Kisah seorang pemuda yang dikhianati tunangannya Lin Qionye yang lebih memilih pangeran mahkota Ming San , yang lebih tragisnya lagi, ia dipukul habis habisan oleh bawahan pangeran mahkota atas permintaan Lin Qionye
Xion Cen yang baru menginjak usia 15 tahun , tak kuasa menahan derita , berulang kali ia memohon ampun untuk di lepaskan namun tak satupun dari mereka yang mau mengampuninya, mereka baru berhenti menyiksanya, setelah melihat tubuh Xion Cen terluka hingga babak belur, tulang rusuknya banyak yang patah baik pergelangan tangannya bahkan tulang kakinya juga patah hingga membuatnya pingsan tak sadarkan diri.
Tanpa belas kasihan Lin Qionye memerintahkan mereka semua untuk menghancurkan Meridian serta dantiannya akibat perbuatan mereka, tubuh Xion Cen langsung lumpuh seketika,gadis itu tampak tersenyum puas.Ia menatap Xion Cen dengan jijik dan meludahinya.
"Sampah sepertimu tak sadar diri , kau sungguh tak pantas bersanding denganku...!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marco Hry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjatuh Kedalam Jurang Yang Dalam.
Xion Cen kembali mengingat arah goa yang terletak di bawah jurang di hutan monster, berbekal ingatan yang ia dapatkan dari kitab dewa naga kegelapan , Xion Chen mencoba memindai tempat itu, ia melihat sebuah jurang yang dalam terletak berada di tengah hutan monster, ia berharap semoga tak ada binatang monster yang berkekuatan tinggi.
Dengan gerak cepat ia melesat dari pohon ke pohon berlari bagaikan angin menginjak beberapa daun sebagai tumpuan, namun tak membuat daun itu merunduk ke bawah setelah terinjak oleh kakinya, daun itu tetap dalam keadaan sebelumnya. Sesekali ia berhenti untuk mengamati keadaan disekitarnya .
"Kemana bocah itu pergi , seolah olah di telan bumi , apakah bocah itu sudah mati diterkam binatang buas , aku tak melihat jejaknya bahkan auranya tak terlacak . !!!" Seorang pemuda tampak mengoceh setelah kehilangan jejak Xion Cen.
"Aku juga tak merasakan auranya . , kemana perginya sampah itu , apa benar seperti yang kau katakan , kalau ia sudah mati di terkam monster, dengan tak memiliki memiliki kemampuan mana bisa ia bertahan di hutan ini .
"Tuan muda kemi kehilangan jejaknya." Seorang pemuda melapor kepada Xion Zen , mendengar itu ia terlihat mengerutkan dahinya dan merasa heran .
"Coba kau cari dulu di pinggiran hutan ini, tak mungkin ia masuk kedalam hutan ini, itu sama juga mencari mati , apakah ia datang ke hutan ini dengan bertujuan untuk bunuh diri karena prustasi akan kehidupannya yang sangat menyedihkan .
"Mungkin benar dugaan tuan , ia datang kesini untuk bunuh diri karena malu hidup sebagai sampah ." Mendengar ucapan pemuda itu, pemuda lainnya terlihat mengangguk menyetujui apa yang di ucapkan pemuda itu .
"Cepatlah cari , jangan banyak mikir.. kalian berpencar lah buat beberapa team untuk mencari sampah itu agar cepat ketemu dengan begitu urusan kira cepat selesai . !!"
"Baik tuan muda , " mereka langsung membentuk kelompok masing masing terdiri dari tiga orang setelah terbentuk lima kelompok mereka berpencar ke berbagai arah .
Sedangkan pemuda klan Lin juga di buat bingung dengan menghilangnya Xion Cen, mereka berpikir sama dengan rombongan Xion Zen , kali Xion Cen telah mati di makan binatang monster, untuk meyakinkan ia mencari bukti terlebih dahulu apakah benar bocah itu sudah mati atau masih hidup .
Kalian buatlah beberapa orang, masing masing buat kelompok berjumlah dua orang kemudian berpencar lah, jika ketemu langsung habisi saja . "
" Baik senior Jang . " Mereka semua membentuk kelompok lalu berpencar mencari keberadaan Xion Cen.
Di kedalaman tampak seorang remaja tanggung tengah menghadapi monster tingkat empat yang tengah menyerangnya , ia terlihat tenang menghadapi binatang monster itu , beberapa kali serangan monster itu dapat dihindarinya dengan mudah karena monster itu masih berada di bawah tingkatannya.
Dengan menggunakan pedang miliknya ia bergerak dengan cepat , menggunakan jurus pedang bayangan yang ia hapal dari ingatan Xion Cen sebelumnya , ia bergerak cepat seperti bayangan dengan sekali tebas binatang monster harimau kumbang langsung mati dengan kepala terpenggal. ia mengambil inti monsternya. Setelah selesai langsung melesat pergi meninggalkan tempat itu.
Tak lama kemudian ia berhasil mencapai bibir jurang, baru saja ia ingin memindai jurang itu sebuah serangan bola api langsung menghantam kearahnya , dengan gerakan cepat ia bergeser tubuhnya , bola api itu langsung menghantam pohon besar yang ada di belakangnya .
Duarrrrrrrzzz.....!!! Terdengar ledakan bola api itu langsung menembus barang pohon itu hingga tembus menghantam pohon lainnya yang ada di belakangnya pohon tersebut.
Xion Cen dapat melihat batang pohon berada di belakangnya pohon itu langsung terbakar sedangkan Pohon di depannya hanya berlubang saja .
Ia mencari keberadaan mahluk apakah yang telah menyerangnya , apakah ia seorang manusia atau binatang monster tingkat tinggi .
Setelah memindai , ia melihat seekor beruang api tengah menatapnya dengan wajah sandar , ia memperlihatkan taringnya yang tajam
Xion Cen sempat berpikir , apakah ia sanggup menghadapi beruang api itu yang terlihat satu tingkatan di atasnya, ia berada di tingkat Lapan .
Gerrrrrrrrhhhh..!!!
Dengan mata merah menyala beruang api itu tampak marah, ia melesat menyerang Xion Cen dengan cakarnya yang sangat tajam , seperti ingin membelah tubuhnya .
Dengan gerakan cepat ia menghindar serangan yang mematikan itu , walau kekuatan beruang api itu lebih kuat , tapi ia berusaha menaklukannya .
Gerrrrrrhhh.!!!
Beruang ganas itu menerkam Xion Cen kembali .
Seeeeessszzz..
"Ahhhhhhh......!!! Xion Cen menjerit sesaat ketika merasakan lengannya terkena cakaran beruang api itu . Tubuhnya terpental menabrak pohon yang ada di belakangnya .
Baju lengannya tampak tercabik ,Darah menetes membasahi lengan bajunya , ia dengan cepat menyalurkan Qi spiritual nya guna menghentikan pendarahan , dalam tempo sesaat ia dapat menghentikan pendarahannya .
Melihat Xion Cen yang tengah menyembuhkan lukanya , ia dengan cepat menyerang kembali, dengan susah payah ia menghindar,ia berhasil melakukannya , tanpa sadar ia jatuh terperosok kedalam jurang yang dalam tak berujung .
Aaaaaaaa......!!!!
Xion Cen menjerit dengan tubuh jatuh dengan cepat kedalam jurang, ia tak menyangka kehidupannya akan berakhir seperti ini , ayah .. ibu .. maafkan aku tak bisa melihat kalian lagi, setetes air mata keluar dari celah matanya yang tertutup , ia terus meluncur jatuh ke dalam jurang..
Melihat buruannya jatuh ke dalam jurang , beruang api itu tampak geram marah.
Gerrrrrrrrhhhh......!!! Ia mengeram marah berkali kali , akhirnya pergi meninggalkan tempat itu .
***
"Tuan muda.. kami tak dapat menemukan sampah itu , apa yang harus kita lakukan selanjutnya .?"
" Kita tunggu kedatangan team lainnya apakah mereka menemukan sampah itu atau tidak, setelah itu baru ku putuskan.!!" Xion Zen berharap Xion Cen mati di bunuh oleh salah satu pengikutnya .
Setelah mereka berkumpul semua , ia mendapatkan kabar yang sama dengan pemuda sebelumnya .
" Kalau begitu .. kita lebih baik pulang saja , mungkin sampah itu memang benar benar sudah mati . Kita tinggal tunggu saja apakah kabarnya ia sudah mampus atau belum .!!!" Ucap Xion Zen kesal .
Mereka semua beranjak meninggalkan tempat itu kembali ke Klan Xion.
Sesampainya di pintu masuk hutan, tetua penjaga pintu tampak heran , kenapa kalian cepat sekali pulang, bukannya kalian ingin berlatih.. lalu dimana tuan muda Xion, apakah kalian tak bertemu dengannya .
" Tidak .. ksni tidak bersama dengannya , tujuan kami berbeda .!!"
"lalu kemana perginya tuan muda Xion, aku kira kalian akan bersama .?" tetua paruh baya itu terlihat bingung .
"Sudahlah aku ingin pulang , kalau mau tau cari saja sendiri , aku tak ada urusannya dengannya, mau di tewas atau tidak itu bukan urusanku ."Xion Zen meninggalkan tetua itu lalu kembali ke Klan.
Sementara itu tubuh Xion yang meluncur kedalam jurang yang dalam dengan deras, ketika hampir sampai ke dasar jurang yang di penuhi bebatuan yang tajam meruncing keatas, menunggu tubuh Xion Cen yang akan jatuh menancap ke ujung runcing nya. .
ia yang sudah pasrah namun tetap berusaha menghentikan laju kejatuhan tubuhnya yang tampak semakin cepat, akhirnya ia menyerah.