Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelamatkan
"Dokter? Nyonya cantik di depan Anda menanyakan apakah putranya sudah boleh minum setelah bangun dari operasi usus buntu semalam?"
Pertanyaan dari perawat yang bertugas mendampingi Gionatan bertanya dengan hati-hati ke dokter spesialis bedah umum yang terlihat berdiri dengan kaku dan tatapannya kosong.
Gionatan sontak berdeham, "Ehem!" Untuk mengikis kecanggungan di antara dia dan mantan terindahnya. Pria tampan itu kemudian melangkah perlahan sambil tersenyum ke pasien ciliknya, dia mengabaikan tatapan penuh tanyanya Aylin Buana.
"Jagoan yang cakep banget ini mau minum, ya?" Gionatan tersenyum ke putra mantannya tapi cowok tampan itu seketika mengumpat di dalam hatinya, sial! Wajah anak ini mirip banget dengan Aylin. Putih dan cakep. Ada lesung pipinya, juga. Andai saja ini anakku dengan Aylin. Tapi sayangnya anak ini bukan anakku dan aku hanya bisa berandai-andai saat ini, kampr*t!
Aylin memutar badannya dengan cepat dan tercengang dengan keakraban yang terjalin antara Langit dan Gio.
"Boleh dong minum. Tapi pelan-pelan, ya?"
"Iya, Om doktel. Telima kacih" Sahut Langit dengan lidahnya yang masih cadel dan anak berumur tiga tahun itu belum bisa memakai huruf R di setiap kata yang dia ucapkan.
Gionatan tersenyum lebar lalu duduk di tepi ranjang dan mengambil gelas berisi air putih hangat. Cowok tampan itu memegang gelas dengan tangan kiri lalu membuka sedotan dengan menggigit plastik yang membungkus sedotan itu. Kemudian Gionatan memasukkan sedotan itu ke dalam gelas dengan tangan kanannya agar Langit bisa minum lebih mudah memakai sedotan itu.
"Om dokter bantu minum, ya?"
Langit tersenyum lebar dan berkata, "Telima kacih, Om Doktel"
"Namanya siapa?" Tanya Gionatan sambil membantu langit untuk minum dengan sangat hati-hati.
"Langit Buana Helambang, Om. Om doktel namanya siapa?"
Langit tidak pernah bisa akrab dengan siapa pun, karena dia mirip banget denganku. Introvert. Tapi, kenapa Langit mau digenggam tangannya sama Gio dan Langit mau tersenyum bahkan mau menjawab pertanyaan-pertanyaannya Gio? Batin Aylin seketika terasa sangat perih dan sesak. Andai saja dia anaknya Gio. Aylin kemudian berbalik badan dengan cepat sambil berkata, "Maaf saya ke toilet sebentar"
"Nama Om dokter, Gionatan Wibisana. Langit bisa memanggil Om dokter, Om Gio" Gionatan meletakkan gelas di atas nakas setelah dia membantu Langit minum. Pria tampan itu kemudian berdiri dan menoleh ke pintu toilet dengan hati yang seperti dihimpit dua tembok besar.
Gionatan tanpa sadar mengusap-usap dadanya sambil bergumam, "Kenapa sesak banget rasanya?"
"Dokter sakit? Saya akan ambilkan obat untuk dokter" Ucap perawat yang mendampingi Gionatan.
"Ah, tidak usah. Saya tidak apa-apa. Oke Om dokter akan memeriksa jagoan kecil ini ya?" Gionatan kembali mengarahkan pandangannya ke pasien ciliknya yang sangat tampan.
Langit mengangguk dengan senyum lebarnya.
Sementara Gionatan fokus memeriksa kondisi pasiennya dokter Bram, Aylin tengah duduk di atas toilet dengan membungkam mulutnya agar suara isak tangisnya tidak sampai keluar dan terdengar oleh Gionatan, Langit, dan perawat itu. Tangan kanan Aylin membungkam mulutnya dan tangan kiri Aylin memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Airmata mengalir sangat deras jatuh di kedua pipi Aylin tanpa jeda.
Aylin kemudian berdiri dengan cepat dan berlari ke wastafel saat dia merasakan perutnya seperti diaduk-aduk. Wanita cantik itu kemudian muntah-muntah di wastafel.
Suara, "Hoooeekkk, hoooekkkk!!!" Yang terdengar sangat keras, membuat Gionatan bergegas berlari ke toilet sambil berkata ke perawat yang mendampinginya, "Tolong jaga Langit!"
Brak! Gionatan mendobrak pintu toilet dan langsung berlari ke Aylin. Dia nekat menyentuh tengkuk Aylin lalu memijit tengkuk itu sambil berkata, "Kenapa kamu muntah-muntah seperti ini?"
Aylin mendongak ke cermin dan pandangannya bersitatap dengan dua bola mata kecokelatan milik Gionatan yang terpantul di cermin.
Keduanya saling tatap lewat kaca cermin dan keduanya diam terpaku.
...♥️♥️♥️♥️...
Keduanya kemudian kembali ke masa lalu. Di kejadian yang sama.
Gionatan berlari ke toilet dan berkata maaf saat dirinya memijit tengkuk Aylin.
Aylin tengah muntah-muntah di toilet tidak lama setelah dirinya duduk bersama Jefry Thien.
Aylin mengusap bibirnya dengan cepat memakai punggung tangannya lalu menepis tangan Gionatan.
"Aku sudah berkata maaf tadi" Bibir Gionatan mengerucut.
"Kamu masuk ke toilet cewek" Aylin melotot ke Gionatan.
"Nggak masalah. Aku ini dokter. Aku bisa kasih alasan kalau aku masuk ke toilet cewek ini karena mengkhawatirkan kondisi pasienku"
"Siapa pasien kamu, hah?!"
"Kamu. Pasien dengan penyakit hati akut dan hanya cintaku yang bisa menyembuhkan penyakit hati akutmu itu" Gionatan mengangkat kedua alisnya dengan senyum lebar.
Aylin mendengus kesal lalu mendorong Gionatan sambil berkata, "Keluar dari sini!"
Gionatan hanya bisa mengernyit saat Aylin menutup pintu toilet lalu menguncinya.
Gionatan kemudian berbalik badan dengan langkah tegap menuju ke mejanya Jefry Thien.
Restoran mewah yang sudah dipesan khusus oleh Jefry Thien untuk acara lamaran itu, restoran mewah yang akan menjadi saksi bisu Jefry Thien melamar Aylin Buana di malam itu, terlihat lebih luas dari hari-hari biasanya karena hanya ada satu meja bundar dengan dua kursi berhadapan yang dipasang di tengah ruangan utama dan band ternama di kota J sukses mengisi kesunyian di sekeliling mejanya Jefry Thien.
Gionatan yang sedari tadi duduk di teras, tepatnya di kursi teras yang menghadap ke kaca tembus pandang yang mengelilingi ruangan utama restoran elite itu, menampakan kebersamaannya Aylin dan Jefry Thien. Beberapa menit kemudian, tangan Gionatan terkepal dan pria tampan itu bangkit berdiri menyusul Aylin saat dia melihat Aylin berlari kencang ke toilet.
Gionatan hapal semua letak ruangan restoran elite itu bahkan letak semua toiletnya, karena restoran itu milik mamanya. Dia juga tahu rencana lamarannya Jefry Thien itu dan bergegas ke restoran milik mamanya itu untuk melihat sendiri apakah Aylin akan menerima lamarannya Jefry Thien. Kalau iya, maka Gionatan akan melepaskan Aylin. Dia tidak ingin memperebutkan wanita yang sudah menetapkan pilihan.
Gionatan menarik kursi dan dia duduk di depan meja bundar yang menghalangi dirinya untuk memberikan bogem mentah ke Jefry Thien.
Jefry Thien sontak berdiri dan mengulurkan tangannya, "Dokter Gionatan Wibisana, senang bertemu Anda. Tapi, kenapa Anda bisa ada di sini? Restoran ini sudah saya booking dan........"
Alih-alih menerima uluran tangannya Jefry Thien, dia melipat tangan di depan dada dan itu membuat Jefry Thien kembali duduk dengan kening bergelombang dan tanya, "Ada masalah apa Anda ke sini menemui saya?"
"Anda menyewa full restoran ini untuk melamar pacar Anda?" Tanya Gionatan dengan wajah datar dan sangat serius.
"I....iya, kenapa Anda bisa tahu kalau saya......"
"Apakah Anda sudah melamarnya? Apakah cincin Anda sudah melingkar di jari manis pacar Anda? Apakah dia menerima lamaran Anda?" Tanya Gionatan menggebu-gebu.
Jefry Thien menjawabnya dengan kerutan di kening, "Belum. Saya belum sempat melamarnya karena pacar saya mendadak mual dan pergi ke toilet. Memangnya kenapa?"
Yes! Aylin belum menerima lamarannya Jefry. Hati Gionatan Wibisana bersorak senang.
Gionatan tersenyum tipis lalu berkata, "Siapa pacar Anda? Suster Lastri apa gadis lain?"
Jefry Thien sontak menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi dengan wajah pias, "An.....anda....A.....apa maksud Anda?"
"Saya sudah melaporkan perselingkuhan Anda dengan Suster Lastri. Saya punya buktinya. Karena Anda dokter spesialis yang masih dibutuhkan di rumah sakit milik Kakek saya, maka Anda masih diijinkan bekerja di rumah sakit milik Kakek saya, tapi suster Lastri tidak. Dia akan saya pecat mulai besok pagi"
Jefry Thien ternganga kaget dan keringat dingin mulai turun di kedua pelipisnya.
"Dan jabatan Anda akan saya turunkan. Anda tidak lagi berada di komite medik. Anda hanyalah dokter biasa dan tunjangan jabatan Anda juga berkurang"
Dokter Jefry Thien sontak menyemburkan, "An....Anda tidak bisa......"
"Tidak bisa apa? Saya direktur utama dan cucu dari pemilik rumah sakit Dokter Zayyan. Saya bisa memecat dokter, staf medis, maupun karyawan yang melanggar kode etik dan peraturan rumah sakit"
Jefry Thien semakin panik, "Sa.....saya......"
"Anda tidak usah mengelak. Saya sudah tahu perselingkuhan Anda dengan Suster Lastri sudah berjalan selama setahun ini dan sampai sekarang pun masih berlanjut" Gionatan menatap tajam Jefry Thien.
Jefry Thien meremas tangannya sendiri yang berada di bawah meja dengan wajah yang semakin pucat.
"Mas.........kamu...." Aylin menyemburkan kata tapi tidak kuasa meneruskan kata-katanya. Hatinya terasa sangat sesak. Dia sangat mencintai Jefry Thien untuk itulah dia mendadak ingin muntah saking bahagianya karena dia mendapatkan feeling bakalan dilamar oleh pria itu. Dia sudah tahu Jefry berselingkuh tapi cintanya yang sangat besar pada pria itu membuatnya kembali termakan rayuan mautnya Jefry Thien dan bahkan dia akan menjawab iya jika Jefry benar-benar melamarnya malam itu.
Jefry Thien sontak berdiri dan menatap Aylin dengan sorot mata penuh penyesalan. "Maafkan aku, Lin. Aku tidak bermaksud berselingkuh. Aku hanya butuh hiburan sesaat karena kamu terlalu sibuk cari uang dan sering mengabaikan aku"
Dia menyelamatkan aku lagi dari bahaya. Kalau aku menerima lamarannya Mas Jefry padahal Mas Jefry masih berselingkuh dengan perawat itu. Maka pernikahanku pasti hancur. Batin Aylin dengan mata mengarah ke kedua bola mata cokelat milik pria tampan yang dia ketahui bernama Gionatan Wibisana. Aylin mengabaikan Jefry yang tengah mengoceh panjang lebar di depannya.
Gionatan berdiri dan tatapannya mengunci dua bola mata hitam yang dipayungi bulu mata lentik nan cantik milik Aylin Buana.
"Aylin?" Panggil Jefry Thien.
Aylin tersentak dari lamunannya lalu mengarahkan pandangannya ke Jefry Thien. "Kamu bilang itu hanya khilaf sehari dan kamu tidak mengulanginya lagi, Mas. Tapi, setahun, Mas? Kamu bahkan berselingkuh dengannya di awal-awal kita pacaran, Mas. Kalau kamu cinta sama perawat itu, kenapa kamu nembak aku untuk jadi pacar kamu, Mas?"
"Karena aku mencintaimu. Lastri hanya pelampiasanku saja" Jawab Jefry Thien.
Aylin mendengus geli, "Pelampiasan saja?" lalu gadis cantik itu berkata, "Brengsek kau, Mas. Jangan dekati aku lagi. Kita putus" Aylin kemudian berbalik badan dengan cepat dan Gionatan bergegas menyusul Aylin di saat Jefry Thien ternganga mematung.
☕️ dulu buat ka author