NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SIDANG PERCERAIAN

Tini sudah dua hari ini tak mau makan apapun, dari kemarin Ia selalu minta pada Ibunya untuk menemui Sam supaya Sam mencabut gugatan cerainya, namun Bu Heni tetap bersikeras bahwa Ia tidak akan menghalangi perceraian ini terjadi.

"Tini... Kita makan yuk sebentar, Kamu kan harus ke pengadilan agama, menghadiri sidang Kamu"

Tini hanya diam tak menjawab Ia terus melamun sambil tiduran di atas ranjang menghadap jendela kamar.

"Tini.. Buka dong pintunya Nak"

Bu Heni terus mengetuk pintu kamar Tini, takut terjadi sesuatu dengan Tini di dalam, akhirnya Bu Heni mengambil kunci cadangan kamar Tini, lalu membukanya.

"Tini Kamu dengar Mamah kan, Kamu ga ingat hari ini jadwal..."

Belum selesai Bu Heni bicara Tini langsung menjawab,

"Aku tidak ingin datang ke pengadilan itu, Aku gak sanggup Mah, Aku gak mau kehilangan Sam"

Lalu Bu Heni mendekati Tini dan membelai rambutnya, menasehati Putrinya untuk menerima kenyataan hidupnya, namun saat telapak tangan Bu Heni menyentuh kening Tini, Bu Heni panik karena suhu tubuh Tini seperti demam.

"Ya ampun sayang, Kamu demam Nak?"

Tini masih terdiam tak ingin bicara, lalu Bu Heni melihat wajah Putrinya sudah pucat pasi.

"Sayang sebaiknya Kita ke Rumah sakit ya"

Ajak Bu Heni yang begitu khawatir terhadap putrinya, namun Tini menolak ajakan itu.

"Gak mau Mah.. Aku lebih baik mati, dari pada harus kehilangan Sam"

Tini pun menangis berderai air mata, Bu Heni tak tega melihat keadaan Putrinya, Ia pun teringat ketika Herman suaminya, sampai rela membuat perjanjian kepada Sam, hanya untuk keselamatan Putrinya, Tini memang selalu keras kepala, jika permintaannya atau keinginannya tidak terwujud Dia lebih memilih menyakiti dirinya sendiri.

Karena Bu Heni tak dapat memaksa Tini, akhirnya Bu Heni memutuskan untuk datang mewakili Tini di persidangan.

Jam makan siang telah tiba, Sam yang dari tadi menunggu waktu ini, kini tersenyum sambil melihat jam tangannya.

"Akhirnya sudah waktunya"

Sam segara pergi untuk makan siang terlebih dahulu setelah itu baru Ia datang di persidangan perceraiannya.

Farhan telah selesai menangani pasien, Ia melihat jam tangannya, dengan segera Ia menghampiri Asri yang masih di rawat di Rumah Sakit.

"Selamat siang Asri"

Asri menengok Ia pun tersenyum dengan kedatangan sang kakak.

"Mamah Anita mana?"

"Mamah kerja, Dia bilang pulang sore"

"Jadi Kamu makan siang sendiri"

Asri tertawa kecil, Ia menatap wajah sang kakak.

"Memangnya Aku sering makan siang sama siapa?, kalau mamah sibuk selalu sendiri setiap hari"

Lalu tibalah Arif mendatangi Asri untuk memeriksa keadaan Asri.

"Mbak..."

Arif tersenyum menyapa Asri.

"Mau periksa ya, silahkan"

Setelah di periksa kondisi Asri kini sudah membaik, lalu Arif membolehkan Asri untuk pulang siang ini.

"Aku bisa pulang hari ini?"

Tanya Asri dengan wajah yang senang.

"Iya Mbak.. Tapi di jaga ya Mbak kesehatannya, mbak sering banget keluar masuk Rumah sakit"

Asri terdiam mendengar nasihat dari Arif.

"Iya Aku juga bingung kenapa akhir-akhir ini Aku lemah banget, sering pingsan"

Arif pun tersenyum mendengar ungkapan hati Asri, lalu Ia menjawab,

"Mbak punya anemia, jadi Mbak gak bisa capek-capek apalagi banyak pikiran di tambah sedang hamil, jadi harus benar-benar extra menjaga kondisi kesehatan"

Farhan menyimak percakapan Asri dan Arif lalu Ia menyahuti,

"Sudah boleh pulang kan siang ini, Asri.. Kakak mau ajak Kamu diner, Kamu mau gak?"

Asri bingung mengapa kakaknya mengajak dirinya diner Asri pun tertawa kecil.

"Kenapa harus sama Aku, Kakak gak punya pacar atau gebetan gitu"

Asri bicara mengejek kakaknya sambil tersenyum.

"Ya ampun, Aku mau mengajak Kamu karena Aku mau memberikan surprise untuk Kamu"

Asri menjadi penasaran surprise apa yang ingin di berikan oleh kakaknya ini.

"Sudah ah, jangan banyak bertanya, intinya mau atau tidak?"

Farhan bertanya lagi untuk menegaskan jawaban Asri.

"Oke...baik.. di mana, mamah ikut atau ga?"

"Jangan, ini spesial mamah gak boleh tahu, nanti Aku yang akan kabari mamah Anita, pokonya Kamu dandan yang cantik, pake baju yang bagus ya"

Asri semakin bingung, apa yang sedang di rencanakan kakaknya ini.

"Kak.. jangan macem-macem ya, kita memang saudara tiri, tapi Aku menganggap kakak sebagai kakak kandung Aku"

Farhan pun tertawa kecil mendengar dugaan negatif yang Asri katakan.

"Apaan sih Kamu, hey Kakak gak suka sama Kamu, Kamu adik Kakak, sudah deh.. Nanti juga Kamu tahu, ya sudah sekarang Kamu ganti baju, terus Kita pulang Kamu istirahat dulu di rumah"

Asri hanya terdiam menatap Farhan dengan wajah serius.

"Arif Kita pamit ya, Kamu masih sibuk, bagaimana kalau kita bisa makan siang bersama"

"Gak Dokter... silahkan duluan saja, Aku masih ada pasien satu lagi"

Setelah selesai berganti baju, Farhan pun mengantar Asri pulang untuk istirahat.

Sam sudah sampai di gedung pengadilan agama, Ia menunggu giliran untuk persidangannya.

Tak lama Bu Heni datang duduk di sebelah Sam.

"Kamu sepertinya semangat sekali Sam"

Sam melirik Bu Heni lalu menjawab,

"Dari dulu Aku sudah ingin mengakhiri pernikahan ini Mah"

Lalu Bu Heni mengatakan jika Tini saat ini sedang sakit.

"Kamu tahu Tini tidak ingin makan tidak ingin beraktivitas apapun, Dia hanya diam di kamar seharian, menangis dan selalu merengek pada Saya, meminta Saya untuk memohon sama Kamu agar kamu mencabut gugatan cerai ini"

Sam kali ini tidak ingin merasa Kasihan dengan Tini, Ia sangat-sangat sudah capek hidup dalam pernikahan yang tak pernah Ia inginkan.

"Lalu maksud Mamah apa, dengan bercerita semua ini kepada Saya"

Sebelum masuk ke ruang persidangan Bu Heni mencoba membujuk Sam, supaya tetap mempertahankan Tini menjadi istrinya.

Sam cukup terkejut mendengar permohonan itu, lalu Sam menjawab Bu Heni dengan sopan.

"Maaf Mah.. Aku gak bisa mempertahankan Tini, bukan karena Tini mengandung anak orang lain, soal Anak itu, jika Fahmi tak ingin bertanggung jawab atas kehamilan Tini, Aku berjanji akan memberikan nafkah pada calon anak Tini, tapi jika untuk meneruskan pernikahan ini, Aku tidak bisa Mah, Aku ingin merasa sekali seumur hidupku hidup dengan tenang bersama orang yang Aku cinta"

Sam berbicara mengungkapkan isi hatinya kepada mertuanya, Bu Heni pun bersedih kini air matanya menetes di pipi, Bu Heni sebenarnya mengerti perasaan Sam, tapi Ia juga tak tega dengan kondisi Tini.

Dan kini tibalah nama Tini dan Sam selanjutnya untuk masuk ke ruang persidangan.

Hakim bertanya kepada Sam apakah dirinya benar yakin menggugat Tini dengan sadar tanpa paksaan.

"Tanpa paksaan siapapun, Saya dengan sadar ingin bercerai dari Kartini"

Lalu pak hakim menanyakan kemana Tini berada.

"Saya ibunya, Saya mewakili Anak Saya, dia sedang sakit Pak tidak bisa hadir"

"Baik.. Gugatan ini Saya terima, tapi Saya ingin bertanya pada wakil ibu Kartini, apakah benar Bu Kartini ingin berpisah dari saudara Sam"

Bu Heni menoleh menatap wajah Sam, namun Sam tak ingin memandang Bu Heni, Ia takut jika perasaannya nanti akan goyah dengan wajah melasnya Bu Heni.

Melihat Sam yang begitu serius ingin menceraikan Putrinya, Bu Heni pun tak dapat melakukan apa-apa lagi untuk membantu Putrinya.

"Tini siap berpisah dari Sam"

Lalu untuk yang terakhir kalinya Pak hakim bertanya apakah masih perlu mediasi dari kedua pihak, Sam menjawab tidak dengan tegas, Sam menjawab tidak perlu mediasi, karena Ia sudah mengajukan gugatan cerai berkali-kali sebelumnya.

Ketika Bu Heni hendak bicara, Tini tiba-tiba datang di persidangan.

"Tidak.. Saya tidak menerima perceraian ini, Pak hakim.. Saya sedang hamil, dan seorang istri yang sedang hamil bukankah tidak boleh bercerai Pak hakim"

Semua terkejut dengan pernyataan Tini, bahkan Bu Heni pun, tak menyangka jika Tini nekat datang kesini.

"Tini.. Kamu sama siapa kesini, Kamu kan lagi sakit, Kamu pasti lemah"

Tini menangis, bahwa Ia tidak sanggup berpisah dari Sam, Ia memohon kepada ibunya untuk mengatakan soal kehamilannya pada Pak hakim.

Pak hakim cukup bingung dengan keadaan saat ini, lalu Pak hakim bertanya pada Sam, apakah benar istrinya sedang hamil, Sam terdiam tak tahu harus menjawab apa, Ia berfikir bahwa perceraiannya hari ini akan selesai namun ternyata di luar prediksi.

Bu Heni memandangi wajah Sam yang sedang bingung, Bu Heni berkata dalam hatinya, jika Sam mengatakan Tini hamil dari anak orang lain, ini akan membuat malu bagi keluarganya, semua orang akan tahu masalah ini, nama baik Tini akan tercoreng, lalu saat Sam hendak bicara, Bu Heni langsung menjawab pertanyaan Pak hakim.

"Tidak Pak hakim, Putri Saya tidak pernah hamil, putri Saya hanya belum bisa mengikhlaskan keadaan, Saya tidak ingin ada mediasi, berikan keputusannya hari ini juga Pak hakim"

Bu Heni berkata dengan tegas kepada hakim.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!