NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

010 — Kabur

Kahis tidak pernah menyangka langkahnya bisa sejauh ini, ia berpikir tidak bisa terus berlama-lama di kediaman Carlio yang notabenenya adalah seorang lelaki keturunan Belanda sedangkan dirinya adalah gadis yang dijajah oleh bangsa lelaki itu. Kahis menyunggingkan senyum lalu menggelengkan kepalanya berulang kali.

Bodohnya Kahis, ia sempat percaya omongan lelaki Belanda yang terkenal memang sangat manis. Kahis akui, dia selalu ceroboh dalam bertindak namun kali ini ia buang jauh jauh kecerobohannya itu. Tidak lagi.

Apa yang dibilang lelaki Belanda itu? Mencintainya? Setelah mendengar lelaki itu menyatakan cinta, Kahis dengan telat tersadar. Gadis itu membulatkan tekadnya, ia tidak bisa. Sepertinya perasaan membuncah itu bukan didasari ia memiliki cinta pada pria itu, melainkan rindunya hangat dari sosok kasih sayang keluarga yang bisa didapat dari Carlio.

Tapi jika benar mereka sama sama cinta? Ia jadi ingat perkataan Glenio kemarin, sangat benar. Merugikan dirinya sendiri dan Carlio. Lalu, bagaimana jika ia yang terlanjur mencinta sendiri sedangkan lelaki itu memang bersikap baik pada wanita? Akan jadi apa hidupnya?

Pilihan yang sulit, daripada memilih lebih baik tidak akan pernah memilih. Sebelum perasaan Kahis benar-benar terbukti, ia harus pergi.

Sedari tadi gadis itu berkutat dengan pikirannya, mungkin dihitung beberapa menit setelah Mbok Nur keluar matanya langsung terbuka menatap Carlio sembari berpikir keras. Berpikir bagaimana ia akan menjalani hidup setelah ia pergi dari sini dan bagaimana jika ia akan terus tetap di sini.

Kahis dengan perlahan menyingkapkan selimut, sedari tadi ia memang belum tertidur dan terus berjaga hingga pada saat Mbok Nur masuk menyelimuti mereka dan berujar secara jelas dapat didengar oleh Kahis.

Carlio, lelaki di sebelahnya mengulet setelah Kahis mulai melakukan pergerakan untuk melepaskan pelukan Carlio pada pinggangnya. Lelaki itu sepertinya memang hobi mendengkur, Kahis mendengus. Dengan perlahan Kahis melepaskan Carlio dengan susah payah. Terlepas.

Ia beranjak bangkit dari ranjang, melangkahkan kakinya perlahan. Kahis melihat kilat-kilat di balik jendela, hujan tidak lagi deras dan mereda. Kahis berhenti sejenak, membalikkan badannya menatap Carlio. Kahis segera berbalik melangkah ingin membenarkan selimut Carlio yang tak menutup tubuhnya penuh.

“Kahisyana,” gumamnya tak jelas lalu mendengkur kembali, Kahis duduk di tepi ranjang kemudian mengelus lembut rambut kecoklatan Carlio dan mencium kening Carlio lama.

Sejujurnya ia takut-takut jika rindu akan menyerangnya saat telah pergi, Kahis melangkahkan kakinya ragu menatap Carlio saat kini berdiri di ambang pintu. Kahis melangkahkan kakinya cepat, takut pikirannya akan berubah dalam sekejap.

Kaki jenjangnya menuruni tangga, satu dua tiga anak tangga ia lewati hingga saat berbelok kiri di lorong tangga ia mendapati Mbok Nur yang menatapnya. Bagaimana Kahis memberi tahu Mbok Nur? Langkahnya memelan, Mbok Nurpun seperti tau akan rencananya.

“Belum tidur, Mbok?” tanya Kahis berbasa-basi melemparkan senyum.

“Mau ke mana, Nduk?” tanya balik Mbok Nur tanpa menjawab pertanyaan Kahis.

“Mau pergi … ambil minum, Mbok,” jawab Kahis agak ragu, namun jawaban yang diberikan Kahis menimbulkan muka ragu pada Mbok Nur.

“Ke Malang?”

Kahis langsung terhenyak, tak menyangka Mbok Nur akan menebak dengan tepat. Kahis tidak tau harus merespon bagaimana, Mbok Nur menganggukkan kepalanya mantap.

“Sudah panitan belum sama Tuan Carlio?” tanya Mbok lagi, Kahis hanya menggeleng pelan dan Mbok Nur menghela nafasnya.

“Bingung Mbok,” sahut Kahis.

“Malem-malem gini abis hujan, enggak takut kamu Nduk?” cerca Mbok Nur lagi, Kahis menghela napasnya dalam-dalam.

“Enggak enak Mbok sama Carlio menetap di sini lama-lama, saya orang asing,” balas Kahis hingga Mbok Nur menelisik pakaian yang ia kenakan.

“Tunggu bentar, Nduk.”

Mbok Nur langsung mengacir lari dengan cepat, mengambil beberapa barang secara semrawut yang ia pikir memungkinkan dibutuhkan oleh Kahis memasukkannya pada tas tenteng miliknya. Mbok Nur tak lama datang lagi, dengan kesusahan membawa tas tentengan, topi bewarna kecoklatan dan jaket tebal yang langsung ia pakaikan pada Kahis.

“Pakai kereta aja, Nduk perginya. Mbok sudah siapin ongkosnya terus sama pakaian yang sempet Mbok beli buat kamu tapi belum sempat Mbok kasih ke kamunya, Nduk.”

Kahis meneteskan air matanya, langsung pergi ke pelukan Mbok Nur. Wanita itu juga tampaknya sedih, rasanya baru beberapa hari ia mendapatkan teman di hari - hari tuanya yang kosong. Mbok Nur menepuk-nepuk punggung Kahis sedikit lama lalu melepaskannya.

“Sudah sana cepat, nanti grusak grusuk ketahuan Tuan Carlio,” ujar Mbok Nur sembari mendorong Kahis untuk berjalan pergi.

“Pamit ya, Mbok. Makasih banyak,” pamit Kahis melangkahkan kaki membuka pintu utama kediaman Fredinand.

“Nduk! Payungnya ini,” Mbok Nur sekali lagi memberikan benda terakhir saat sadar bahwa di luar sana sedikit gerimis. Kahis tertawa mau sedih atau bahagia bertemu dengan seseorang seperti Mbok Nur yang layaknya Ibu baginya.

Sekali lagi mereka berpelukan, Mbok Nur menciumi wajah Kahis berkali-kali dan langsung memaksanya cepat-cepat pergi, melambaikan tangan bersama-sama saat Kahis berhasil melangkah menginjakkan jalanan kecil di halaman depan rumah Carlio hingga pada akhirnya Mbok Nur hanya melihat punggung Kahis yang semakin jauh dari pandangannya.

“Coba aja dulu aku sedewasa kamu, Nduk. Anak gadisku pasti gitu juga bentukannya,” gumamnya pelan, langkah berjalan kecil menyempatkan untuk melihat Kahis lagi yang ternyata masih melihat ke arah belakang.

Mbok Nur menghela napasnya berkali-kali, menatap bangunan rumah kediaman Fredinand yang sama kokohnya saat ia pertama kali datang kemari untuk memulai kisah miliknya sendiri.

Di antara rintiknya gerimis yang bergemericik di atas wajah Mbok Nur yang kini termakan usia ada tetesan air mata yang tercampur, bersamaan terjatuh dalam bentuk buliran.

Banyak kalimat andai yang hanya bisa selalu ia ucapkan, andai dari banyaknya pilihan yang ada dalam benaknya dulu ia tak memilih untuk mengikuti kemauan hatinya. Kata orang ikuti kata hati, namun nyatanya bagi Mbok Nur ini menyakitkan.

Bagi Mbok Nur tiada hal yang harus disesali, jika ia berandai memilih pemilihan yang lain belum tentu keadaannya lebih baik dari sekarang. Mbok Nur bersyukur sekarang diberi kesempatan hidup, bersama Tuan Carlio yang dengan sedikit lancang olehnya menganggap lelaki muda itu seorang putranya sendiri.

“Pernah mencintai dirimupun tidak aku jadikan sebagai sesalan,” ujar Mbok Nur menyunggingkan senyumnya tipis. Kalanya saat Mbok Nur merasa kosong ia akan merasa ditarik oleh waktu, terlempar ke masa lampau di hidupnya yang kala itu masih muda.

Mbok Nur menggelengkan kepalanya berkali-kali, menghindari beribu-ribu pengandaian yang tiba-tiba muncul ada dalam benaknya. Mbok Nur buru-buru masuk ke dalam rumah, mengunci pintu depan dan berharap besok dunia akan berputar berpihak pada orang-orang di hidupnya.

1
Arlingga Ve Mustafa🇮🇩🇹🇷
hadir,,,, semangaat ea,,, 💪💪
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!