Hai, raeder semuanya... Ada yang masih ingat dengan Novel saya yang berjudul "Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku" Nah, di novel ini menceritakan kisah anak-anak mereka ya. Semoga kalian suka 🤗🙏
"Aku tidak mau menikah denganmu!" Tekan Bidan Humayza menatap kesal saat Dokter obgyn itu masih membahas hal yang telah berulang kali ia tolak.
"Hei, apakah kamu kira aku terlalu menggilaimu? Apa yang aku lakukan demi memenuhi keinginanmu ibumu!" balas Dr.Razher Adriyansyah SpOG.
Ya, Humayza Andriani adalah seorang Bidan cantik yang bekerja di sebuah RS swasta. Ia Bekerja di bagian Perinatologi. Namun, terkadang ia juga di tugaskan sebagai Bidan pendamping untuk seorang Dokter spesialis obgyn. Yaitu dr Razher.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? yuk ikuti terus. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan ulasannya ya🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mules
Cukup lama duo Dokter itu ngobrol dengan Pak Imam. Kini waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan sepertinya mereka harus pergi untuk mengemban amanah dari Ayah Zafran.
"Pak, Bu, kami pamit dulu ya. Karena mau jemput pasien," ucap Al pada pasangan baya itu.
"Baiklah, Nak. Kalian hati-hati ya. Terimakasih sudah mau mampir ke rumah kami yang sederhana ini," ucap Bu Hanum tersenyum senang.
"Terimakasih juga Ibu sudah mau mengundang kami untuk bertandang kesini. Beneran, Bu. Kalau boleh saya pengen main lagi kesini. Soalnya kopi buatan Dek Mayza mantap," celetuk Razher membuat Pak imam dan Bu Hanum tersenyum.
"Tentu saja boleh Nak Raz, jika ada waktu mainlah kemari," sahut Pak Imam dengan senang hati.
"MasyaAllah, Bapak dan Ibu baik sekali. Tapi jangan terlalu sering ngundang Razher. Karena dia agak sedikit...."
"Sedikit apa, Nak Al?" tanya Pak Imam. Ini sudah kedua kalinya lelaki baya itu di gantung ucapan oleh kedua dokter tersebut.
"Ah sedikit, rakus Pak. Contohnya saja pisang gorengnya di sapu bersih sama dia," kilah Al tersenyum gaje.
"Owalah, ya nggak apa-apa Nak. Bapak malah seneng karena kalian mau makan dan minum di rumah kami ini."
"Ah, Bapak jangan pernah bicara seperti itu. Nanti kita juga akan menjadi keluarga," sahut Razher semakin membuat Al menatap heran. Kenapa tidak sekalian saja katakan ingin mempersunting anaknya Pak Imam.
"MasyaAllah, kalian benar-benar pemuda yang sangat baik. kami sangat terharu, sekali lagi terimakasih ya, Nak."
"Sama-sama, Pak. Kalau begitu kami pamit dulu." Razher dan Al kembali menyalami tangan pasangan baya itu dengan takzim.
"Dek May, Abang pergi dulu ya. Sampai ketemu besok. Terimakasih pisang gorengnya enak banget," ucap Razher tersenyum manis pada gadis cantik berlesung pipi itu.
"Iya sama-sama, Dok," jawab May seadanya dengan senyum tipis.
Kedua pemuda itu keluar menuju mobil yang berada di halaman rumah sederhana tersebut.
"Nih!" Al memberikan kunci mobil pada Razher.
"Kok aku?" intrupsi Dokter kandungan itu.
"Lah kan memang iya kamu. Bukannya tadi kamu bilang mau gantiin tugas Pak Imam?" sahut Al acuh.
"Eh, tapi jangan sekarang dong, Al. Benaran aku ngantuk banget," ujar Razher dengan wajah melas.
"Oh, jadi tadi hanya pencitraan saja? Baiklah, kalau begitu aku bilang sama Pak Imam agar dia ikut aku. Sana kamu pulang saja!"
"Ya Allah gitu amat. Zholim banget kamu!" kesal Razher seraya meraih kunci mobil dari tangan Al.
"Siapa suruh carmuk sampe segitunya!" jawab Al tersenyum acuh.
Dengan terpaksa Razher mengemudikan mobil yang berlabel yayasan itu. Sementara itu Al tampak senang sembari menikmati cemilan dan minuman yang tadi mereka beli.
"Awas kalau kamu tidur ya, Al," omel Razher masih fokus mengemudi.
"Apaan, nggak ada larangannya ya," jawab Dokter neurologi itu santai.
"Coba aja kalau kamu tidur. aku tinggalkan kamu di jalan."
"Hahaha... Seram amat, Mana boleh angek begitu. Eh Raz, nanti berhenti di rest area ya. Aku sakit perut nih!" keluh Al yang mendadak mules.
Razher tersenyum mendengarnya. Ia semakin menambah kecepatan kendaraan roda empat tersebut. Sepertinya balas dendam dikit nggak pa-palah ya.
"Razher, berhenti di depan ya. perut aku tambah mules nih!"
"Iya, Al. Kamu kira aku ini tuli."
Al menahan rasa mules semakin jadi. Duduknya saja sudah tak tenang. Jangan sampai terjadi hal memalukan.
Mobil semakin melaju sehingga sampai di kilometer tujuh puluh yang ada rest areanya. Namun, Razher melewati dengan menambah kecepatannya.
"Raz, kenapa tidak berhenti! Gila kamu ya? Perutku mules banget nih!" intrupsi Al.
"Eh, sorry Al. Kelewatan nih, mana bisa balik lagi. Dahlah, sepuluh kilo lagi keluar tol ini. Kamu tahan dulu ya!" jawabnya tersenyum samar.
"Kamu sengaja ngelakuinnya kan? sumpah jahat banget kamu Raz. Gimana kalau keluar disini."
"Hahaha... Masa nggak bisa nahan. Anak kecil aja masih bisa."
"Awas kamu ya, Raz. Akan aku balas lebih dari ini," omel Al sembari memegang perutnya yang masih mules maksimal.
"Hahaha... Nggak takut."
"Ayo buruan Razher!"
Bersambung.....
