NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gibran&Mamas

Pov gibran

Aku kembali lagi ke tempat ini. Tempat dimana segala kenangan indah ada disini, tempat dimana sebuah keluarga kecil pernah saling menghangatkan, tempat dimana aku dan mamas mendapatkan segala peran dan kasih dari kedua orang tua kami.

Kini, tempat ini terasa sepi dan hampa. Tak ada lagi ibu yang akan membangunkan kami dan menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya setiap pagi. Tak ada lagi ayah yang selalu menggoda kedua anaknya di depan ibu. Tak ada lagi yang akan merengkuhku dan mamas ketika kami lelah setelah seharian bergelut dengan dunia kami.

Ibu dan ayah berpisah, dan kini ibu dipindah tugaskan ke padang untuk jangka waktu yang tak bisa ditentukan. Kini, aku dan mamas harus kembali lagi kerumah ayah tanpa sosok ibu yang akan menemani kami disini.

Malam itu, saat ibu membicarakan tentang dirinya yang harus dipindah tugaskan ke padang, sebenarnya hatiku sangat berat untuk memutuskan satu hal yang belum pernah aku lalui selama ini, yaitu harus hidup berpisah dengan ibu.

Kalau saja aku tak memberatkan pendidikanku disini, aku akan langsung setuju untuk ikut beliau pindah ke tempat kelahirannya. Tapi sayangnya aku memberatkan pendidikanku disini. Sebenarnya, mau dimanapun kita menuntut ilmu, tak akan ada bedanya jika memang kita sudah benar-benar niat.

Entahlah, sebenarnya tak mau pindah kuliah itu hanya kedok untuk menutupi rasa iba ku kepada ayah yang harus hidup sendiri disini dengan rasa sakit yang tak pernah sembuh itu.

Tapi aku sudah terlanjur mengutarakan keputusanku kepada ibu malam itu. Meskipun ibu selalu bilang kalau pintu rumahnya akan selalu terbuka untukku dan mamas, apabila kami berdua berubah pikiran ingin ikut ibu ke padang. Tapi aku tak berniat pindah kesana karna memang sangat berat rasanya kalau harus meninggalkan ayah sendirian disini.

Mamas juga bilang kalau ia masih mau tinggal di jakarta untuk sementara waktu, itu berarti ada kemungkinan juga mamas akan ikut ibu pindah ke padang suatu hari nanti.

Tak masalah, semuanya harus adil

19.00 (rumah ayah)

Aku benar-benar merasa sepi disini. Meskipun rumah milik ayah hanya punya dua lantai, tapi rumah ini lumayan besar dan luas jika dibandingkan dengan rumah ibu yang ada di jagakarsa.

Aku hanya duduk santai di ruang keluarga. Setelah pulang dari kuliah tadi sore, aku sedang tak ingin pergi kemanapun meskipun teman-temanku sempat mengajakku untuk berkunjung ke sebuah caffe baru milik kakak raffael yang ada di sebrang kampus.

Meskipun mbak sani bekerja kembali di rumah ayah, tapi beliau tak pernah menginap. Beliau hanya bekerja dari pukul 08.00-17.00, jika semua pekerjaan rumah sudah beres, beliau akan kembali pulang ke rumahnya yang jaraknya tak jauh dari rumah ayah.

Jujur saja aku sangat bosan disini. Rumah sebesar ini hanya akan dihuni oleh aku dan ayah. Meskipun terkadang mamas memang menginap disini, tapi tetap saja kan kalau mamas 24/7 lebih sering menghabiskan waktunya di kost dan studio tempatnya bekerja.

Bermain ponsel? Sudah, bermain PS? sudah juga, tugas? Aku tak ada tugas hari ini, menonton tv? Aku tak terlalu menyukai tayangan di dalam televisi, aku bingung sekarang harus melakukan kegiatan apa lagi.

Aku berniat memejamkan mataku meskipun belum mengantuk. Sembari menunggu ayah pulang kerja malam ini. Ayah sudah bilang padaku bahwa ia akan lembur jadi ia akan pulang sedikit lebih larut daripada biasanya. Bahkan ayah selalu menyuruhku untuk mengunci pintu utama kalau-kalau ayah pulang terlalu larut. Tenang saja, ayah punya kunci cadangan, begitu juga dengan mamas.

Baru saja aku memejamkan mata, terdengar seseorang yang membuka pintu utama, membuatku langsung terduduk dari posisi tidurku. Kepalaku mendangak berusaha melihat siapa yang pulang malam ini, ayah, atau mamas?

"Dek???"

Suara yang sangat aku kenali, ia memanggilku dengan sedikit berteriak disana. Aku berdiri dan menghampiri seorang yang baru masuk itu.

"Gibran disini mas" jawabku ketika jarak kami sudah sedikit dekat.

"Kirain mamas ngga pulang, ngga ngasih kabar dulu soalnya" lanjutku berucap kepada mamas

"Hp mamas lowbat dek jadi ngga sempet ngasih kabar, ayah lembur ya?"

Aku mengangguk, kami berdua berjalan menuju ruang makan. Aku memilih duduk di salah satu kursi itu, sedangkan mamas berjalan menuju arah kulkas untuk mengambil air dingin di sana.

Aku hanya memandangi mamas yang wajahnya terlihat sedikit lebih tirus sekarang. Tunggu dulu, sejak kapan mamas punya mata panda? Padahal hampir setiap hari kami bertemu. Tapi aku tak tau kalau mamas punya mata panda yang warnanya lumayan pekat. Atau memang selama ini aku tidak terlalu memperhatikan wajah mamas?

"Kamu udah makan dek?" Tanya mamas kepadaku kembali membuka sebuah laptop yang ia bawa

"Udah mas, tadi sebelum pulang ke rumah sempet makan sama temen-temen di kantin kampus. Mamas udah makan?"

Mamas tak menjawab, ia hanya mengangguk kepadaku karna mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya disana.

"Ayah cuma lembur atau nginep dikantor katanya dek?"

"Ngga tau mas, ayah cuma bilang kalo malem ini harus lembur dan gibran disuruh buat kunciin pintunya barangkali ayah ngga pulang" jelasku

"Perasaan ayah sering banget ngga pulang kerumah ya semenjak pisahan sama ibu?"

Otakku kembali berfungsi setelah mendengar ucapan mamas barusan. Betul juga apa yang dikatakan oleh mamas. Apalagi semenjak ada aku disini, ayah jadi jarang pulang kerumah. Atau memang ayah sudah terbiasa tidur di kantor?

"Ngga tau juga mas, gibran kadang ngga sampe kalo harus tanya ini dan itu ke ayah. Semenjak ayah pisah sama ibu, rasanya jadi aneh aja kalo mau bertukar pikiran sama beliau"

Mamas mengangguk, mamas juga bilang kalau ia merasakan hal yang sama sepertiku. Aku kira hanya aku saja yang merasakan hal seperti ini karna mungkin aku belum sepenuhnya menerima kenyataan.

Tak lama kami duduk diruang makan, mamas mengajakku untuk masuk ke kamar agar bisa meluruskan punggungnya. Seperti biasa, mamas selalu tidur dikamarku ketika ia sedang menginap dirumah ayah. Ia tak pernah mau tidur dikamarnya sendiri, padahal kamar kami bersebelahan.

Tapi aku tak menanyakan alasannya kepada mamas, justru aku merasa senang karna ada teman tidur jadi tak merasa sepi sendiri.

Sebenarnya kami berdua dari dulu terbiasa tidur sendiri. Bahkan saat kami masih tinggal bersama ibu dijagakarsa, kamar kami berdua juga terpisah. Tapi entah kenapa dan bagaimana, semenjak ayah dan ibu bercerai, aku dan mamas jadi melakukan apapun bersama selagi itu memungkinkan.

Aku memutuskan untuk langsung tidur saat kami sampai kamar, sedangkan mamas memilih untuk melanjutkan pekerjaannya sebentar di meja belajarku.

07.00 (rumah ayah)

Setelah merapihkan diri, kini aku dan mamas sudah duduk di ruang makan berdua. Mbak sani sibuk menyiapkan sarapan untuk kami berdua, sudah ku tawarkan bantuan tapi beliau menolak dan menyuruhku untuk duduk saja bersama mamas dan menunggu sarapan kami jadi.

"Ayah ngga pulang, mbak?" Itu suara mamas, ia bertanya kepada mbak sani setelah tak melihat tanda-tanda kehadiran ayah dirumah.

"Kayaknya ndak deh mas, soale mbak sani tidak melihat mobil pak jovandra di parkiran" jawab mbak sani

Aku dan mamas saling memandang satu sama lain. Mamas membuang nafasnya kasar lalu menyuruhku untuk tak memikirkan hal ini.

"Terimakasih mbak" ucapku bersama mamas ketika mbak sani memberikan satu buah piring untukku yang berisi dua lembar roti tawar dengan selai cokelat, dan sepiring berisi dua lembar roti tawar dengan selai nanas untuk mamas.

"Mau minum susu atau tidak, mamas dan gibran?" Tanya mbak sani

"Ngga usah disediakan minum mbak, nanti biar aku sama gibran ambil sendiri aja" jawab mamas kepada mbak sani

"Benar?"

Kami berdua mengangguk

"Kalau begitu, mbak sani mau ngurusin baju kotor dulu di belakang, nanti kalau butuh sesuatu panggil saja nggeh?"

"Iya mbak/iya mbak" jawabku dan mamas bersama lagi

Setelah mbak sani pergi ke belakang, aku dan  mamas melanjutkan sarapan pagi ini. Sebenarnya aku tak ada kelas pagi hari ini, tapi aku memilih untuk tetap keluar rumah pagi ini, untuk menemani radja menjemput adiknya di rumah mereka.

"Kamu beneran ngga mau berangkat bareng mamas aja dek?" Tanya mamas yang sudah menaiki motor crf berwarna hitam milikku.

"Ngga mas, gibran mau nemenin radja buat jemput adiknya di kalideres dulu, sebenernya sih baru ada kelas nanti siang"

"Yaudah kamu hati-hati, uang jajan masih ada?"

"Masih mas, beberapa hari lalu ayah baru aja transfer ke gibran"

"Yaudah mamas berangkat dulu, kamu hati-hati ngga usah ngebut"

"Iya siap, mamas juga hati-hati"

Aku menatap kepergian mamas setelah kami berbincang sedikit. Mamas membawa motorku karna parkiran kost nya hanya memadai untuk beberapa mobil saja.

Kost elit parkiran sulit ygy

Seperti kesepakatan, aku mengendarai mobil milik mamas. Sebuah mobil pajero sport berwarna hitam yang mamas beli sendiri dengan hasil kerja kerasnya menjadi produser di studio tempatnya bekerja.

Aku mulai menyusul mamas, membelah jalanan kota jakarta pagi ini yang sudah bisa dipastikan aku akan terjebak macet sekarang. Beginilah kota metropolitan, berangkat siang sedikit, udah pasti kena macet!!!

Saat sedang terkena macet, tiba-tiba saja ponselku berdering. Tertera nama 'ayah' disana. Aku meraih ponsel itu, mengangkat telfon dari ayah yang siapa tau penting.

"Ya ayah?"

"Kakak udah sarapan?"

"Udah yah, ini gibran udah dijalan mau ke kalideres sama radja, lagi kena macet di depan komplek"

"Yaudah ngga apa, maaf semalem ayah ngga kasih kabar kalo nginep dikantor. Mamas semalem pulang?"

"Ngga masalah yah, iya semalem mamas pulang jadi gibran ngga sendirian dirumah"

"Ya sudah, kamu hati-hati bawa kendaraannya jangan ngebut, ini ayah mau meeting sebentar lagi"

"Yaudah yah ini juga macetnya udah mulai longgar"

"Oke kak, see you"

"Oke"

Setelah percakapan singkat dengan ayah, aku kembali fokus menyetir mobil karna jalanan sudah mulai lenggang tak seperti tadi. Sepanjang perjalanan menuju kost radja aku hanya mendengarkan playlist musik milikku di mobil mamas. Lumayan lah, biar ngga sepi-sepi amat.

Kost radja

Aku langsung masuk ke dalam kamar kost radja saat anak itu menyuruhku masuk tadi. Aku menunggunya yang masih belum selesai beberes sambil merebahkan diriku diatas ranjang milik radja yang berukuran 140×200 itu.

"Lo udah sarapan gi?"

"Udah, kenapa emang?"

"Ya kalo belum, ntar sekalian sarapan dirumah mama, hehe" jelasnya sambil menunjukan cengiran khas radja gumilang

"Ck! Udah tadi sama mamas" jawabku

"Mau pake mobil siapa?"

"Punya mamas gue aja"

"Lo udah izin ke om jovandra kalo mau ke kalideres pagi ini?"

"Ayah ngga pulang semalem, tapi gue udah izin sama beliau, sama mamas juga"

"Yaudah lets go!!!" Ajaknya kepadaku sambil mengangkat kedepan sebelah tangannya seperti pose supermen.

Aku terkekeh melihatnya, lalu kami berjalan memasuki mobil dan mulai berangkat ke tempat tujuan utama.

"Emang lo ngga ada kelas pagi gi?" Tanya radja kepadaku

"Kalo ada, gue ngga mungkin satu mobil sama lo sekarang dja"

"Iya juga ya?" jawabnya tanpa dosa

Suka heran kadang tuh, anaknya pinter dalam akademik maupun non akademik, tapi kalo soal kaya gini suka lemot abis. Batin gibran

Rumah radja (kalideres)

Sesampainya di tempat tujuan, aku memarkirkan mobil mamas dengan sedikit effort karna memang aku tak begitu ahli dalam hal 'parkir paralel' .

Radja mengajakku untuk lagsung masuk ke rumahnya. Rumah yang ukurannya hampir sama dengan rumah milik ibu yang ada di jagakarsa.

Saat pertama kali aku dan radja masuk, seorang wanita seumuran ibu dengan mata sipit khas orang china menyambut kami dengan hangat. Beliau memeluk radja dengan kasih, lalu memeluk diriku seperti beliau memeluk anak kandungnya sendiri.

Aku sudah beberapa kali kesini, bahkan sering. Karna memang dari dulu, radja sudah menjadi temanku sejak kami duduk di bangku SMP.

"Mami...dimana baju renangku???"

Suara seorang anak terdengar di telinga kami. Seorang anak perempuan sekitar umur 7 tahun keluar dari sebuah ruangan yang aku yakini kamar milik anak itu.

Rambutnya di kuncir kuda, matanya sipit seperti sang ibu, kulitnya seputih susu seperti radja, membawa sebuah tas yang sletingnya masih belum tertutup karna masih ada barang yang belum ia masukan kesana. Anak itu terkejut saat melihat kehadiran kami disini terutama radja, sang kakak.

"Koko...!!!" Ucapnya nyaring

Anak itu berlari menghampiri sang kakak dan memeluknya erat. Radja membalas pelukan sang adik tak kalah erat nan hangat.

"Sudah dulu, kita sarapan sama-sama, mas gibran ayo ikut sarapan"

Sebenarnya perutku mash kenyang karna belum lama ini aku sudah sarapan dengan mamas, tapi aku juga tak enak untuk menolak ajakan ibunya radja. Kini kami berkumpul diruang makan kediaman milik keluarga wiyono.

Ada mami sandra, baba aryo, adik shela, radja, dan juga aku sendiri. Sedikit tentang keluarga radja gumilang wiyono, salah satu keluarga keturunan chinese atau orang biasa menyebutnya dengan chindo. Baba aryo wiyono, beliau lahir di surabaya dan menikah dengan mami sandra yang lahir dan tumbuh di jakarta. Mereka mempunyai dua anak, satu laki-laki dan yang kedua perempuan. Radja gumilang wiyono dan juga arshela dara wiyono. Kini keluarga mereka menetap di daerah kalideres dan radja memutuskan untuk tinggal di kost karna lebih dekat dengan kampus kami.

Salah satu sebab nama radja seperti nama jawa lokal, ya karena memang ayahnya orang jawa china.

Aku melihat interaksi hangat keluarga ini, seketika mengingat masa-masa dimana saat keluargaku masih utuh. Tak ada yang namanya terpecah belah ataupun tinggal terpisah seperti sekarang ini.

Kalau ada orang yang bertanya, apakah aku merasa iri ketika melihat interaksi keluarga radja yang begitu hangat? Jawabannya adalah iya. Iya, aku merasa iri sekaligus bahagia, karna melihat orang lain bisa merasakan hangatnya berkumpul dengan keluarga yang lengkap dan betapa bahagianya mereka karna masih bisa merasakan peran dari kedua orang tuanya.

Setelah kami selesai sarapan bersama, aku dan radja pamit terlebih dahulu kepada mami sandra dan baba aryo, karna memang niat kami kesini hanyalah menjemput shela untuk les berenang dengam radja.

"Hati-hati bawa mobilnya ya, mas gibran" ucap mami sandra mengusap suraiku dengan lembut.

Ahhh aku jadi teringat sosok ibu yang sama lembutnya dengan mami sandra.

"Makasih tante atas makanannya, maaf merepotkan" ucapku sedikit menundukan kepala

"Ngga usah ngomong kaya gitu, kaya sama siapa aja. Pokoknya kalo radja pulang, kamu ikut aja kesini"

"Iya tan makasih"

"Mami, koko jalan dulu" timpal radja berpamitan kepada maminya, lalu disusul oleh sang adik shela

Di dalam perjalanan, kami bertiga bercanda gurau bersama, apalagi saat shela mencoba untuk melawak kami para sesepuh.

"Oh iya, mas gibran punya adik?" Ucap shela yang tiba-tiba mengajukan sebuah pertanyaan

"Ngga punya, tapi mas gibran punya kakak cowok namanya mas geri" jawabku

"Oh ya? Pasti mas geri ganteng kaya mas gibran kan?"

Belum sempat aku menjawab, radja sudah tersedak kopi yang sedang ia sesap. Aku reflek menginjak remku secara mendadak. Tak jauh berbeda denganku, shela yang ada di bangku belakang juga sedikit terkejut saat koko nya tersedak minum.

"Dja lo gpp?/Koko u okay?" Tanyaku dan shela bersama

Radja menyadarkan dirinya, menatap aku dan shela bergantian lalu menggeleng memberi jawaban bahwa ia baik-baik saja. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kembali ke tempat tujuan.

Gedung renang

Setelah kami sampai di tempat tujuan, radja pamit untuk masuk ke dalam kepadaku. Saat aku hendak meninggalkan tempat itu berniat menuju ke kampus, tiba-tiba saja ada sebuah notifikasi dari grup kelas yang mengatakan bahwa, matkul siang ini akan diadakan secara online karna dosen yang mengajar matkul itu sedang berhalangan untuk hadir.

Aku mengurungkan niatku untuk pergi ke kampus, aku memilih untuk menyusul radja masuk ke dalam ikut melihat anak-anak yang ikut les berenang hari ini.

"Loh gi, lo ga jadi ke kampus?" Tanya radja ketika melihatku berjalan kearah dirinya

"Dosennya berhalangan buat hadir jadi cuma dikasih tugas doang terus nanti zoom agak malem" jelasku

"Oohh gitu, yaudah lah mending sini dulu aja nungguin bocil les"

"Siap siap aja si kalo gue"

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!