"Kita ini Kaka beradik, Boy. jadi kamu tidak boleh mencintaiku!" Aya.
"Kita Kaka adik hanya dalam kartu keluarga. tapi kenyataanya kita tidak ada hubungan darah. jadi Aku bisa menikahi kamu!" Boy.
Boy dan Aya memiliki hubungan yang rumit. papah mereka punya istri dua. Boy anak dari istri kedua sedang Aya anak dari istri pertama. tapi Aya bukan anak kandung, melainkan anak adopsi.
Boy dan Aya sedari kecil selalu bersama. sampai akhirnya Boy punya rasa nyaman dan cinta pada Aya. sayangnya cinta Boy di tolak Aya karena Aya tidak mau membuat keributan di dalam keluarganya. Bagai mana kisah cinta mereka. yuk lanjut baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tuti yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boy Menyentil Kening Aya
Esok harinya Aya pulang sekolah langsung masuk ke rumah. Aya melihat Ayu dan Boy yang sedang di meja makan.
"Kak Aya ayo makan siang," Aya mendekati Ayu yang memanggilnya.
"Bunda kok ngga ikut makan?"
"Bunda sedang pergi. Katanya ada urusan," Boy yang menjawab karena saat Bunda pergi pamitnya ke Boy.
"Oh gitu," Aya menarik kursi lalu duduk.
Aya juga ikut makan siang bersama. Boy makan dengan sangat pelan karena mulutnya sakit untuk buka mulut lebar lebar.
Boy sudah selesai makan. Boy lalu minum obat agar lukanya tidak nyeri. Tadi pagi luka Boy tidak bengkak, jadi Bunda tidak membawanya ke Dokter.
Boy lalu mengoleskan obat salep ke lukanya. Tapi terlihat susah karena jari tangan Boy rupanya memar akibat memukuli Marsel.
Aya yang melihat Boy kesusahan lalu membantunya.
"Boy biar aku bantu."
"Ngga usah. Kamu kan lagi makan."
"Aku sudah selesai kok. Sini salepnya biar aku yang oleskan."
Lalu Aya memberikan salep ke luka Boy. Boy kesakitan karena Aya mengoleskannya sedikit menekan.
"Maaf, sakit ya. Aku akan pelan."
Aya lalu mengolesinya dengan pelan. Aya rupanya sambil meniup dengan mulutnya. Boy yang merasakan jadi makin gimana. Apa lagi wajah mereka sangat dekat.
Mata Boy terus melihat ke Aya. Sampai akhirnya Aya sadar kalau Boy terus menatapnya. Mata keduanya bertemu dan saling tatap.
Gem...
Ayu rupanya yang ada di depan mereka berdehem. Membuat keduanya kaget.
Aya lalu memundurkan wajahnya karena kaget. Wajah Aya langsung merah karena malu.
"Maaf Boy, aku mau ke kamar mandi. Kamu obati sendiri aja ya."
Aya lalu meletakan salep di meja. Aya tersenyum malu ke Ayu. Setelah itu Aya pergi ke kamarnya.
Boy menatap Ayu dengan tatapan sedikit kesal karena di ganggu.
"Ingat ya Kak, kalian Kaka adik," kata Aya meledek sambil alisnya di naik turunkan. Boy lalu melempar jeruk ke Aya.
"Dasar anak kecil. Tau apa sih kamu."
Boy lalu mengambil salepnya dan di bawa ke kamarnya. Boy mau memberi salep sambil mengaca.
Saat Boy depan kaca mau mengoleskan obat di lukanya, Boy teringat dengan kejadian tadi. Aya wajahnya langsung merah karena malu. Boy tersenyum sendiri jadinya. lalu Boy mengoleskan salep di lukanya.
Malam hari Ayu mengajak Boy turun ke bawah untuk makan malam. Bunda sudah pulang dan mereka makan bersama.
Bunda menanyakan luka Boy. Dan Boy bilang sudah lebih baik. Selesai makan, Ayu dan Aya mengerjakan pr di ruang keluarga. Boy menemani keduanya. Boy besok belum masuk sekolah, jadi Boy tidak belajar.
Bunda yang tadi siang habis pergi jadi merasa capek. Selesai makan, Bunda pergi ke kamar untuk istirahat.
"Bang, Mamih sama Papih kapan pulang sih?" tanya Ayu pada Boy.
"Abang ngga tau Dek. Kamu telfon Mamih aja. coba tanyain kapan pulangnya."
"Sudah. Tapi Mamih ngga angkat."
Baru saja Ayu berkata, hpnya berbunyi tanda panggilan. Saat di lihat ternyata dari Mamih. Ayu langsung mengangkatnya.
"Mamih sama Papih kapan pulang?"
"Mamih sama Papih besok sore baru pulang sayang. Kenapa memangnya hem...."
"Ayu sudah kangen," Mamih tersenyum.
"Mamih sama Papih juga kangen. Ayu ngga rewel kan?"
"Ngga kok Mih. Ayu ngga rewel."
"Abang sama Kaka gimana?"
"Kaka sehat. Tapi Abang habis...."
Belum Ayu selesai bicara, Boy langsung menutup mulut Ayu. Dan sambil kasih kode agar tidak bilang.
"Abang kenapa sayang?"
"Oh ngga Mih. Abang ngga kenapa kenapa. cuman Abang rese Mih. Ngga mau ajari PR Ayu."
"Loh kok Abang gitu sih. Biar nanti kalau Mamih pulang, Mamih akan marahi Abang ya."
"Iya Mih."
Keduanya mengobrol cukup lama. Boy sama Aya juga bicara sebentar pada Mamih. Setelah itu telfon pun di matikan.
"Kamu tuh Dek untung aja ngga keceplosan. Mamih sama Papih jangan sampai tau masalah ini. Nanti mereka kepikiran lagi."
"Hehe... Iya Bang."
Ketiganya lanjut belajar. Ayu sudah selesai duluan. Ayu lalu pamit ke kamar dulu. Sedang Boy masih membantu Aya mengerjakan pr.
"Sebentar lagi kita akan lulus. Kamu sudah punya rencana mau kuliah di mana Ya?"
"Belum tau. Kalau kamu?"
"Aku ingin kuliah di luar negri. Aku mau ambil S1 langsung."
"Kenapa ngga kuliah di sini aja sih Boy?"
"Kalau lulusan luar negri untuk cari kerja di Indonesia sedikit lebih gampang Ya."
"Oh gitu."
"Iya. Kamu mau ikut kuliah di luar negri ngga?"
"Aku belum tau Boy. kalau kamu kuliah di luar negri dan aku juga kuliah di sana, nanti kasihan Ayah buat bayar kuliah kita."
"Kita nanti bisa ambil beasiswa dari sekolah Ya. Dan kita juga di sana bisa kerja paruh waktu. Biar kita nanti ngga merepotkan Papih."
"Benar juga ya Boy. Aku nanti mau pikirkan ah. Kamu mah pernah tinggal di luar negri lama, jadi bisa adaptasi cepat. Kalau aku kan ngga pernah. Bahasa inggris nya juga aku belum bisa banget."
"Makanya kamu tuh harus belajar. Jangan pacar pacaran dulu."
Pltak..
Boy menyentil kening Aya membuat Aya kesakitan.
"Ih Boy sakit tau," sambil mengusap keningnya Aya bicara.
"Biar otak kamu lancar."
"Ih enak aja. Otaku udah encer tau. Sini gantian aku sentil kening kamu."
Saat Aya mau menyentil kening Boy, Boy menghindar. Akhirnya keduanya pun saling kejar.
"Ih Boy sini kamu."
"Tangkap aja kalau bisa," sambil Boy lari meledek Aya. Aya yang kesal terus mengejar Boy. Sampai akhirnya Aya menangkap baju Boy . Tapi karena Boy terus bergerak keduanya lalu jatuh di sofa dengan Boy yang di bawah dan Aya di atas badan Boy.
Bruk...
Bibir keduanya ternyata menempel. Dan mata keduanya sama sama terbuka.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...