Penasihat agung melangkah ke depan, wajahnya pucat. "Ini pengkhianatan! Ini penghinaan terhadap langit!"

Zhou Yi mengangkat tangannya dan seluruh tubuh sang penasihat membeku di tempat, disegel oleh mantra tekanan jiwa.

Kaisar turun dari singgasana, dengan langkah berat namun kepala tetap tegak. “Apa kau pikir bisa menjatuhkan Kekaisaran hanya dengan beberapa serangan?”

Rui berjalan pelan, lalu berhenti lima langkah darinya. “Bukan aku yang menjatuhkan. Tapi dirimu sendiri. Kami hanya menarik tirai dan membiarkan semua orang melihat kebusukan di baliknya.”

 

Saat itu juga—di seluruh penjuru ibu kota...

Bendera-bendera keluarga Xiao berkibar setengah tiang. Gerbang utama istana bagian timur terbuka—tanpa penjagaan. Rumor menyebar seperti api kering: "Keluarga kerajaan telah retak. Sang kaisar akan digulingkan."

Faksi bangsawan netral tidak bergerak. Mereka hanya mengamati dan itu sudah cukup, artinya mereka memberi izin tak langsung untuk pergantian kekuasaan.

 

Kembali ke ruang utama singgasana...

"Apakah ini... takdirku?" tanya Kaisar, lebih pada dirinya sendiri.

“Bukan takdir,” jawab Rui. “Ini pilihan. Kau memilih untuk menutup mata, membiarkan sekte Heavenly Court mencengkeram hukum, dan mengorbankan mereka yang tak bersalah.”

Kaisar menatapnya dalam-dalam. “Jika aku jatuh, kekaisaran akan jatuh bersamaku.”

“Aku tahu,” ujar Rui pelan. “Itulah kenapa kami menyiapkan sesuatu yang lebih baik.”

Dan di saat itu, domain milik Rui menyelimuti seluruh ruangan. Cahaya putih lembut meluruhkan simbol-simbol kekaisaran yang terpahat di dinding, merontokkan kekuasaan dari akarnya.

Suara guntur terdengar pelan, lalu menghilang.

 

Beberapa jam kemudian...

Istana utama terbuka. Pasukan kekaisaran menurunkan lambang naga emas dari gerbang. Tak ada pengumuman resmi. Tak ada perlawanan. Hanya sunyi yang mengendap di tiap sudut.

Di langit, formasi cahaya yang digerakkan oleh Ji Xiang dan Zhou Yi memancarkan lambang baru. Bukan lambang sekte, bukan lambang keluarga, melainkan simbol keseimbangan: dua garis sejajar yang saling menahan dan saling membatasi.

 

Di ruang pribadi mereka, malam harinya...

Rui menatap langit berbintang. Eve berdiri di sampingnya, dalam wujud holografik penuh.

“Dengan ini... semua sudah siap,” ucapnya.

“Ya,” jawab Eve. “Kita siap berangkat kapan pun untuk meninggalkan dunia ini.”

“Ji Xiang... sudah berdamai dengan masa lalunya dan keluarga Xiao... sudah menerima bayaran mereka.”

Sunyi sejenak.

“Kita tidak membangun dunia baru. Tapi kita memberi ruang bagi mereka yang ingin memperbaikinya,” gumam Rui.

Eve mengangguk. “Dan itu cukup.”

Hari itu dikenang dalam sejarah sebagai permulaan dari akhir.

Keluarga kerajaan runtuh dalam satu malam.

Keluarga Xiao dilenyapkan hingga akar-akarnya, nama mereka hanya tinggal catatan kelam di arsip istana.

Sekte Heavenly Court yang mengaku sebagai pilar kekaisaran dipukul mundur hingga ke jantung markasnya, kekuasaannya melemah drastis. Banyak cabang sekte mereka kehilangan dukungan dan bubar tanpa pertarungan.

Dan di balik semua itu... tidak seorang pun tahu siapa dalangnya.

Kecuali mereka yang bertahan hidup dan melihat seseorang berjubah putih yang dipenuhi darah dengan Scythe di tangannya

Mereka menyebutnya 'White Reaper' malaikat kematian yang berdiri untuk keadilan

1
wayang
🌟🌟🌟🌟🌟
wayang
lanjut Thor👍👍👍👍👍
Aryanti endah
Luar biasa
Ara Sinaga
ceritanya menarik, tapi penulisannya agak berantakan.
Ara Sinaga
Saran dari aku, ya.

"Hei! Cepat turun dan buka tokonya, sialan!"

gimana kalo gini?
_Graceメ: makasih (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

catat sih saran nya
total 1 replies
Ara Sinaga
Halo, aku mampir ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!