Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. UNTUK IBU
Kinan segera menghapus air matanya, kala merasakan ponselnya yang ada di dalam tas bergetar. Gegas ia membuka tasnya dan mengambil ponsel, keningnya mengernyit melihat sebuah pesan dari Azka.
[Kamu sibuk, gak?]
"Enggak, Bang. Baru aja selesai meeting," balas Kinan.
[Kebetulan, aku baru saja kembali sehabis bertemu klien, sekarang lagi di jalan. Aku jemput kamu sekarang.]
"Memangnya mau kemana?" Kembali Kinan membalas, namun tak mendapat balasan lagi dari Azka.
Merasa penasaran, ia hendak menelpon Azka namun urung ketika tiba-tiba saja Alesha telah berdiri di hadapannya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. "Al," lirihnya.
"Aku ganggu, gak?" Tanya Alesha seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Kinan.
"Enggak sih, tadi baru aja selesai meeting." Jawab Kinan. Jika biasanya ia selalu enjoy bila berhadapan dengan Alesha, tapi kila ini ia tampak kaku.
"Kalau gitu, kita punya waktu banyak dong buat ngobrol." Alesha tersenyum.
Kinan hanya menanggapinya dengan senyuman, ia benar-benar seakan kehilangan kata-kata. Mengingat ucapan Raka, ia jadi enggan berurusan lagi dengan Alesha. Karena wanita yang ada di hadapannya itu, Raka enggan bertanggungjawab terhadapnya.
"Kamu punya hutang penjelasan sama aku. Sekarang coba deh cerita gimana bisa kamu dan Bang Azka tiba-tiba memutuskan untuk menikah. Memangnya kalian pacaran ya? Kok gak bilang-bilang sih, hem curang udah mau main rahasia-rahasiaan nih." Saking penasarannya dengan hal tersebut, Alesha tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya dan langsung mendatangi Kinan.
Kinan terkejut, ia pikir tidak akan ada yang menanyakan tentang pernikahannya dengan Azka. Namun, ternyata sahabat yang telah merangkap menjadi adik iparnya itu begitu penasaran dengan hal tersebut. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya?
"Memangnya yang memutuskan untuk menikah itu harus dua orang yang sedang pacaran ya, enggak kan?" Kinan terkekeh pelan, mencoba mengurai suasana yang terasa menegangkan.
Alesha menggaruk pelipisnya, ternyata tidak semudah yang ia bayangkan untuk mendapatkan jawaban. Ia pikir , Kinan akan langsung menjawab pertanyaannya. "Ya enggak sih, cuma aku kaget aja saat kalian berdua memutuskan untuk menikah. Secara yang aku lihat dan yang aku tahu selama ini, kamu dan Bang Azka itu terlihat biasa saja. Enggak seperti...
"Gak seperti orang yang lagi pacaran? Gak seperti kamu dan Raka?" Potong Kinan lalu terkekeh. "Al, suatu hubungan itu gak mesti harus selalu di umbar. Aku dan Bang Azka memutuskan menikah karena kami berkomitmen dan benar-benar sudah sepakat untuk menempuh jalan itu." Selorohnya. Dadanya serasa sesak mengatakan suatu kebohongan di hadapan Alesha. Padahal sebenarnya, ia menikah dengan Azka karena keterpaksaan. Dan itu semua demi Raka yang tidak ingin kehilangan Alesha, dan juga demi menjaga perasaan ibunya.
Alesha tersenyum tipis, rasanya masih tidak mempercayai itu semua. Ia belum puas atas jawaban Kinan, namun sepertinya ia tidak bisa mendapatkan jawaban yang pasti. Kinan sepertinya sedang menutupi sesuatu, entah apa batinnya bertanya.
"Baiklah kalau begitu, aku mau ke ruangan Bang Raka. Bye," pamit Alesha.
Kinan hanya menganggukkan kepalanya.
Tak lama setelah Alesha pergi, Azka datang. Tanpa basa basi, ia langsung mengajak Kinan untuk pergi.
Kinan menurut meski sebenarnya ia sangat penasaran Azka akan mengajaknya kemana, namun biarlah ia akan tahu nanti setelah sampai di tempat tujuan.
Sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil hening. Azka fokus dengan kemudinya, sementara Kinan memilih untuk melihat jalanan di sampingnya. Hingga tak lama kemudian, sampailah mereka di tempat yang dituju Azka.
Kinan mengernyit heran melihat bangunan di depannya. Azka mengajaknya ke sebuah tempat yang terdapat ruko berlantai dua. "Bang, untuk apa kita kesini?" Akhirnya ia bertanya.
"Kita lihat-lihat dulu," Azka melepas seat belt, lalu turun dari mobil. Begitupun dengan Kinan.
Sepasang suami-istri itu memasuki Ruko tersebut, pemilik yang sudah menunggu kedatangan Azka langsung menuntun mereka ke dalam Ruko, melihat-lihat suasana Ruko berlantai dua yang luas dan masih kosong itu.
"Gimana menurut kamu tentang Ruko ini?" Tanya Azka kemudian pada Kinan.
"Em, kalau dari segi lokasi sangat strategis menurutku. Sangat mudah dijangkau oleh pelanggan jika Ruko ini dijadikan tempat usaha. Dan untuk bangunannya juga sangat menarik, berlantai dua. Jadi yang menyewa disini bisa mengembangkan dua usaha sekaligus." Jawab Kinan.
Azka tersenyum mendengarnya, "Tepat sekali."
"Abang mau buka usaha di sini?"
"Bukan aku, tapi untuk Ibu kamu. Aku ingin membeli Ruko ini untuk Ibu,"
"Membeli Ruko ini untuk Ibu?" Kinan tercengang. Saking terkejutnya ia sampai memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing. Entah karena ucapan Azka yang ingin membeli Ruko itu untuk ibunya, atau karena belum makan sejak pagi.
"Iya, aku sudah merencanakan ini sejak beberapa hari yang lalu. Seperti yang kamu bilang tadi, jadi Ibu bisa mengembangkan dua usaha sekaligus di sini. Tinggal Ibu yang mengatur nanti, untuk Toko Bunganya mau di lantai bawah atau di lantai atas." Ucap Azka.
"Tapi Bang, ini terlalu berlebihan. Aku yakin Ibu juga pasti gak akan mau menerima i..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, kepala Kinan semakin terasa pusing yang akhirnya ia ambruk tak sadarkan diri.
"Kinan...
Tinggal tunggu rahasia hati Kinan terbongkar. Apa Azka akan mengetahuinya atau selamanya akan jd rahasia Kinan seorang??
ini kenapa Alesha ikutan Raka jadi si trouble maker sih 🤦🏻♀️