Hamil Anak Siluman.

Pandita berendam di dalam pemandian yang berada di dalam kamarnya, ia memejamkan matanya untuk merilekskan pikirannya.

Sementara Amecca, saat ini sedang di pakaikan lotion ke seluruh kulit tubuhnya, lotion itu terbuat dari bahan yang alami, dengan aroma bunga Lily.

Setelah selesai mereka mulai merias tipis-tipis wajah sang permaisuri baru mereka lalu memakaikan permaisuri gaun malam yang akan membuat pangeran terpesona pada permaisuri.

"Permaisuri, anda sangat cantik sekali, aku benar-benar iri melihat kecantikan wanita dari golongan manusia, kecantikan kalian benar-benar memiliki ciri khas tersendiri. Dan anda akan bertambah cantik setelah anda dan pangeran menyatu, kulit anda akan berseri jika anda sering berendam di telaga kristal."

Ucap salah satu dayang yang bernama Rasih.

Mecca tersenyum mendengar pujian untuknya, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin rias. Salah seorang dayang yang menyisir rambutnya juga memberikan minyak yang akan membuat aroma rambutnya wangi.

Mecca merasa tubuhnya seperti taman bunga saat ini.

"Rasih, kalian ini sejak aku mulai mandi selalu memberikan aku aroma bunga yang bermacam-macam, aku sudah seperti kebun bunga dengan berbagai macam aroma." ucap Mecca dengan tersenyum.

Para dayang itu ikut tersenyum hingga memperlihatkan barisan gigi mereka.

"Kami hanya menjalankan perintah pangeran saja permaisuri, kami tidak ingin di salahkan jika nanti pangeran tidak bisa mengabsen aroma bunga yang ia inginkan dari tubuh permaisuri." ucap Rasih. Mecca terkekeh mendengar jawaban Rasih.

"Ya sudah, sebaiknya kalian keluar saja. Aku lelah ingin istirahat." ucap Mecca lalu berdiri dari depan meja rias dan berjalan menuju ranjang pengantin.

Para dayang itu pun menerima perintah yang Mecca berikan. Mereka keluar dan meminta salah satu pengawal yang menjaga kamar pengantin untuk memanggil pangeran.

Salah seorang pengawal berlari menuju ke kamar pangeran.

Sesampainya di depan kamar pangeran, pengawal mengatakan maksud kedatangannya pada pengawal yang menjaga kamar pangeran setelah itu kembali menuju kamar pengantin.

Pandita yang sedang menunggu pengawalnya memilihkan pakaian untuknya menoleh ke arah pintu ketika pintu kamarnya di ketuk.

"Pangeran, permaisuri sudah selesai." ucap pengawal itu.

Pandita menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Cepat berikan pakaianku, aku tidak sabar untuk bertemu permaisuri ku." ucap Pandita dengan wajah berseri.

Para pengawal pribadi pangeran dengan sigap memakaikan Pandita pakaian. Setelah itu Pandita langsung mendatangi kamar pengantin mereka dengan beberapa pengawal pribadi di belakangnya.

Pintu kamar di buka dan Pandita segera masuk.

Pandita tersenyum senang melihat istrinya sudah berbaring diatas ranjang pengantin dengan menggunakan pakaian yang membuatnya terpesona pada tubuh Mecca.

Mecca tersenyum dan merentangkan tangannya bersiap menyambut pangerannya.

Pandita berlari dan langsung menabrak tubuh mungil milik Mecca dan langsung menghujami wajah Mecca dengan ciuman yang memabukkan.

"Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kita Mecca." ucap Pandita setelah menghentikan aksinya menciumi wajah Mecca.

"Pandita, kau ini seperti baru melakukannya saja, kita sudah beberapa kali melakukannya bukan sebelum kita menikah." ucap Amecca. Pandita menangkup wajah Mecca dan tersenyum lalu mencium sekilas bibir beraroma buah persik milik Mecca.

"Sejak kau meminum campuran darah kita, kamu kembali perawan Mecca. Dan aku sangat ingin mencobanya lagi, aaah, aku benar-benar beruntung bisa memerawani mu hingga 2 kali." ucap Pandita senang.

"Benarkah, bagaimana bisa. impossible!" kata Mecca dengan ekspresi heran. "Bagaimana mungkin aku bisa perawan lagi, jika tidak melakukan operasi Pandita." ujarnya lagi. Pandita terkekeh dan mencubit kedua pipi Mecca gemas.

"Ha ha ha, semua bisa terjadi disini sayang. Tapi kamu tenang saja aku akan melakukannya dengan lemah lembut seperti awal dulu kita melakukannya." ucap Pandita lalu merebahkan tubuh Mecca di bawahnya. Ia kemudian melepaskan tali pakaian yang terikat pada pundak Mecca dan melucuti semua pakaian yang Mecca kenakan.

Mereka kembali mengarungi malam pertama sebagai pasangan suami istri yang sah dengan panas dan panjang.

Pandita terus menerus membuat Mecca melenguh dan merintih karena di buat melayang.

Sementara di tempat resepsi pernikahan ada seorang penyusup yang mulai mengawasi situasi istana, ia adalah siluman harimau yang berkhianat dengan menerima perintah dari raja siluman ular biru untuk menculik pangeran, ia bernama Loco, Loco berjalan mengendap-endap menuju ke bagian dalam istana untuk mencari keberadaan pangeran.

Sementara pengawal pribadi Pramudya sudah mencurigai salah satu rakyat yang sejak awal memang bersikap aneh.

Ia mengikuti kemana Loco pergi, saat ia berada di depan kamar pengantin Loco sengaja memberikan para pengawal pribadi permaisuri dan pangeran yang sedang berjaga di depan kamar pengantin makanan yang ia keluarkan dari dalam saku bajunya.

"Tuan, makanlah ini. Ini akan membuat kalian tidak lelah. Pangeran dan permaisuri pasti akan menghabiskan malam panjang di dalam." ucap Loco sambil membagikan makanan satu persatu pada para pengawal.

Tiba-tiba makanan yang ada di tangan Loco terjatuh karena pengawal pribadi Pramudya yang mengikuti Loco memukul tangan Loco.

"Tuan Adipala." ucap Loco dengan wajah terkejut.

"Pengawal, bawa pria ini ke penjara bawah tanah sekarang, lalu kumpulkan makanan ini kembali lalu berikan ke pada tabib istana, katakan pada tabib istana untuk memeriksa kandungan dari makanan yang di bawa rakyat jelata ini." titah Adipala.

Para pengawal langsung sigap menyergap tubuh Loco dan membawanya menuju ke penjara bawah tanah. Loco memberontak agar di lepaskan.

"Lepaskan aku, tuan Adipala, anda akan menyesal karena telah melakukan ini padaku."

"Kita akan mengetahui kebenarannya setelah tabib istana memberikan komposisi bahan yang ada di dalam makanan itu. Jika memang tidak ada sesuatu yang berbahaya kau tidak perlu khawatir karena aku akan segera melepaskanmu. tapi jika terbukti kau berusaha mencelakai pengawal pangeran dan permaisuri, aku akan memenggal kepalamu." ucap Adipala lalu pergi untuk melaporkan hal ini pada raja.

Di dalam kamar, Pandita yang baru menyelesaikan aktivitas nya bersama Mecca bangkit dari ranjang, untuk melihat keluar kamar. Karena ia sangat terganggu dengan keributan yang berada di luar kamar pengantin nya.

"Mecca, aku keluar sebentar ya. Kamu tidurlah, ini sudah malam." Pandita mengecup kening Mecca yang berkeringat lalu menyelimuti tubuh polos Mecca.

Pandita memakai jubah tidur berwarna hitam dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa ini, kenapa kalian mengganggu kesenanganku dan istriku!" seru Pandita lalu melangkahkan kakinya mendekati Adipala. Pengawal pribadi ayahnya.

"Maaf pangeran, sepertinya ada penghianat diantara rakyat kita. Ia berusaha memberikan makanan pada pengawal anda dan permaisuri, yang aku curigai akan membahayakan para pengawal pangeran dan permaisuri. Tapi aku sudah meminta pengawal untuk memenjarakannya. Kita akan mengetahui makanan apa yang telah orang itu berikan pada para pengawal." Adipala memberikan sembah hormatnya pada pangeran Pandita dan mengatakan hal yang terjadi.

"Siapa nama orang itu, kenapa dia berani sekali menjadi penghianat kerajaan. Segera beri tahukan aku jika memang dia terbukti akan melakukan hal yang buruk pada pengawalku dan istriku." ucap Pandita dengan rahang menggertak.

"Namanya Loco, Baik pangeran, aku meminta tabib istana untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada makanan itu, aku akan mengatakan hal ini pada raja, agar raja memerintahkan para pengawal untuk mengetatkan penjagaan di istana ini, sepertinya anda dan permaisuri menjadi incaran dari seseorang." ucap Adipala.

Pandita menatap tajam Adipala dan menganggukkan kepalanya sekali.

"Katakan pada ayahku, jika aku tidak akan pergi ke Medan perang jika raja tidak mengetatkan penjagaan di sekeliling istana, aku juga minta pada raja untuk memberikan istriku pengawal yang sudah di seleksi dengan ketat, aku tidak ingin mengambil resiko ketika aku nanti pergi ke Medan perang." titah Pandita.

"Baik pangeran, titah anda akan saya sampaikan pada yang mulia raja." jawab Adipala lalu menunduk hormat.

Pandita kembali masuk ke dalam kamar pengantin dan mendekati istrinya yang sedang membaca mantra yang ibu ratu berikan. Mecca di minta menghafalkan mantra itu untuk melindungi dirinya dan juga kehamilannya.

"Sayang, kok belum tidur. Katanya lelah." Ucap Pandita yang sudah naik keatas ranjang dan menarik tubuh mecca kedalam pelukannya.

"Aku masih menghafalkan mantra ini Pandita, aku ingin bisa menguasainya agar aku bisa menjaga putra mahkota yang berada di dalam perutku." ucap Mecca tersenyum dan meletakkan buku mantra itu diatas nakas. Ia lalu memeluk erat tubuh gagah milik Pandita.

"Mecca, ada yang ingin aku katakan padamu." Pandita mengusap bahu telanjang Mecca. Mecca mendongakkan wajahnya dan bertanya.

"Hmm, katakan saja."

"Lusa aku harus pergi untuk menjadi panglima perang menyerang kerajaan ular biru di gunung Sinabung." ucap Pandita dengan dada sesak.

Mecca mengusap rahang tegas suaminya dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan.

"Kita baru menikah Pandita, kenapa bukan raja atau pengawal pribadinya saja yang pergi." ucap Mecca dengan wajah menahan airmatanya.