Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Pasangan serasi
Dewi memilih mengundurkan diri, hm. Sepertinya dia ingin melihat grup Thamrin jatuh di tangan Kak Arman sehingga menuai protes dari anggota Dewan dan pada akhirnya jabatan itu kembali padanya. Kalau ada yang melihat tarikan kecil diujung bibir Dita, itu lebih dingin dari es di kutub Utara.
Dewi pikir dia bisa menyembunyikan kelicikan di hatinya, coba saja Yetty sulit diajak bekerjasama dan membodohi Kak Arman. Perempuan tua itu akan berhadapan denganku, Dita mengepal tangannya yang bebas di bawah meja.
Sementara fokus Arman bukan pada mengundurkan diri Dewi. Dua kata bercocok tanam lebih digaris bawahi oleh hatinya yang kian tambah panas seperti kawah gunung merapi.
"Kak sakit," lirih dita terkejut.
"Oh maaf," ucap Alan menyadari kesalahannya. Ternyata dia menggenggam tangan Dita terlalu erat seperti memeras jeruk untuk dijadikan jus.
Hm, Dita mendesah. Semudah itu Dewi menyerahkan jabatannya tapi kenapa Kak Arman tidak bahagia?
Para eksekutif tersenyum masam mendengar ke-vulgaran bahasa Dewi. Bercocok tanam, bukanlah bahasa yang formal disebutkan dalam sebuah rapat Dewan direksi. Adanya konotasi negatif, otak orang dewasa mana yang tidak akan traveling ke hal-hal berbau porno khususnya laki-laki.
Kekasih direbut, posisi direbut sampai harus resign dengan alasan mau keliling dunia. Sementara kebanyakan orang akan berusaha saling menjatuhkan bahkan ada yang sampai membunuh demi kekuasaan. Tapi Dewi merelakan nya begitu saja, "Jika Bu Dewi mengundurkan diri, bukankah salah satu jabatan penting akan kosong," kata seorang anggota dewan.
Dewi memandang orang itu kemudian berkata. "Semua yang hadir disini pasti mengerti, bahwa dengan bersatunya pemegang saham kedua dan ketiga, tidak mungkin lagi bagi saya untuk duduk di bangku Direktur. Saya hanya pantas menjadi wakil."
"Maka dari itu sekarang saya umumkan, bahwa mulai saat ini Bu Yetty akan menggantikan saya sementara sampai saya siap kembali ke perusahaan."
Kembali suara laler bergerombol saling diskusi, kebanyakan dari mereka mengangguk-anggukkan kepala. Di wajah mereka tidak terlihat ada yang keberatan, kecuali Arman.
Pantas saja si Yetty sombong dan angkuh, ternyata dia akan naik jabatan. Arman memandang sekretaris Dewi itu dengan muka masam.
"Apakah ada interupsi?" tanya Dewi memandang pada semua yang hadir tanpa melewatkan Arman dan Dita.
Arman menarik ujung bibirnya, ibu pasti bahagia mendengar berita ini, pikirnya. Tapi hatinya yang kosong semakin terasa hampa, hah! Tubuh Arman terkulai lemas.
Anggota dewan direksi sepakat menggeleng, "Sepertinya Bu Dewi sudah merencanakan jauh hari, saya setuju kalau aturannya seperti itu." Seorang anggota berkata.
"Ya."
"Tidak ada masalah."
"Bu Yetty adalah senior bahkan dia pantas menduduki jabatan Direktur utama."
Seseorang ingin menambah panas hati seseorang, hehe. Ingin menunjukkan betapa tidak kompetennya Arman jadi Wakil, apalagi jadi Direktur utama.
Beberapa anggota Dewan tersenyum memandang ke Arman, tapi tidak ada yang mengeluarkan statemen tambahan.
Arman tidak menanggapi, tunggu saja jabatan Direktur ada ditangannya. Siapa yang menentang kebijakannya, akan dibantai di tempat pemotongan daging, heh!
"Baiklah, sekian saja dari saya. Terimakasih atas dukungan bapak-bapak dan ibu-ibu, permisi."
.
.
Saat keluar dari ruangan meeting, "Yetty kamu pulang saja karena urusan sudah selesai." Dewi memerintah sekretarisnya sebelum dia kembali ke kamar tunggunya.
"Baik, Bu Dewi. Apakah lusa saya boleh datang ke acara nikahan?"
Dewi mengerut kening, berpikir bahwa Bu Yetty banyak berjasa padanya. "Baiklah, bawa keluarga Bu Yetty kalau mereka juga mau ikut."
"Terimakasih kasih, Bu Dewi." Yetty tersenyum senang. Dia telah menganggap Dewi sebagai anaknya diam-diam di hatinya tapi Dewi terlalu kaku dan menjaga jarak jadi dia tidak berani sok akrab.
Dewi turun cepat-cepat ke lantai sembilan, dia tidak mau berbagi lift dengan dua orang yang akan membuat moodnya down. Dia masuk ke kamarnya tanpa hambatan, melihat Alan telah ditemani dua pria. Satu dari tim Wedding Organizer yaitu Renald dan satu lagi Designer yang tadi dia pesan.
"Bu Dewi," sapa mereka.
"Hm, sudah pilih jas?" Dewi duduk di sofa lebih dekat kepada Alan. Tatapannya pada sederet setelan jas yang tergantung di rak berjalan yang dibawa oleh Designer.
"Saya bawa sepuluh set terbaik. Kabar baiknya lagi, ada 3 setel jas keluaran baru yang baru saja tiba pagi ini. Menurut saya akan sangat cocok dikenakan Bapak Alan saat dipadukan dengan set kebaya Bu Dewi yang di Manekin itu." tunjuknya. "Bagaimana kalau coba sekarang saja?" tanya Designer yang bernama Remi itu dengan gemulai.
"Silahkan." Dewi menyuruh Alan dengan lirikan.
Si Designer dengan semangat berdiri untuk memilih jas yang dimaksud, "Bapak Alan telah memberitahu saya ukuran pakaiannya. Standard model pria internasional. Bu Dewi paling pintar memilih suami. Pak Alan bisa jadi model catwalk saya, kapan-kapan." Designer mengerjabkan matanya pada Alan.
"Berani berapa?" tanya Wedding Organizer bercanda. Dia juga terpukau saat pertama kali melihat suami pengganti Dewi, Alan. Hasil gambarnya juga photo genik. Arman ganteng tapi ini lebih ganteng dan seksi, tante-tante arisan pasti histeris gila jika disuguhi tubuh berotot Alan di balik kaos ketatnya yang tertutup jaket.
"Kamu kenapa masih disini?" tanya Dewi melotot Renald. "Apa kamu tidak ada kesibukan lain?"
Renald cemberut. Dia masih betah memandang Alan, sekarang harus diusir. Dasar si Dewi pelit. "Bu Dewi, saya perlu memastikan pakaian Pak Alan agar bisa mengatur fotografer saat mengambil kontras saat ijab kabul."
Tiba-tiba dia memiliki ide agar bisa berlama-lama di dekat Alan. "Bagaimana kalau Dewi juga sekalian coba kebayanya. Saya ambil photo baru aja, biar cantik photo kalian berdua di buku nikah, oke!"
Cis! Dewi mendengus. "Alasan."
"Hehe." Renald tertawa. "Ayo silahkan ibu yang terhormat."
Mau tak mau Dewi juga mencoba kebayanya, agar bisa disesuaikan dengan setelah jas Alan.
Alan berpikir kalau jas yang dipesannya juga cocok jika dipadukan dengan set kebaya Dewi, tapi ya lihat saja nanti. Sebentar lagi juga Hiro sampai, maka dia dengan patuh mengenakan satu set jas pertama yang Remi pasang ke tubuhnya.
"Oh, no way. Please help, I am in love with you Alan!" seru Remi.
Renald mendengus jijik tapi mau bagaimana lagi, dia yang straight aja kagum pada sosok Alan apalagi Remi yang setengah-setengah.
Dewi keluar dari kamar ganti dengan balutan kebaya di tubuhnya, "OHH, you look so beautiful Dewi." Kembali Remi berseru.
Renald yang siaga dengan kameranya juga berdecak, "Pasangan serasi," gumamnya.
"Ini belum make over, kalian sudah mencuri perhatian. No way, benar-benar pasangan yang membuat iri." Remi tak kuasa menahan liur di sudut bibirnya.. Matanya berbinar, "Aku mau photo wedding kalian terpampang satu yang paling gede, di Butik Saya."
Ding dong!
"Siapa?" tanya Renald.
"Tanya sana biar tau!" ketus Dewi. "Lihat orang lagi tes baju bukannya inisiatif."
Ck, dengan cemberut Renald ke pintu. "Siapa?"
"Hiro, asisten Pak Alan." Kata Pria di balik pintu yang wajahnya dapat dilihat di layar pemantauan.
__________