Seorang gadis muda yang masih kuliah serta bekerja sebagai Dokter termuda di Rumah Sakit, Karena harus menerima perjodohan dari sang Papa demi kerja sama perusahan Xavier kalau tidak menerimanya Alexa akan diusir dari rumah. Hanya masalah sepele dengan terpaksa Alexa menerima perjodohan itu serta mengajukan syarat untuk kedua orang tuanya.
"Baik, aku menerima perjodohan ini.. namun kalian harus bisa menyetujui syarat dariku," ucap Alexa tegas dihadapan keluarganya dan keluarga Xavier yang datang untuk melamar Alexa.
Pemuda itu Alvaro anak kedua dari Tuan Alex dan Almira , Alvaro mengalami kecelakan hebat hingga membuat kedua kakinya lumpuh total. Ia juga terpaksa menerima perjodohan dari kedua orang tuanya demi mencapai tujuannya.
apa syarat yang diajukan oleh Alexa kepada orang tuanya? dan apa tujuan Alvaro sebenarnya?
ikuti kisahnya yuk💙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novan Fardhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Selamat Membaca💙
⬇️
⬇️
⬇️
Terlihat dua insan berbeda generasi itu saling pandang memikirkan rencana selanjutnya. Nampak mereka sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Bantu gue sampai tuntas setelah itu gue akan membantu lo membalaskan semuanya,"Ucap gadis itu dengan pemuda di hadapannya.
"Ck! Menyusahkan!" Ucap Alvaro dingin saat gadis di depannya meminta bantuan lagi pada dirinya.
Mendengar jawaban dari suaminya itu akhirnya Alexa bangkit dari tempatnya dan mengatakan,"Baik lah aku akan melakukannya sendiri!"
Alexa berjalan keluar dari kamar Alvaro dengan menutup pintu sangat kasar.
Blam!
Sambil berjalan menghentakkan kakinya Alexa ngedumel sendiri saat melihat raut wajah Alvaro yang begitu angkuh dan dingin.
"Awas saja ku buat lo menyesal! Dasar beruang kutub!" umpat Alexa memasuki kamarnya.
Tanpa Alexa sadari ada yang menguping pembicaraan mereka.
"Gue heran sama hubungan Alexa sama si beruang kutub? Mereka kan sepasang suami istri tapi kenapa raut mereka seperti kucing garong yang selalu berantem masalah sepele," cerocos Kirana.
"Mulut lo bisa diem gak sih? Kalau Al mendengar ucapan lo barusan bisa-bisa lo diterkam habis-habisan olehnya, Mau?!" Brian menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan mulut temannya itu.
Tanpa mereka sadari sosok yang barusan dibicarakan keluar dari kamarnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan disini?" tanyanya dingin.
Nampak Kirana gelapan saat melihat kedatang Alvaro begitu saja. Brian mengontrol raut wajah untuk tetap tenang.
"Tidak ada kok," jawab Kirana.
"Awas saja kalau kalian berbuat macam-macam kuhabisi kalian lalu daging kalian akan ku berikan pada Sisil peliharaanku,Mau?!" ancam Alvaro.
"Hehehe tenang saja kami tidak akan berbuat macam-macam tuan Alvaro,"jawab Kirana dengan cengengesan.
"Dan kau ikut aku ke ruang kerja, ada misi penting untukmu,"Alvaro memberi perintah pada Brian.
Brian mengangguk cepat lalu berjalan mengikuti Alvaro dibelakangnya. Sampai di ruang kerja, Alvaro melemparkan sebuah map tepat di depan Brian yang berdiri.
"Baca!" titah Alvaro dengan tegas.
Brian langsung mengambil Map tersebut dan membacanya dengan teliti.
"Keluarga Sanjaya melakukan korupsi sangat besar pada perusahaan Xavier, ini sangat memalukan? Apa Nona Alexa mengetahuinya?" Brian bertanya.
Setelah mendapatkan berkas-berkas dirumahnya Alexa tidak menyangka ada 1 berkas yang membuatnya naik pitam serta malu saat menghadapi keluarga suaminya. Berkas itu berisi tentang hasil penggelapan dana kerja sama selama 1 tahun belakangan ini. Bahkan Alvaro juga tidak menyangka ternyata selama ini ada yang sengaja bermain-main dengannya.
"Alexa mengetahuinya dan dia meminta bantuanku untuk menghancurkan bisnis keluarganya. Bagaimana pendapatmu tentang ini?" Alvaro kembali bertanya pada Brian. Ia yakin Brian memiliki solusi yang tepat untuk masalah ini maka dari itu Alvaro berdiskusi terlebih dahulu sebelum bertindak.
"Tapi aku tidak yakin dengan ini..." Brian menunjuk sesuatu isi map tersebut.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Alvaro terbuka dengan kasar. Kirana masuk tanpa mengetuk pintu.
Brak!!
"Aku minta maaf tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, namun ada sesuatu yang lebih penting Al kau harus segera turun." Kirana bicara dengan panik.
Alvaro menatap Kirana yang sangat panik langsung bertanya," Ada apa? Kenapa kau panik seperti itu?"
"Di-Di bawah Alexa berantem dengan Nenek Gesya, Al! Nenek terus menghina Alexa!"
"APA?! kenapa nenek datang ke mansion tanpa mengabariku, sial!" Alvaro langsung pergi menyusul Alexa dibantu oleh Kirana.
Kirana mendorong kursi roda Alvaro sampai ke ruang tamu dimana ada Alexa dan nenek Gesya.
"Kau gadis udik bisa-bisanya menikah dengan cucuku! Aku akan membuat Alvaro menceraikanmu!" Nenek Gesya berteriak sambil menuding kearah Alexa.
Alvaro yang baru saja tiba geram mendengar ucapan Neneknya,"CUKUP NEK!!" teriaknya.
Nenek Gesya terlonjak kaget saat mengetahui Alvaro sudah ada di depannya.
"Cih! Dasar cucu pesakitan!" hinanya lalu duduk di sofa yang tak jauh dari Alexa berdiri.
Nenek Gesya sudah puas menghina Alexa yang tidak ada perlawanan dari diri Alexa. Membuat Nenek merasa menang ia juga tersenyum seakan telah menguasai cucu menantunya.
"Apa mau nenek datang kemari?" tanya Alvaro dengan tegas, ia sebisa mungkin menahan amarahnya.
"Tentu saja menginap disini dan melihat menantu pilihan Mamamu itu, ternyata seleranya sangat rendah dan kampungan!" Nenek Gesya tidak berhenti melontarkan kata-kata sadis untuk membuat Alexa menyerah pada pernikahannya.
Alexa yang sejak tadi diam menahan emosinya agar tidak meledak, namun di setiap ucapan yang di lontarkan oleh Nenek Alvaro membuah darahnya semakin mendidih apalagi tega menghina cucu kandungannya sendiri.
"Oh iya jika memang aku rendah dan kampungan, harusnya nenek pergi dari sini tidak perlu menginapkan?" ucap Alexa tegas.
Nenek Gesya melotot tidak percaya. Alexa berani melawannya, ia kira Alexa akan tetap diam saat di hina namun ternyata dugaannya salah. Nenek Gesya langsung terdiam sambil menahan amarah dan matanya sudah merah.
"Awas saja kau gadis udik! Aku akan laporkan tindakanmu ini pada Alex biar kau mendapatkan hukumanmu!" ucap nenek Gesya tidak terima.
Alvaro juga terkejut melihat Alexa begitu berani melawan neneknya. Bahkan berani membantahnya tanpa ada raut ketakutan pun wajahnya tetap tenang dan tegas.
Nenek Gesya mengambil tasnya dan pergi meninggalkan mansion Alvaro. Memang sejak pernikahan Alvaro tidak akan membiarkan Alexa tinggal bersama kedua orang tuanya karena ada sang Nenek yang selalu mengatur ini itu. Maka dari itu setelah resepsi Alvaro mengajak Alexa tinggal di mansionnya.
Sambil menghentakkan kakinya Nenek Gesya menuju mobilnya tak lupa menelpon seseorang untuk membantunya menangani masalah ini.
"Aku butuh bantuanmu,kita bertemu di restoran jalan mawar." ucapnya dengan nada kesal.
Setelah kepergian neneknya Alvaro kembali masuk keruang kerjanya dan meninggalkan Alexa yang masih duduk di sofa dengan tenang sambil memainkan handphonenya.
Brian melihat Alvaro pergi begitu saja ia juga ikut mengekor dibelakangnya karena memang masih ada masalah yang belum selesai di bicarakan.
"Hei, Lexa! Gue salut sama lo," puji Kirana yang tiba-tiba duduk di samping Alexa.
"Dalam hal apa?" tanya Alexa dingin.
" Ini sepasang suami istri kenapa auranya sama-sama menyeramkan jika sedang diganggu. Gue harus jaga jarak bisa-bisa diterkam sama si Alexa juga." batin Kirana didalam hati saat menyadari hawa dingin menyelimuti dirinya. Padahal cuaca sedang panas.
"Tadi sama Nenek lampirnya beruang kutub," ujar Kirana tanpa sopan santun mengganti nama Nenek Gesya dan Alvaro.
"Oh.. Sudah biasa gue ngadepin masalah seperti itu." Alexa lagi-lagi menjawab dengan dingin.
Lalu Alexa bangkit dari duduknya dan meninggalkan Kirana sendirian tanpa mengatakan pamit. Membuat Kirana merasa jengkel karena diacuhkan oleh Alexa yang sama hal super menakutkan
"Gila ini sepasang suami istri bisa kompak banget kalau lagi marah! Hih mending gue ke kamar aja nonton Anime kesayanganku." Kirana bergumam sendiri lalu pergi menuju kamarnya.
Di ruang kerja Alvaro...
"Aku akan menyelesaikan tugas ini dalam waktu 2 hari." ucap Brian dengan yakin setelah membicarakan masalah keluarga Sanjaya.
"Baiklah sekarang pergi dan jangan lupa berikan hasil secepatnya!" perintah Alvaro dengan tegas.
"Siap Tuan Muda!" Brian lalu pergi meninggalkan ruang kerja tuannya itu dan menjalankan tugas selanjutnya.
Kini di dalam ruangan yang gelap bernuansa biru tua Alvaro mendekati lacinya dan mengambil sebuah foto.
"Sudah lama aku tidak kembali ke rumah hutan, aku sangat merindukan dia!"
☆Bersambung☆
