Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27 — Batu Spiritual
Keesokan paginya, udara pagi di Akademi Xin terasa segar, dengan matahari yang baru saja terbit memancarkan sinarnya ke lapangan tempat para murid baru berkumpul. Sebanyak 50 murid berdiri berbaris rapi, termasuk Chen Huang, Ning Xue, Shen Lu, dan Chang Su. Wajah mereka penuh antisipasi, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Guru Ling.
Sosok Guru Ling, pria dengan rambut yang sebagian telah memutih tetapi tubuhnya masih tegap, berdiri di depan mereka dengan aura yang kuat namun tenang. Dia mengenakan seragam putih Akademi Xin yang menandakan statusnya sebagai salah satu guru senior. Di tangan kanannya, tampak cincin penyimpanan yang memancarkan kilau samar.
Dengan suara tegas, Guru Ling berkata, "Mulai hari ini, kalian akan menghadapi ujian sesungguhnya sebagai murid Akademi Xin. Tugas pertama kalian adalah menguasai teknik yang kalian pilih dari perpustakaan dalam waktu satu bulan. Dalam sebulan, akan ada pengetesan untuk menilai seberapa jauh kalian memahami teknik tersebut."
Guru Ling berhenti sejenak, matanya menyapu barisan murid-murid baru. "Jika kalian gagal dalam ujian tersebut," lanjutnya dengan nada serius, "kalian tidak akan mendapatkan buku teknik baru. Namun, bagi yang berhasil, kalian akan diberikan kesempatan untuk memilih teknik baru dari perpustakaan akademi. Ingat, ini adalah langkah awal untuk menentukan apakah kalian layak bertahan di sini."
Para murid mendengarkan dengan serius. Tekanan mulai terasa, terutama bagi murid-murid yang belum pernah berlatih teknik sebelumnya. Ning Xue melirik Chen Huang yang berdiri di sampingnya, dan ia balas tersenyum, memberikan rasa tenang.
Guru Ling kemudian mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, cahaya kecil keluar dari cincin penyimpanan yang ia kenakan. Dalam sekejap, tumpukan batu kecil berwarna merah menyala muncul di hadapan para murid. Batu-batu itu tampak berkilauan di bawah sinar matahari, memancarkan energi spiritual yang cukup kuat.
"Ini adalah batu spiritual kelas rendah," ujar Guru Ling sambil menunjuk tumpukan itu. "Batu ini akan diberikan kepada kalian setiap bulan. Gunakanlah dengan bijak, karena ini akan membantu kalian meningkatkan ranah kultivasi. Jangan sampai disia-siakan."
Guru Ling lalu memanggil satu per satu murid untuk mengambil batu spiritual mereka. Ketika giliran Chen Huang tiba, ia melangkah maju dengan tenang, mengambil satu batu, dan kembali ke tempatnya. Batu itu terasa hangat di telapak tangannya, memancarkan energi yang hampir membuat tubuhnya bergetar ringan.
Ning Xue, yang berada di barisan berikutnya, juga mengambil batu spiritual miliknya. Ia merasakan hal yang sama, energi yang lembut namun kuat mengalir dari batu itu, seperti mengundang untuk segera digunakan.
Chang Su, dengan gaya santainya, mengambil batu spiritual sambil tersenyum lebar. "Akhirnya, aku bisa mulai serius berlatih," gumamnya sambil kembali ke tempatnya.
Shen Lu, yang sudah lebih berpengalaman, mengangguk penuh keyakinan setelah menerima batu spiritualnya. "Ini akan sangat membantu," katanya sambil melihat ke arah Chen Huang.
Setelah semua murid mendapatkan batu spiritual masing-masing, Guru Ling melanjutkan, "Kalian semua adalah masa depan Akademi Xin. Ingat, kerja keras kalian hari ini akan menentukan posisi kalian di masa depan. Jangan abaikan kesempatan ini."
Para murid mengangguk, sebagian besar dengan semangat yang membara, sementara beberapa lainnya tampak gugup menghadapi tantangan yang akan datang.
"Baiklah," kata Guru Ling akhirnya, "mulai sekarang, waktu kalian adalah milik kalian. Gunakanlah untuk berlatih. Jangan lupa, satu bulan dari sekarang, ujian akan menanti."
Dengan itu, Guru Ling meninggalkan lapangan, meninggalkan para murid dengan pikiran masing-masing tentang bagaimana mereka akan menggunakan waktu dan sumber daya yang diberikan.
Saat para murid mulai membubarkan diri, Chen Huang dan Ning Xue berjalan beriringan menuju asrama mereka. Namun, langkah mereka terhenti ketika dua sosok perempuan mendekat. Lei Hua dan Ma Yue, dua gadis yang sudah menarik perhatian banyak murid baru, berdiri di hadapan mereka. Lei Hua, dengan rambut panjang berwarna biru yang berkilauan di bawah matahari, tersenyum hangat, sementara Ma Yue, dengan rambut hitam panjang dan ekspresi dingin, tetap tenang tanpa sepatah kata.
"Jadi, kau adalah Chen Huang, ya?" Lei Hua membuka percakapan dengan nada ceria. "Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Memiliki akar spiritual superior tentu membuatmu menjadi topik pembicaraan utama di Akademi ini."
Chen Huang menatap Lei Hua sejenak, lalu tersenyum kecil. "Ya, aku Chen Huang. Tapi aku hanya seorang murid baru seperti kalian. Tidak perlu membesar-besarkan."
Ning Xue, yang berdiri di samping Chen Huang, menatap Lei Hua dengan tatapan waspada. "Dan kau siapa? Tidak sopan rasanya jika hanya bertanya tanpa memperkenalkan diri," katanya dengan nada tegas, mempertahankan kewibawaannya.
Lei Hua terkekeh ringan. "Kau benar. Aku Lei Hua, dari Klan Lei. Aku hanya penasaran dengan kalian berdua, terutama Chen Huang." Dia melirik Ning Xue sejenak sebelum melanjutkan. "Dan ini temanku, Ma Yue."
Ma Yue mengangguk singkat. "Aku Ma Yue, dari Klan Ma. Senang bertemu dengan kalian," katanya dingin tanpa banyak basa-basi.
Chen Huang mengangguk sopan. "Senang bertemu dengan kalian berdua. Ini Ning Xue," katanya sambil melirik ke arah Ning Xue, yang masih mempertahankan ekspresi seriusnya.
Ning Xue akhirnya mengangguk kecil. "Aku Ning Xue. Kalau sudah tahu, ada lagi yang ingin kalian sampaikan?"
Lei Hua tersenyum, tampak tidak terpengaruh oleh sikap Ning Xue yang dingin. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Dengan akar spiritual superior, kau pasti menjadi sorotan di sini. Dan aku penasaran, bagaimana kau akan menghadapi semua perhatian itu?" tanyanya pada Chen Huang.
Chen Huang mengangkat bahu santai. "Aku hanya akan fokus pada latihanku. Semua perhatian itu tidak penting bagiku."
Lei Hua tampak terkesan dengan jawaban itu. "Hm, kau tidak seperti yang kukira. Kukira kau akan sombong atau setidaknya bangga."
Chen Huang tersenyum kecil. "Bangga bukan berarti harus sombong."
Ma Yue, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kau punya potensi besar, tapi ingat, potensi saja tidak cukup. Jika tidak diiringi kerja keras, kau hanya akan menjadi cerita kosong di Akademi ini."
Chen Huang menatap Ma Yue, lalu mengangguk. "Aku tahu itu. Dan aku tidak berniat menyia-nyiakan kesempatan ini."
Ning Xue akhirnya melunak sedikit dan berkata, "Jadi, apa kalian ingin berteman dengan kami? Kalau hanya untuk menguji atau membandingkan diri, lebih baik kita tidak perlu berurusan."
Lei Hua terkekeh lagi. "Tentu saja. Aku hanya ingin mengenal kalian lebih dekat. Aku yakin kita bisa belajar banyak satu sama lain."
Ma Yue mengangguk tipis, meski tetap dengan ekspresi datarnya. "Jika kalian tidak keberatan, tentu saja."
Percakapan itu akhirnya mencairkan suasana. Lei Hua dan Ma Yue berjalan bersama Chen Huang dan Ning Xue menuju asrama, berbagi cerita singkat tentang latar belakang mereka. Lei Hua dengan antusias menceritakan beberapa kebiasaan unik di Klan Lei, sementara Ma Yue lebih banyak diam, hanya sesekali memberikan tanggapan singkat.