NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Fantasi Wanita
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.

Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.

Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Perusahaan Merline

Sania duduk dengan wajah penuh kekecewaan, kedua tangannya mengepal di atas meja. Ia membaca laporan yang diserahkan oleh Bella dengan tatapan penuh amarah. Napasnya memburu, jelas menunjukkan kekesalan yang tak bisa ditutupi. Setelah beberapa saat, ia melempar laporan itu ke atas meja.

"Tidak masuk akal! Apa alasannya Dev Jaycolin menolak kerja sama kita? Apa kekurangan rencana proyek yang aku sediakan? Dia bahkan tidak memberi aku peluang untuk bertemu dengannya. Apakah dia tidak tahu kalau perusahaan kita pantas bekerja sama dengannya?" ucap Sania, suaranya tegas tapi penuh emosi. Matanya menatap tajam ke arah Bella, berharap jawaban yang memuaskan.

Bella, yang berdiri dengan gugup di hadapan Sania, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Direktur, isu yang tersebar membuat banyak orang berpikir negatif. Mungkin karena isu tersebut membuat mereka menjauh dari kita. Walau prestasi perusahaan kita bagus, tapi mereka tidak akan ingat. Mereka hanya mencari perusahaan yang memiliki reputasi yang baik." Nada suaranya terdengar hati-hati, meski ia tahu jawabannya tidak akan memuaskan.

Tiba-tiba, Sania menghentakkan tangannya ke meja dengan keras, membuat suara gemuruh memenuhi ruangan. "Brak!" Dokumen-dokumen yang sebelumnya tertata rapi sedikit bergeser karena hentakan itu.

"Kenapa mereka harus peduli dengan isu? Apakah hubunganku dengan Mark bisa membuat mereka jatuh miskin? Kenapa harus peduli masalah pribadiku?" seru Sania dengan nada penuh amarah, matanya berkilat marah sambil menatap kosong ke arah laporan di atas meja.

Belum sempat Bella memberikan reaksi lebih lanjut, pintu ruangan terbuka perlahan. Mark melangkah masuk dengan ekspresi tenang namun sedikit khawatir melihat keadaan Sania.

"Ada apa, Sania? Kenapa kamu emosi?" tanyanya sambil berjalan mendekat. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia peduli, namun ia juga tampak berhati-hati mendekati wanita itu.

Sania langsung menoleh ke arah Mark, wajahnya penuh dengan kekesalan yang belum mereda. "Siapa lagi kalau bukan karena kerja sama kita ditolak pihak perusahaan Jaycolin," jawabnya dengan kesal, matanya masih menyala penuh amarah. Ia melipat tangannya di dada, mencoba menenangkan napasnya yang masih memburu.

"Kamu keluar dulu!"perintah Sania.

Bella menundukkan kepala. "Iya," jawabnya dengan nada pelan, lalu bergegas keluar dari ruangan, meninggalkan Sania dan Mark sendirian. Pintu tertutup perlahan di belakangnya.

Mark mencoba meredakan ketegangan di ruangan itu. Dengan nada tenang namun sedikit memaksa, ia berkata, "Tidak usah emosi karena masalah ini, kita bisa cari perusahaan lain."

Namun, alih-alih mereda, amarah Sania justru berubah menjadi dingin dan penuh tuntutan. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Mark. Dengan gerakan penuh keyakinan, ia duduk di sampingnya, wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang mendalam.

"Kapan kau akan ceraikan istrimu? Anak kita bahkan sudah 20 tahun. Kita telah bersama selama ini. Tapi kenapa kau masih tidak sudi memberiku status sebagai istrimu?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh desakan.

Mark mengalihkan pandangannya, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Sania, aku tidak bisa ceraikan dia, karena rumah itu akan direbut olehnya. Apartemen itu aku beli semasa muda, dan kami sama-sama yang membelinya. Pinky bahkan sudah dewasa. Aku tidak mau kehilangan apartemen itu. Dan tentunya, aku juga tidak ingin Pinky semakin membenciku. Makanya aku tidak bisa menceraikan Ruby."

Nada suaranya menunjukkan keraguan yang bercampur rasa bersalah, tapi ia tetap teguh pada keputusannya. Sania menatapnya dengan pandangan tajam, tidak puas dengan jawaban itu.

"Semua ini hanya alasanmu. Tanpa apartemen itu kita juga ada tempat tinggal," jawabnya dengan nada dingin. "Besok kita bertiga akan pindah masuk. Satu-satunya cara adalah mengusir istrimu dan Pinky."

Suara Sania semakin meninggi, penuh keyakinan. Ia sudah lelah menunggu dan merasa inilah saatnya mengambil tindakan. Mark, yang masih duduk dengan gelisah, menatapnya dengan kening berkerut.

"Mengusir mereka bukankah terlalu kejam? Apartemen itu dibeli dengan uang Ruby juga. Dia membantuku mencari uang semasa kami masih muda. Dia juga berhak tinggal di sana," ujarnya mencoba mengingatkan Sania. Ada nada lembut dalam suaranya, seolah berharap Sania akan memahami posisinya.

Namun, Sania tidak bergeming. Ia melipat kedua tangannya di dada, menunjukkan bahwa ia tidak tergerak sedikit pun. Dengan nada tajam, ia berkata, "Apa kau tidak tega? Lalu, bagaimana dengan aku dan Jenny? Jenny juga anakmu. Pinky sungguh berani menamparku dan Jenny di depan banyak orang. Aku juga ingin mendapatkan hakku. Bukan hanya suami Ruby, bahkan apartemen itu juga harus menjadi milik Jenny."

Mark terdiam sejenak, menatap wanita di hadapannya. Kebingungannya terlihat jelas di wajahnya. Akhirnya ia bertanya, "Bukankah tadi kau mengatakan kalau tanpa apartemen itu kita masih ada tempat tinggal? Kenapa sekarang kau malah berubah lagi?"

Sania menyeringai kecil, menunjukkan senyumnya yang penuh ambisi. "Karena aku berubah pikiran," jawabnya santai. "Kalau ingin merebut suami orang, maka harus rebut hingga ke akarnya."

Sania berdiri di depan Mark dengan ekspresi dingin. Tangannya berkacak pinggang, suaranya tegas dan tak terbantahkan. "Selagi kau tidak menceraikan Ruby, jangan harap kau bisa tidur di kamarku!" ucapnya penuh tekanan, sebelum berbalik dan melangkah keluar dari kantornya dengan langkah cepat.

Mark, yang kini ditinggalkan sendirian, hanya bisa menghela napas panjang. Ia menggeleng pelan sambil menggumam, "Wanita ini benar-benar keras kepala." Ada nada lelah dalam suaranya, seolah ia sudah terlalu sering menghadapi situasi seperti ini, tetapi tetap saja tak tahu bagaimana harus menyelesaikannya.

Tempat tinggal Pinky

Di ruang tamu apartemen yang sederhana, Ruby menatap putrinya dengan kebingungan. Ia duduk di sofa, memegang cangkir teh yang sudah dingin karena pikirannya terusik. Dengan nada penuh kekhawatiran, ia bertanya, "Pinky, kenapa kau malah setuju kalau mereka pindah ke sini?"

"Mama, lihat saja apa yang aku lakukan besok. Ingin menginjak kaki ke dalam rumah ini? Tidak semudah itu, kecuali kalau mereka bisa melewati gerbang apartemen kita."

Ruby menatap putrinya dengan tatapan curiga. "Apa yang direncanakan olehmu?" tanyanya, mencoba menggali lebih dalam.

"Tunggu saja besok dan lihatlah," jawab Pinky.

Ruby, yang ditinggalkan dengan jawaban samar itu, hanya bisa menghela napas. Ia tahu putrinya memiliki sifat keras kepala dan tak mudah dikalahkan, tapi rencananya kali ini membuatnya bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya sedang disiapkan Pinky untuk menghadapi Sania?

1
wiemay
keadilan harus ditegakkan
Nur Adam
lnju
yuning
pinky kamu luar biasa
Bu Kus
salut sama pinky dengan berani bisa lawan papa dan selingkuhan papa nya hebat pinky terus lah berjuang demi masa depan mu dan mama mu pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
masih penasaran..lanjut² makin seru pinky berdiri di kaki nya sendiri tanpa bantuan orang lain..semangat
yuning
semoga Dev segera membantu kamu
Bu Kus
bagus pinky lawan jangan mau di salah kan dan di kalahkan buat mereka nyesel
wiemay
kusuka dg pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
keren keren.lanjut thor..aku suka
Lasman Silalahi
lanjut
Bu Kus
makan Sania jangan jahat Mulu jadi orang sekarang dapat karma kan
Bu Kus
pinky semakin gercep aja ayo pinky Pepet terus sampe Dev luluh hati nya
Dini Anggraini
Sania bisa2nya menyalahkan pinky padahal dia yang mau menjebak pinky tapi yang kena Jenny senjata makan tuan masih saja salahkan pinky semoga Sania segera di penjara bersama Jenny juga Thor heran orang kok jahat banget sudah jadi pelakor sekarang merasa jadi korban.
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
wah ayo pinky kita jadi mafia.😁🤭🤭🤭
Isnanun
kok bisa jadi tersangka
Yanti
good novel aku selalu suka karya mu Thor tapi 1 Thor agak maksa update nya jangan lama2 ya 🤭🤭🙏🙏😄
yuning
Dev bantu pinky
yuning
maju terus pantang mundur pinky 😍
Lasman Silalahi
lanjut
wiemay
wah dapat lampu hijau nih dr camer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!