NovelToon NovelToon
Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern
Popularitas:304
Nilai: 5
Nama Author: Fauzy Husain Bsb

Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?

padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.

Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?

ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kucing Aneh Bu Pinah

Pagi itu, di rumah Shantand…

"Bude Patmi, mulai hari ini bude yang urus jualan tahu, ya?" ujar Shantand sambil memasukkan beberapa tahu ke dalam wadah kayu.

Bude Patmi—wanita paruh baya dengan senyum ramah—mengangguk mantap. "Tenang saja, Ndan! Bude sudah biasa jualan di pasar. Kau fokus saja dengan latihanmu!"

Shantand lega. Dengan begitu, ia bisa lebih fokus berlatih tanpa terganggu urusan jualan.

Namun, baru saja ia hendak duduk untuk melanjutkan latihan, mendadak ia teringat sesuatu!

Pesanan ikan Bu Pinah!

"Ah ya, " Shantand langsung bangkit dari duduknya. Ia buru-buru menuju tempat penyimpanan ikan di belakang rumah.

Di sana, ikan-ikan besar hasil tangkapan Bapaknya masih tersusun rapi dalam peti. Ikan-ikan itu segar, sisiknya berkilau terkena sinar matahari pagi.Bapaknya masih membersihkan peralatan nelayannya dan ikut membantunya menyiapkan segala sesuatunya.

Tanpa buang waktu, ia segera mengemas ikan-ikan itu dengan hati-hati. "Bu Pinah pasti sudah menunggu di kota. Aku harus cepat!"

Setelah memastikan semuanya siap, Shantand mengangkat peti ikan ke atas tas dari kayu yang dibuat pas untuk kudanya dan bersiap berangkat.

Perjalanan Menuju Kota

Shantand mengendalikan kudanya dengan penuh semangat. Jalan setapak yang ia lalui sedikit berbatu, tapi ia sudah terbiasa. Udara pagi masih sejuk, dan suara burung berkicau menemani langkahnya.

Perjalanan menggunakan kuda bisa ditempuh dalam waktu lebih cepat dari biasanya.

Sesampainya di Kota dia langsung ke warung Bu Pinah yang kebetulan belum ramai para pelanggannya.

*****

Kucing Aneh di Warung Bu Pinah

Shantand mengernyit. Ia baru saja menyusun ikan-ikan di dapur belakang warung Bu Pinah ketika matanya menangkap sesuatu yang aneh.

Seekor kucing duduk dengan tenang di sudut dapur. Bukan menjilati atau menggigit makanannya seperti kucing biasa, tapi... menggunakan tangan untuk mengambil nasi dan lauk ikan, lalu menyuapkannya ke mulutnya sendiri!

Shantand berkedip beberapa kali, memastikan penglihatannya tidak salah.

“Eh... kucing?” gumamnya.

Si kucing mendongak. Matanya yang berwarna terang menatap lurus ke arah Shantand. Ada sedikit ekspresi terkejut di wajahnya—ya, wajah kucing itu benar-benar menampilkan ekspresi!

Shantand merasakan bulu kuduknya sedikit berdiri. “Itu... bukan kucing biasa,” batinnya.

Tanpa pikir panjang, ia melangkah mendekat, ingin melihat lebih jelas. Tapi—

Swoosh!

Si kucing langsung menendang piring makannya ke arah Shantand!

Plak!

Shantand dengan refleks menangkisnya, tapi nasi dan ikan di piring itu sudah berhamburan ke mana-mana.

“Hei, hei?!” protes Shantand, ini aneh.

Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara Bu Pinah dari dalam warung.

"Shantand! Kau sudah datang, Nak?"

Shantand hanya bisa terdiam.

"Apa-apaan tadi...?" gumamnya.

Shantand masih tertegun melihat kucing putih cantik itu. Bulu kucing itu begitu mengkilap, tampak lembut seperti kapas. Tapi yang paling mencolok adalah bola matanya yang kemerahan, tampak seperti permata rubi yang bersinar di bawah cahaya.

"Ah iya bu Pinah, maaf belum sempat ngabari tapi langsung ke Dapur.. "

"Eh!" Bu Pinah terkejut melihat makanan kucingnya berantakan di lantai. "Kucing ini memang aneh… tapi dia kucingnya Neng Silvana."

Shantand mengangkat alis. Neng Silvana?

Belum sempat ia bertanya, suara langkah ringan terdengar dari belakang.

Sebuah bayangan muncul di ambang pintu dapur.

Seorang gadis berdiri di sana, mengenakan pakaian ringkas khas pendekar wanita. Bajunya sederhana namun tetap menunjukkan pesona keanggunan. Sebatang pedang kecil dengan ukiran indah tergantung di pinggangnya yang ramping, kulitnya begitu putih terawat, gerakan tubuhnya berayun pelan saat ia melangkah masuk.

Dan Wajahnya... Belum pernah Shantand melihat gadis se cantik jelita ini!

Mata Shantand bertemu dengan matanya.

Gadis itu menatapnya dengan sorot penuh percaya diri. Ada aura yang berbeda darinya—tenang, namun tajam seperti mata pedangnya.

Shantand bisa merasakan... inikah yang disebut bidadari ??

Bu Pinah memperkenalkan Silvana Markonah pada Shantand bahwa dialah yang sering memasok ikan-ikan kesukaan kucingnya.

Tapi bu Pinah buru-buru ke depan karena ada suara pelanggannya yang mulai berdatangan..

Tinggalah Shantand dengan Silvana berdua!

Shantand menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berada sendirian di dapur bersama gadis secantik Silvana membuatnya sedikit kikuk.

Sementara itu, Silvana tampak santai. Ia berjongkok, mengelus kepala kucing putihnya yang bernama Rafaela Ambarwati, sambil tetap melirik ikan-ikan segar dalam keranjang.

"Wah, tangkapan ikanmu besar-besar kali ini. Kamu nangkap sendiri di laut?" tanyanya, suaranya lembut tapi terdengar tegas.

Shantand buru-buru menggeleng. "Ah, eh, itu… bapak yang nangkap ikan… aku cuma nganterin ke sini."

Silvana tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Begitu ya… bagus kalau kamu nggak bohong. Soalnya aku bisa tahu kalau ada orang berbohong."

Shantand tercekat. Hah?! Bisa tahu orang bohong?

Ia menelan ludah. Kalau benar, berarti gadis ini punya ilmu yang tinggi!

Sementara itu, Rafaela masih duduk tenang di lantai, seolah-olah memahami percakapan mereka. Tatapan matanya yang kemerahan seperti menembus jiwa.

Shantand merasa makin aneh. Kucing ini benar-benar berbeda dari kucing biasa… dan pemiliknya pun sama misteriusnya.

Silvana: "Jadi selain mengantar ikan, kamu jualan apa lagi, Shantand?"

Shantand: "Eh… anu…jual tahu."

Silvana: (menaikkan alis sedikit, tersenyum anggun) "Tahu? Menarik. Tahu seperti apa?"

Shantand: (menggaruk belakang kepala, sedikit salah tingkah melihat senyum Silvana) "Ehh… ya… tahu putih biasa, tapi beda dari tahu lainnya. Punya rasa khusus… katanya sih, seperti daging ayam."

Silvana: (menyipitkan mata sedikit, tertarik) "Seperti daging ayam? Tahu macam apa itu?"

Shantand: (tertawa gugup) "Hehe… pokoknya kalau neng Silvana coba, pasti ngerti sendiri!"

Silvana: (tersenyum tipis, menatapnya dalam-dalam) "Oh? Jadi kamu menantangku untuk mencoba tahumu?"

Shantand: (mendadak panik, melambai-lambaikan tangan) "B-bukan menantang! Cuma… ya… kalau mau coba, aku membawa beberapa."

Silvana: (tertawa kecil, anggun, sambil mengambil satu tahu dari keranjang) "Baiklah. Aku akan coba tahu istimewa milikmu ini, Shantand."

Shantand: (menelan ludah, merasa jantungnya berdetak lebih cepat tanpa alasan yang jelas) "Hehe… silakan, neng!"

Silvana lalu meminta tolong Bu Pinah menggoreng tahu dan Shantand menyodorkan tahu lagi kalo mau digoreng sebanyak yang dia mau, tapi Silvana cuma mengambil satu lagi.

Sementara itu hal aneh terjadi pada Rafaela si Kucing Silvana.

Dia tampak gelisah dan berjalan berputar-putar seolah mencari sesuatu..

 

Tiba-tiba dari dalam Labu Tuak Bhaskara berseru,

"Shantand, rasanya aku mengenal kucing itu..sebentar akan kusapa dia.. "

Shantand tercekat,

" jangan bilang Kucing aneh itu juga seperti engkau Guru, dia reinkarnasi seseorang?.. "

Bhaskara hanya tersenyum tenang.

Bhaskara lalu mengirimkan getaran suara ke Rafaela si kucing putih.

Rafaela, si kucing putih berbulu mengkilap, langsung membelalakkan matanya. Telapak tangannya—eh, cakarnya—sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi lebih ke perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan.

"Mas Bhaskara...?" batinnya bergema.

Silvana, yang sejak tadi asyik melihat tahu yang mulai digoreng renyah oleh Bu Pinah, tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Ada getaran halus yang mengalir di udara, seolah ada suara yang menggema langsung ke dalam pikirannya.

Dia menoleh ke arah Rafaela yang kini menatap ke sekeliling dengan tatapan curiga dan waspada.

"Guru, ada apa ini? Siapa yang berbicara?" tanya Silvana dalam hati, tetapi entah bagaimana, getaran misterius itu membuat kata-katanya seolah langsung tersampaikan.

Shantand, yang awalnya asyik memperhatikan tahu yang menggelembung di minyak panas, mendadak terdiam. Dia juga bisa merasakan getaran itu, meski tak sekuat yang dirasakan Silvana.

Sementara itu, Bhaskara—yang sejatinya masih tersembunyi di dalam wadah labu tuak—tertawa kecil. Suaranya yang berat dan berwibawa bergema di sekitar mereka.

"Heh... rupanya kau benar-benar jadi kucing sekarang, Ambar. Kukira kau akan bereinkarnasi jadi harimau atau naga, tapi ternyata malah kucing peliharaan pendekar wanita. Dunia ini memang penuh kejutan."

Mata Rafaela membesar. Tak salah lagi! Itu suara Bhaskara! tidak ada seorang pun yang memanggil nya dengan nama Ambar kecuali Bhaskara... memang dia bernama Rafaela Ambarwati..

"Kau...! Apa kau benar-benar Mas Bhaskara?!" Rafaela bertanya dalam batinnya, tapi suaranya tetap terdengar seperti suara kucing yang mengeong lirih.

Silvana makin kebingungan melihat kucingnya seperti panik sendiri. "Rafaela, kau kenapa?"

Shantand melirik kucing itu, lalu melihat Silvana yang masih kebingungan. Dia pun menoleh ke labu tuak di pinggangnya dan mendesah pelan. "Guru, jangan-jangan kau iseng lagi, ya?"

Bhaskara tertawa kecil. "Aku hanya menyapa seorang kenalan lama."

Silvana semakin curiga. Dia memegang pedangnya, seolah bersiap menghadapi sesuatu yang tak terlihat.

"Shantand, siapa yang berbicara barusan?"

Shantand menggaruk kepala. "Ehm... panjang ceritanya. Yang jelas, kalau kau bisa mendengar suara itu, berarti kau juga bisa berkomunikasi dengan Kucingmu kan?"

Silvana sedikit terkejut. Dia tidak banyak membahas hal itu sebelumnya, tapi memang sejak kecil dia memiliki kepekaan terhadap aura dan kekuatan misterius.

Sementara itu, Bu Pinah yang tidak tahu apa-apa hanya sibuk membalik tahu goreng. "Nak Shantand, tahu gorengnya sudah matang, nih! Langsung mau dimakan atau dibungkus buat si neng Silvana?"

Shantand dan Silvana masih saling berpandangan dengan ekspresi serius. Rafaela, si kucing, masih menatap labu tuak dengan mata tajam penuh teka-teki.

Apa hubungan Silvana dan kucingnya dengan masa lalu Bhaskara? Apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan mereka sebelumnya?

1
Guchuko
Cerita yang menarik dan bikin geregetan. Semangat terus thor!
Fauzy Husain Bsb: ashiap.. thanks 😊
total 1 replies
L3xi♡
Jatuh cinta sama plot twistnya, bikin penasaran terus 🤯
Fauzy Husain Bsb: trima kasih kk/Grin//Smile/
total 1 replies
Fauzy Husain Bsb
ini adalah kisah konyol ttg reinkarnasi yg absurd, yok di coret 2 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!