Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Kesepakatan Menikah
"Ayo kita langsung saja ke kamar kita!" ajak Maura.
"Oke!" sahut Rafa dengan santai yang berdiri dari tempat duduknya dan begitu juga Maura. Maura bahkan dengan sangat lancang merangkul lengan Rafa dan mereka berdua berjalan meninggalkan Jesslyn.
"Kak Maura, apa yang kakak lakukan?"
"Kak Maura!" Jesslyn berteriak tanpa ada yang memperdulikannya.
Maura dan Rafa berdiri di depan pintu kamar Hotel Maura yang terlihat semakin gugup dengan saling memegang tangannya begitu erat.
"Astaga apa ini sungguhan. Aku benar-benar melewati batas. Bagaimana mungkin ingin membalas Jesslyn aku sampai mengorbankan harga diri seperti ini," Maura terus bergerutu di dalam hati dengan perasaan yang semakin tidak tenang yang berkali-kali membuang nafas perlahan kedepan.
"Kau tidak berencana untuk membuka pintu?" tanya Rafa membuat Maura tersentak.
"Oh- i-iya aku buka pintu," jawab Maura dengan gugup. Lagi-lagi dan lagi Rafa tersenyum miring.
Tangan Maura hayang bergetar memegang kartu kamar tersebut yang berusaha menempelkannya. Tetapi malah terlihat tidak masuk. Rafa mengambil kartu itu dan langsung menempelkan dan ternyata bisa.
Huhhhhh, Maura sejak tadi tidak henti-henti membuang nafas.
Rafa memegang kenopi pintu dan langsung memasuki kamar Hotel tersebut terlebih dahulu.
"Matilah aku di sini," batin Maura pasrah dan menyusul Rafa.
Mereka berdua yang sudah berada di kamar Hotel dengan kegugupan yang semakin menyelimuti Maura dengan perasaan yang tidak tenang jangan tanya bagaimana jantungnya berdebar begitu kencang yang ingin lepas dari tempatnya.
Jantung itu semakin tidak terkendali ketika melihat Rafa yang membuka jasnya dan meletakkan di atas sofa.
"Kau ingin dimulai dari mana?"
"Hah!" sahut Maura dengan kaget.
Rafa tersenyum miring dan melangkah mendekati Maura yang sekarang sudah berdiri di hadapan Maura dan refleks membuat Maura mundur.
Tetapi langkah Maura terus mundur karena Rafa juga semakin maju dan sialnya kakinya menabrak ranjang yang membuat dia hampir terjatuh dan untung saja lengan Rafa dengan sigap menahan pinggang itu dan membuat Maura menabrak bidang dada Rafa sehingga wajah mereka berdua bertemu dengan mata saling menatap.
Beberapa kali gadis yang penuh kegugupan itu menelan salivanya saat ditatap pria yang sangat dingin itu.
"Kau sangat berbeda saat tadi berada di bawah dan saat sekarang kau berada di sini," suara berat itu membuat bulu kuduk Maura berdiri.
"Kita harus mulai dari mana untuk memulai semua ini?" tanya Rafa lagi.
Maura sama sekali tidak berani mengeluarkan suara yang hanya menatap pria yang seperti ingin menerkamnya.
Mata Rafa turun pada bibir Maura yang membuat jantung Maura rasakan ingin meledak.
"Apa dari sini saja?" tanya Rafa yang mendekatkan bibirnya pada bibir persik indah itu
"Aaaaaa!" teriak Maura refleks mendorong dada bidang Rafa sehingga pria itu menjauh setengah meter.
Nafas Maura naik turun dengan menyilangkan tangannya di bagian dada.
"Kau jangan menyentuhku!" tegas Maura dengan wajah kepanikan namun ada penegasan.
"Why, bukankah kau sudah sepakat untuk melakukannya. Kau juga mengambil kartu itu di depan saudaramu dan itu artinya kau setuju. Kau berubah pikiran setelah membuat saudaramu mengamuk?" tanya Rafa.
"Aku memang ingin menikah denganmu, tetapi bukan melakukan hal ini!" tegas Maura.
"Kenapa?" tanya Rafa.
"Pertanyaan mu sungguh konyol. Aku masih wanita suci dan aku tidak akan memberikan sembarangan tubuhku kepada laki-laki lain," tegas Maura.
"Tetapi kita akan menikah bukan," sahut Rafa.
"Ya-ya- tidak harus sekarang," tegas Maura dengan gugup.
Rafa menghela nafas dan meletakkan kedua tangannya di dada dengan menatap Maura serius.
"Kalau begitu katakan?" tanya Rafa.
"Mengatakan apa?" Maura balik bertanya.
"Tujuanmu sebenarnya?"
"Pertama kau datang dan mengatakan semua tentang Perusahaan keluargamu yang memanfaatkan Perusahaanku. Lalu kau mengatakan perselingkuhan calon suamimu dengan Jesslyn dan kau juga memintaku untuk menikahimu. Aku tidak tahu sebenarnya titik mana yang harus aku perdengarkan?" tanya Rafa.
"Mereka memang berselingkuh. Aku membatalkan pernikahan itu karena aku tidak ingin...."
"berpura-pura lagi tidak mengetahui apapun!" Rafa menyahut pembicaraan Maura.
Maura terdiam seolah apa yang dikatakan Rafa benar. Dia sudah tidak ingin menjadi orang bodoh yang selalu dimanfaatkan dan tidak bisa tegas untuk diri sendiri.
"Iya. Aku tidak ingin berpura-pura. Karena terus berpura-pura aku hanya akan hidup dalam pura-pura," jawab Maura dengan merendahkan suaranya.
"Lalu kau melibatkan ku?" tanya Rafa.
"Aku pikir. Aku tidak harus memikirkan bagaimana perasaan Jesslyn saat dia juga tidak pernah memikirkan perasaanku. Dia sangat bangga dan merasa sangat bahagia jika calon suamiku mencintainya dan dia tidak mempermasalahkan pernikahan yang dilakukan calon suamiku hanya untuk bisa dekat dengan dia. Lalu menurutku kenapa aku harus memikirkan perasaan dia saat aku merebut kau darinya," ucap Maura jujur.
"Jadi sekarang kau ingin memanfaatkanku?" tanya Rafa memastikan.
"Aku mohon untuk melakukan itu!" pinta Maura dengan menatap Rafa. Tatapan Maura terlihat ingin dibelas kasihan.
"Bagaimana jika aku tidak mau?" tanya Rafa.
"Aku akan membongkar tentang skandal yang kau lakukan?" jawab Maura.
"Maksud mu?" tanya Rafa dengan alis bertautan.
Maura tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layar tersebut kepada Rafa. Rafa begitu terkejut melihat dirinya yang berada di sebuah klub bersama dua orang wanita yang duduk di kiri dan kanannya.
"Bukankah dalam bulan ini kamu akan melakukan perilisan produk baru. Jika berita ini terekspos ke media, maka harga saham Perusahaanmu akan menurun. Karena mereka mengetahui pimpinan mereka memiliki sifat yang tercela," ucap Maura dengan ancaman.
"CK!
Rafa mendengus kasar yang tidak percaya jika Maura bisa melakukan hal seperti itu.
"Jadi kau menjebakku?" tanya Rafa.
"Tidak! aku hanya kebetulan ada di sana," Maura menyangkal.
"Aku tidak percaya dengan wanita ini yang ternyata sangat cepat berubah dia bahkan sangat berani," batin Rafa. Eksperesi tersenyum yang diperlihatkan Rafa seolah tidak terbaca.
***********
Maura yang masih berada di dalam kamar Hotel bersama dengan Rafa. Rafa yang duduk di atas sofa dan sementara Maura duduk di pinggir ranjang. Maura sudah tidak setegang pertama awal bahkan dia terlihat sangat santai yang berada di kamar Hotel bersama pria yang mengajaknya tidur bersama.
"Kau benar-benar akan menginap di sini malam ini?" tanya Rafa memastikan.
"Iya aku ingin tetap di sini agar dia semakin yakin jika aku memang memiliki hubungan dengan mu," jawab Maura.
Sebelum itu Maura sudah mendapatkan begitu banyak pesan dari Jesslyn yang menyuruh Maura untuk keluar dari kamar tersebut. Tetapi Maura mengabaikan semua itu dan termasuk mengabaikan panggilan telepon dari Jesslyn dan Jessica yang juga berkali-kali menelpon dirinya.
"Begitu!" sahut Rafa
"Oh iya. bagaimana dengan tawaranku kau belum setuju menikah denganku?" tanya Maura.
"Kau memang sungguh-sungguh akan melakukan hal itu?" tanya Rafa.
"Aku sudah terlanjur masuk dan tidak mungkin keluar tanpa mendapatkan apapun. Jika aku sudah melangkah maka tidak harus mundur," jawab Maura.
"Tapi aku memiliki keluarga dan mereka akan sangat terkejut jika tiba-tiba aku membawa seorang wanita untuk menjadi calon istriku dan ternyata wanita itu saudara dari wanita yang dekat denganku," ucap Rafa.
"Maksud ku. Aku mempunyai orang tua, masih mempunyai satu eyang dan masih mempunyai saudara. Mereka sangat teliti dalam memilih pasangan untukku. Jadi aku tidak bisa sembarangan mengatakan kepada mereka akan menikah dengan mu. Apalagi secara mendadak dan tidak dengan alasan yang tepat," jelas Rafa.
Hal itu membuat Maura berpikir
Bersambung