NovelToon NovelToon
Masinis, I Love You!

Masinis, I Love You!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / EXO / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Redchoco

Pernikahan Serena dan Sabir terjalin karena keduanya sepakat untuk pulih bersama setelah dikhianati kekasih masing-masing. Terbiasa berteman selama ini membuat perasaan cinta tumbuh serta-merta. Namun, di saat semua nyaris sempurna, Tuhan memberikan Sabir cobaan dalam urusan kerja. Di mulai dari sini, akan mereka temukan arti cinta, pertemanan dan keluarga yang sebenarnya.

Mari, ikuti lika-liku perjalanan Bapak Masinis dan Ibu Baker yang ingin menjadi pasutri apa adanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redchoco, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Menjadi orangtua dadakan

Serena tidak punya hari khusus untuk mencuci, baginya semua hari sama saja. Tidak seperti Mama yang wajib mencuci di akhir pekan padahal hari biasa kerjaannya juga cuma nyantai. Ah, tidak nyantai-nyantai juga, sih. Mama bekerja sebagai penyuluh peternakan, seringnya main-main ke kandang sapi, sudah pulang pasti bawa susu segar dikasih orang. Yang lebih enak kalau memberi ilmu ke peternak bebek, nanti dikasih telur satu karton -salah satu yang sering memberi gratisan ya Sabir yang merangkap juragan bebek.

Wajar kalau si Mama sempat kesengsem memberitahu jika menantu idamannya adalah Sabir. Namun di waktu itu kan Serena sudah punya pacar -yang tukang selingkuh itu- jadi Mama cukup tahu diri untuk tidak nekat menjodohkan anaknya dengan anak sahabat karibnya. Eh, malah Sabir dan Serena yang melaporkan diri akan menikah tanpa tanda-tanda.

Jangan tanya bagaimana reaksi Mama sama Emak, waktu itu mereka heboh sekali. Ayah juga sama. Yang tetap tenang dan tidak banyak bunyi ya Papa. Konon kata orang, Arifin ini punya wibawa yang kuat sekali. Susah meruntuhkannya.

Ngomong-ngomong, Papa handal di otomotif. Dia sudah membangun bengkel sejak tamat dari salah satu sekolah kejuruan -modal nekat, untung berhasil sampai sekarang. Ayah mertua guru SMP, Alhamdulillah sudah PNS. Sekarang masih mengajar, katanya mau otw pensiun sebentar lagi. Emak kerjanya ribet : banyak banget. Dia kerja tergantung mood. Kalau lagi pengin bikin prakarya, bakal buat cinderamata. Nanti dijual di market place. Kadang jual camilan seperti Sempol, atau makanan berat seperti bakso dan pangsit kuah, nanti diposting di status WA. Tapi jangan salah... pembelinya banyak, karena Emak punya banyak relasi. Efek orang yang social butterfly ya begitu. Meskipun kerjanya banyak, aslinya Emak punya satu pekerjaan tetap : menghabiskan duit.

Ya... semua orang juga suka duit, sih.

Sudahlah, tidak akan cukup 1945 kata untuk menceritakan keluarga ini. Serena hanya ingin memberitahu bahwa sekarang baru selesai mencuci.

"Tolong diam-diam di sini ya pakaian. Jangan terbang ke mana-mana," ucapnya pada hanger yang telah bergantung di tiang jemuran. Kebiasaan pakaiannya suka pindah tempat ke tanah membuatnya kerap kesal. Semoga rumah baru, kebiasaan pakaiannya pun baru.

Masuk ke rumah, Serena menemukan semua tempat sudah rapi, tidak lupa dengan aroma ruangan yang wangi. Nampaknya Sabir yang membersihkan.

"Bapak Masinis... anda di mana? Yok, sarapan dulu, yok!"

Terdengar sahutan setengah berteriak, "Di belakang! Iya, sebentar lagi selesai."

"Ngapain, sih?" Serena sudah menyiapkan Zuppa Soup di meja. "Ini nanti makanannya keburu dingin."

"Baru habis nyapu, Er. Ini lagi bakar-bakar."

"Oalah, nyapu..." Serena manggut-manggut, sebelum kemudian mengernyit. "Hah? Nyapu?" Yang dimaksud Sabir menyapu halaman belakang yang ada pohon mangganya itu? Iya sih Serena lihat sudah banyak daun berguguran, tapi sekarang... mata Serena membeliak. "Jangan dulu dibakar!!! Aku habis jemur pakaian!!!"

Mampus, mampus, mampus! Yang ada bau asap hasil keringat Serena mengucek dan membilas selama satu jam sebab mesin cuci yang baru dibeli tidak berfungsi.

"Kenapa kamu keliatan panik?" Sabir bertanya dengan korek api di tangan, baru saja memantik dan menghidupkan si jago merah di atas tumpukan daun-daun kering dalam lubang tanah yang ia gali barusan.

"Aish! Udah aku bilang jangan dibakar dulu!" Memang nasib hendak mempermainkannya pagi ini. Serena lari terbirit-birit menuju halaman samping untuk mengamankan jemurannya dari serangan asap.

Sayang, sayang, beribu sayang... asap yang datang tidak hanya dari hasil bakar-bakaran Sabir. Sebab ternyata tetangga sebelah rumah pun baru saja membakar sampah. Mana si tetangga asyik bernyanyi pula!

"Yang, hujan turun lagi~

Di bawah payung hitam kuberlindung~

Yang, ingatkah kau padaku?

Di jalan ini dulu kita berdua~"

Di tempatnya, Serena meratapi pakaiannya yang terlanjur bau apek.

Sabir muncul dengan muka heran. "Astaga, kenapa udah dijemur jam segini, Er?"

"Kenapa kompak banget pada bakar sampah?" tanyanya, setengah protes.

"Kamu kayaknya belum lihat peraturan komplek, ya. Sini, sini, aku tunjukkin." Sabir mengambil alih pakaian dalam pelukan Serena untuk kemudian ditaruhnya dalam keranjang di rumah.

Serena mengikuti langkah suaminya menuju bagian depan pagar. Pada dinding pagar setiap rumah nampaknya terdapat sebuah poster kecil berisikan peraturan.

Peraturan Komplek Maju-mundur

Untuk menciptakan lingkungan yang aman, damai, sejahtera, maju dan mundur sedikit kalau kemajuan, maka diharapkan untuk setiap rumah mematuhi peraturan berikut :

1. Hari membuang sampah hanya setiap Rabu (masing-masing sampah dipisah sesuai jenisnya) letakkan kantung sampah di depan pagar sehingga mudah untuk diangkut oleh petugas. *Pastikan yang dibuang adalah sampah, karena kalau surat tanah, mohon maaf itu tidak akan pernah kembali :P

2. Waktu yang diperbolehkan untuk membakar sampah hanya pada 06.00-08.00 (diharapkan untuk membakarnya di dalam lubang tanah, dan pastikan apinya tidak menyebar) *lubang tanahnya buat sendiri, jangan malas-malasan, ah!

3. Untuk saat ini cukup, itu dulu. Tim penjaga lingkungan masih mencari ide peraturan baru. Sampai peraturan baru ditemukan, diharapkan untuk tidak mencopot poster ini dari tempatnya. Kalau tidak... ya tidak apa-apa juga. Asal sudah ingat peraturannya.

Serena terhenyak. Ternyata ini memang salahnya sendiri yang tidak tahu peraturan berlaku.

Sabir yang melihat istrinya menghela napas lelah, tersenyum menampakkan gigi seraya menepuk pelan bahunya.

"Biar aku bantu cuci ulang. Nanti mesin cuci yang kita beli juga mau aku kembalikan ke tokonya, minta ganti. Enak aja mesinnya mati begitu padahal kita bayarnya kontan. Rugi, dong!"

"Sanggup nyuci emangnya?"

"Sanggup lah! Kamu tahu sendiri Emak di rumah orangnya gimana. Mana ada biarin anaknya leha-leha. Aku udah dididik ala pekerja romusha sejak dini, Er. Urusan mencuci mah gampang!"

Dengan begitu, Serena tersenyum lebar. Merasa kelelahannya berkurang. Jika dipikir-pikir, suaminya ini sebenarnya lelah juga. Kan, sudah membereskan rumah, membakar sampah pula.

"Idaman banget ya kamu," komentar Serena begitu keduanya duduk hadap-hadapan di kamar mandi.

"Apanya?"

"Mama bilang menantu idamannya kamu, lho."

"Emak juga bilang begitu."

"Hah?" Suaminya itu mengulurkan pakaian penuh buih. Sabir mengucek, Serena membilas. "Emak bilang apa?"

"Sejak kecil kan dia selalu bilang gini : Eren cantik... nanti jadi anak Emak aja, ya. Jadi menantu Emak. Terus pas kamu gedean dikit, pas lulus kuliah Emak bilang lagi : ya ampun anak gadis Emak udah wisuda, menantu idaman Emak banget, nih!" Sabir mengatakannya sambil memperagakan gaya Emaknya kalau bicara. Praktis, Serena tertawa-tawa.

"Emak sama Mama tuh klop banget ya, Sab."

"Iyalah, gimana enggak klop orang kenalnya udah dari nenek sama kakek, kan."

"Oh iya. Nenek aku mantannya kakek kamu."

"Iya, terus nama Emak diambil dari nama Nenek kamu juga."

"Bener. Nenek aku Sayuni, Emak kamu Yuni Shara Nova."

Keduanya tertawa kecil mengingat cerita-cerita lama dari orangtua mereka. Ngomong-ngomong, nama Emak Sabir terinsipirasi dari nama mantan kakek dan kebetulan malah mirip nama artis lokal -atau sang artis yang meniru Emak? Yuni Shara, Nova-nya sekadar tambahan supaya tidak singkat amat -dan kebetulan Emak lahir di bulan November.

Pakaian yang telah dicuci kedua kali ini pun dijemur bersama-sama.

"Hari ini nge-mal, yuk. Mau?" tawar Sabir yang sekarang sedang menikmati Zuppa Soup buatan istrinya. "Jalan-jalan, belanja, apa pun."

"Boleh, deh. Nanti aku carikan baju baru buat kamu, ya. Kayaknya kamu sering pakai yang itu-itu aja, kurang bersinar."

"Mau bersinar ya nelen bohlam aja, Er."

Serena tertawa.

"Serius. Aku mau beliin baju baru buat kamu, buat aku juga, sih. Baju-baju lamaku mau dibungkus buat disumbangin. Kamu juga, ya?"

"Oke, nanti bantu aku pilihin mana yang masih layak disumbangin. Soalnya kan banyak yang warnanya udah luntur, enggak enak ngasih orang."

"Itu sebabnya aku bilang beli baju baru, Sab. Ya karena ngelihat pakaian kamu tuh banyak lunturnya. Kenapa, sih? Juragan bebek jangan kayak bebeknya beneran, dong."

Giliran Sabir yang tertawa.

"Kan, udah dibilang aku ini dididik ala romusha sama Emak. Kata Emak, selagi masih bisa nutupin ketiak, biarpun warnanya butek, masih bisa digunain."

"Kamu kayaknya beli baju baru pas lebaran doang, nih."

"Bener. Nanti biar bisa nyetel lagu itu kan, apa namanya... baju baru Alhamdulillah, 'tuk dipakai di hari raya~" Sabir bernyanyi. Serena geleng-geleng saja.

Selagi Serena mencuci alat makan, Sabir mengelap meja menggunakan tisu. Lamat-lamat, terdengar suara bel depan pagar.

"Siapa ya kira-kira?"

"Yang semalem, kali," jawab Serena ogah-ogahan. Mulai bete jika saja benar Jizzy lah yang semalam muncul di sini. Sahabatnya itu sudah menyesatkan suaminya, dan Serena tidak senang.

"Aku lihat dulu, ya."

Sabir bergegas membuka pagar saat melihat siapa yang bertandang.

"Eh, tau dari mana alamat baru aku?"

"Tadi ke rumah, Emakmu bilang udah pindah sama istri ke sini."

Tamunya bernama Umin Syarifuddin. Rekan yang bisa disebut satu petualang dengan Sabir. Sebab sudah berteman sejak Pelatihan Pembentukan Kepribadian atau Diksawira (Pendidikan Dasar Kewiraan) beberapa tahun lalu. Pendidikan ini diwajibkan untuk para calon pegawai PT. Kereta Api Indonesia, termasuk masinis. Mereka menempuh pelatihan semi militer selama kurang lebih dua Minggu di markas TNI. Kebetulannya lagi, mereka sama-sama belajar di Balai Pendidikan Teknik Traksi, Yogyakarta, sebelum kemudian sama-sama ditugaskan di PT KAI Daop 1 Jakarta. Jadi, sudah soulmate banget lah ibaratnya. Cuma sekarang jarang ketemu, karena jadwal mereka pada saling menyilang. Sabir dinas, Umin libur. Giliran Umin dinas, Sabir yang libur.

"Ayo, masuk dulu, Min. Eh, ini anak kamu, ya?" Sabir melambaikan tangan pada bocah kisaran umur empat, berjenis kelamin laki-laki yang berdiri di sebelah Umin. "Sudah besar, ternyata. Halo, Daniel, masih ingat Om? Pasti enggak ya, Om gendong kamu waktu bayi, he-he."

"Halo, Om..." sapa Daniel, malu-malu.

"Yuk, masuk dulu, Min. Enggak enak ngobrol depan pagar begini."

Temannya itu mengikuti Sabir masuk ke rumah.

"Eren, tolong ke depan sebentar..."

Yang dipanggil kebetulan lagi membuat teh tarik. Tadinya Serena sempat mengintip siapa yang datang. Jujur, ia bersyukur bukan Jizzy.

"Ya?"

"Ada teman aku, kemarin dia ini enggak datang pas nikahan kita. Biasa, orang sibuk."

Serena menyambut tangan Umin yang mengajak salaman. Keduanya pun berkenalan.

"Kalau anak ganteng ini siapa namanya?" tanya Serena dengan penuh perhatian pada Daniel.

"Daniel, Tante."

"Hai, Daniel. Ini Tante Serena, panggil aja Tante Eren, ya." Bocah itu manggut-manggut. Serena melirik Sabir dan Umin. "Sebentar, aku buatkan minum dulu, ya."

Umin lebih dulu menolak, "Ah, enggak usah repot-repot, Mbak. Saya juga buru-buru, ini sebenarnya datang mau minta bantuan Mbak sama suaminya."

"Oalah, iya, boleh. Emangnya Masnya butuh apa?"

"Jadi Mbak... istri saya mau melahirkan, sekarang sudah di rumah sakit. Saya harus nemenin dia di sana, cuma bingung harus nitipin Daniel di mana. Kasihan kalau ikut, nanti bakal lama karena istri saya juga masih kontraksi. Sementara di Jakarta enggak ada keluarga, karena kebetulan orangtua domisilinya di Jogja. Kenalan pun kebanyakan pada sibuk kerja. Saya cuma punya satu harapan lagi sewaktu ingat masih ada teman lain yang udah jarang jumpa. Suami Mbaknya ini, Sabir.

"Jadi, maaf, saya butuh bantuan banget, kalau Mbaknya sama Sabir berkenan, tolong jagain anak saya sampai urusan istri saya kelar."

Sabir menatap istrinya, meminta pendapat. Serena sendiri malah ikutan menoleh, menanyakan pendapatnya.

"Gimana, Er?" tanya Sabir.

"Kalau aku jelas enggak masalah."

Sabir kembali menatap temannya. "Sama, aku juga enggak masalah, Bro. Titip aja Daniel sama aku dan istri, akan kami jaga sepenuh hati."

"Duh, makasih banyak ya, Sab, Mbak. Aku lega banget ada yang mau nolongin. Nanti setelah istriku melahirkan, segera aku jemput Daniel supaya enggak nambah repot."

"Eh, enggak merepotkan, kok. Tenang aja. Aku sama Sabir sama-sama suka anak kecil, jadi aman."

"Makasih ya, Mbak." Umin tersenyum tulus, kemudian menatap Sabir. "Istri kamu tuh, dicintai baik-baik, Sab."

Sabir tertawa-tawa mengiyakan, sementara Serena hanya tersenyum menanggapi. Sejurus kemudian, keduanya telah mengantar Umin ke depan pagar.

"Daniel, Papi pamit dulu, ya. Nanti Papi jemput lagi waktu adek udah hadir di dunia. Daniel mau ketemu adik, kan?"

"Mau, mau, mau!"

"Kalau mau ketemu adik, nanti sama Om dan Tante enggak boleh nakal, ya. Nurut apa kata Om-Tante. Oke? Daniel anak hebat, kan?"

"Oke! Daniel anak hebat!"

Umin mengecup kening anaknya, kemudian pamit pada Sabir.

"Sab, aku pergi dulu. Mbak Serena, semoga enggak merepotkan beneran, ya. Saya pamit."

Setelah mengiyakan lagi, lagi, dan lagi sebab Umin merasa tidak enak, akhirnya Serena dan Sabir memandangi Mazda hitam itu perlahan-lahan menghilang di kejauhan.

"Lucu, ya, kamu sama dia ngomongnya pakai aku-kamu."

"Karena bukan orang sini yang mandang laki-laki kalau ngomong aku-kamu kayak belok. Padahal normal-normal aja."

Serena terkekeh kecil, kemudian fokus pada Daniel.

"Daniel, hari ini main sama Tante dulu, ya."

"Oke, Tante!" jari telunjuk dan jempol anak itu menyatu membentuk O.

"Ibu," celetuk Sabir tiba-tiba.

Serena dan Daniel kompak menoleh.

"Ibu?" beo Serena. "Kenapa?"

Sabir jongkok, merapikan rambut ikal Daniel. "Daniel panggil Tante Eren itu ibu aja, ya. Om Sabir panggilannya Ayah, mau?"

Anak itu tidak perlu waktu lama untuk mengangguk. "Mau." Tangan mungilnya menempel di pipi Sabir, "Yang ini Ayah," kemudian tangannya tadi dibawanya untuk menyentuh punggung tangan Serena yang sedang terpaku, "Kalau ini Ibu."

"Nah, pintar sekali, Daniel. Ayah suka."

"Yeayy!!! Ayah ibu!!!" seru anak itu berlari-lari di halaman, mencari kesenangan sendiri.

Sabir tersenyum saat Serena berjongkok, kemudian memegang pergelangan tangannya.

"Sab... kenapa harus?"

"Karena menjadi orang tua pun perlu latihan, Eren. Anggap saja sekarang simulasi sebelum punya anak beneran," ucap Sabir dengan santai, kemudian bergabung dengan Daniel yang lari-lari mengejar kupu-kupu, meninggalkan Serena yang tengah berperang dengan hati sendiri.

Ya Tuhan, belum genap sebulan, masa sudah jatuh hati? Sabar dulu, lah. Pelan-pelan jantung... jangan terlalu cepat detaknya.

Sebab Serena takut mati karena jantungan.

***

1
Mamaqilla2
tumben belum update kaka
Mamaqilla2
𝒘𝒊𝒅𝒊𝒊𝒊𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏 𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒌 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒊𝒊𝒓𝒓𝒓𝒓 😍
𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒍𝒆𝒚𝒐𝒐𝒐𝒕𝒕... 𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒊𝒉𝒊 😂
𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒚𝒂 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏.. 𝑺𝒖𝒌𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒔𝒕𝒂𝒈𝒂𝒂𝒂 🥰
𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒐𝒕𝒉𝒐𝒐𝒓 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 ❤
Mamaqilla2
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒔𝒂𝒋𝒂..
Mamaqilla2
𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒊𝒅𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕... 🤗
𝒌𝒆𝒌 𝒈𝒂𝒓𝒆𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊 𝒉𝒊𝒚𝒂𝒂𝒂𝒂 𝒉𝒂𝒉𝒂𝒉 😂
dewi
keren pak sabir
Mamaqilla2
Ningsih kah yg motret mereka??
duuuuh apakah akan terjadi huru hara 🤔
Mamaqilla2
hwaaaaa saingannya si Sabir dah muncul 😂
Mamaqilla2
wkkwkwkkwwk ngakak di akhir 🤣
Mamaqilla2
apa mungkin Cindy sebenrnya menaruh hati sm Sabir.. hmmmb
Mamaqilla2
keren ceritanya baru mampir thor 🥰
Redchoco: terima kasih, semoga betah :)
total 1 replies
Mamaqilla2
selalu suka kalo ada novel berbau abneg 🥰
Protocetus
Kunjungin ya novelku Bola Kok dalam Saku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!