NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:890
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Tak Sejalan Dengan Keinginan

Putra beberapa kali pergi ke toilet untuk memuntahkan semua isi perutnya. Lelaki itu bahkan kini terlihat pucat sebab semua makanan yang masuk, ia muntahkan kembali. Tubuhnya terasa begitu lemah, ia bahkan tak sanggup untuk kembali ke kamar mandi lagi.

Syifa terus memijat tengkuk lelaki itu agar membuatnya sedikit lega. Namun rasa mual yang Putra rasakan belum juga berakhir.

Lin masuk ke dalam kamar sembari membawa sebuah nampan berisi air hangat. Ia meletakkan nampan itu di atas nakas, dan membantu kakaknya untuk minum agar tenggorokannya terasa sedikit lega.

"Mas, pergi ke rumah sakit aja mau ya? Lihat tuh, wajah kamu pucat banget," cetus Lin berkomentar. Ia sungguh tak tega dengan perubahan tubuh Putra yang kini menjadi kurus hanya dalam beberapa hari. Padahal sebelumnya, ia memiliki tubuh yang sehat karena rutin berolahraga. Namun kini, Lin bahkan tak bisa mengenali lelaki itu lagi.

"Iya Mas, kita ke rumah sakit aja ya? Biar anak-anak di rumah, ada Lin yang jagain," ucap Syifa ikut mendukung apa yang Lin katakan.

Melupakan pertengkaran tempo hari, melihat keadaan Putra yang begini mereka juga tak berminat untuk berdebat. "Jangan khawatirin anak-anak. Nanti biar aku yang jemput mereka dan temenin selama kamu di rumah sakit," ucap Lin sembari mengusap bahu sang kakak.

Putra mengangguk setuju, ucapan Lin dan Syifa memang ada benarnya. Lagipun, ia sudah merasa tak kuat untuk beraktivitas apapun lagi.

"Aku siap-siap dulu ya, sekalian pesan taksi untuk ke rumah sakit," pamit Syifa. Tangannya sibuk membereskan handuk kecil untuk membersihkan tubuh Putra tadi dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Lin juga sama, beranjak dari kasur milik Putra dan mempersiapkan kursi roda. "Bantu Mas Putra ganti baju aja, Mbak. Biar aku yang pesanin taksi," suruh Lin menawarkan. Ia pun segera meraih ponsel di atas nakas dan memesankan taksi.

Melihat kedua wanita yang disayanginya kini harus sedikit repot karena kondisinya, membuat Putra merasa bersalah. Tak berhenti ia berdoa agar kondisinya bisa lebih membaik, namun pada kenyataannya ia tak bisa mengubah takdir. Ia seakan putus asa, namun melihat senyum dari orang-orang baik disekitarnya, setidaknya membuat Putra masih memiliki alasan untuk hidup.

🌙🪐✨️

Lin menunggu di depan sekolah Anna dengan Kevin yang sudah duduk tenang sembari memakan es krimnya. Usai menjemput Kevin terlebih dahulu, perempuan itu kini harus menunggu sesi belajar Anna selesai juga.

Tak lama kemudian, ramainya anak-anak yang berbondong keluar menyapa indra penglihatan Lin. Perempuan itu langsung berdiri dan menyambut Anna yang keluar bersamaan dengan teman-temannya.

"Kak Anna!" sapa Kevin dengan es krim yang belepotan memenuhi wajahnya. Anak lelaki itu melambaikan tangan guna menyapa Anna dengan riang.

Anna berlari kecil mendekati Lin yang menunggu di depan gerbang. Menyematkan sebuah peluk kecil, Anna mengedarkan pandangannya mencari sang Bunda yang tak terlihat dalam radarnya.

"Kamu cari Bunda ya?" tanya Lin melihat wajah gusar Anna. "Kak, Bunda lagi nemenin Ayah ketemu Pak Dokter. Kalau main sama Tante Lin dulu, kamu nggak papa kan?" sambungnya meminta persetujuan anak perempuan itu.

"Anna sama Tante Lin?" beo anak itu memastikan. Lin mengangguk kecil, kemudian mengukir senyum. Menggandeng jemari Kevin dan Anna di sisi kanan kirinya.

"Kalian mau beli apa sebelum pulang? Tante Lin jajanin deh," tawar perempuan itu sembari menatap keduanya bergantian.

Kevin menggeleng, tanda ia menolak. Tangannya mengangkat tinggi-tinggi es krim yang sudah ada di genggamannya. "Kevin udah punya es krim, Tan. Kalau Kak Anna mau beli apa?" tawarnya pada sang kakak.

Anna juga ikut menggeleng. Tangannya menggaruk rambutnya yang terasa gerah sebab kuncirannya sudah hilang entah kemana. "Anna mau pulang," pinta anak itu dengan pandangan lurus.

"Yaudah, kita pulang ya. Jangan khawatir, besok Bunda kalian pulang kok," cetusnya memberi tahu. Bagaimanapun ia tahu, keponakannya pasti akan mencari eksistensi sang Bunda dan selalu menanyakan kapan wanita itu akan pulang.

Mereka masuk ke dalam taksi online yang sudah dipesan Lin. Menikmati perjalanan singkat sebab komplek rumahnya tak jauh dari lokasi sekolah Anna.

Menghabiskan beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya sampai. Lin membantu Anna untuk turun dari mobil, dan juga jemari Kevin yang masih ia genggam. Rupanya mengurus dua anak seperti ini juga cukup menguras tenaga, Lin bahkan belum mempunyai rencana untuk menikah.

Membuka pintu rumah menggunakan kunci yang ia bawa, tak lupa perempuan itu membantu melepas sepatu yang masih Anna kenakan. "Kevin, jangan lupa sepatumu ditaruh di rak ya," pesan Lin mengingatkan.

"Siap Tante!" balas anak lelaki itu patuh. Jemari mungilnya membawa sepasang sepatu itu untuk ia letakkan di atas rak. Kemudian masuk dan melepas tasnya di sofa ruang tamu.

"Ayo kalian ganti baju dulu, mau Tante pilihin atau kalian pilih sendiri?" ucap Lin menawari. Ia mengajak anak-anak itu untuk masuk ke kamarnya, dan membuka lemari untuk mencarikan baju ganti.

"Tante, aku mau yang merah," tunjuk Kevin pada sebuah baju yang menggantung di almarinya.

"Oke!" Lin menurut, kemudian juga menyajikan satu stel baju untuk Anna.

"Siapa yang mau ganti baju dulu? Anna atau Kevin?" tanya Lin menawari. "Kakak dulu, Kevin mau ke kamar mandi." Kevin menyela cepat, kemudian berlari ke arah kamar mandi karena ingin buang air kecil.

Lin menunduk, membantu Anna membuka kancing bajunya. Perempuan itu terkesiap kala mendapati tubuh Anna yang penuh bekas luka, ada luka yang masih basah, dan banyak lebam disekitar lengan dan punggungnya.

"Ya ampun, Anna." Lin menutup mulutnya seakan tak percaya. Perempuan itu memutar badan Anna, melihat seluruh luka yang tercetak jelas di atas kulit putih anak itu. Jikapun Anna terluka karena jatuh, tidak mungkin lukanya akan sebanyak ini.

"Anna, kenapa tubuh kamu bisa kaya gini?" tanya Lin dengan khawatir. Menegakkan tubuh, perempuan itu keluar dari kamar Anna untuk mencari kotak P3K.

Setelah menemukannya, ia langsung mencari salep luka. Mengoleskannya dengan hati-hati, dan meniupnya secara perlahan. "Pasti sakit ya Anna? Tahan sebentar ya, biar Tante obati luka kamu," pesan Lin dengan lirih. Tangannya menggenggam erat salep luka, menahan perih di ulu hati kala melihat keadaan keponakannya yang seperti ini.

Lin tak ingin berburuk sangka, namun Anna hanya banyak menghabiskan waktu dengan Syifa. Tapi, apakah seorang ibu bisa tega melukai anaknya sendiri seperti ini?

Selesai mengobati luka di tubuh Anna, Lin langsung memakaikan baju di tubuh anak itu. Sekembalinya Kevin, Lin membuka seragam Kevin dan mendapati adanya luka juga di sana.

"Kevin, kenapa di tubuh kalian banyak luka?"

Kevin terdiam begitu sang Tante melontarkan pertanyaan itu. Wajahnya menunduk dengan jemari yang meremas ujung seragamnya. Dengan begitu, kecurigaan Lin semakin bertambah karena Kevin juga tak bisa bercerita padanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!