Pengawal Istimewa

Andika dan Yolanda yang sedang mengendarai sebuah mobil kebetulan lewat dan melihat Citra dari kejauhan. menyadari Citra sedang dalam masalah Andika meminta Yolanda berhenti sebentar karena Andika ingin menolongnya.

Kevin sendiri mulai bangkit dari atas jalan dan terkejut melihat sosok Andika di depannya.

Andika mulai menatap Kevin yang hanya menggunakan sebuah celana kolor tanpa baju sehingga membuat Andika menjadi jijik. Andika juga dapat mengetahui Kevin pasti mempunyai niat buruk kepada Citra.

"Sialan, kamu jangan ikut campur," teriak Kevin sambil mengusap darah yang keluar dari hidungnya akibat tinju dari Andika.

Kevin sendiri tampak sedikit takut melihat sosok Andika apalagi sebelumnya Andika sudah pernah menghajar dirinya. Tapi semua sudah kepalang tanggung mau bagaimanapun Kevin hanya bisa bertarung dengan Andika dan membawa Citra kembali.

Sementara Andika yang merasa jijik kepada Kevin mulai marah dan mengepalkan tangannya. Bisa bisanya Kevin berbuat kurang ajar kepada Citra pikir Kevin.

Tiba-tiba saja Andika bergerak dengan sangat cepat sehingga membuat Kevin terkejut. Andika menghilang dari pandangan Kevin dengan sangat cepat.

Kevin mulai mencari keberadaan Andika dan seketika terkejut menyadari Andika sudah muncul di depannya dengan jarak hanya satu meter darinya.

Dengan cepat Andika melesatkan tinjunya dari bawah dan langsung menghantam perut Kevin.

"Buk," tinju Andika tepat mengenai uluh hati Kevin.

Seketika Kevin tampak tertunduk merasakan sakit yang luar biasa. Mata Kevin melotot seolah mau copot sesaat kemudian Kevin mulai berbatuk dan memuntahkan seteguk darah segar.

Tidak cukup dengan satu pukulan Andika yang jengkel melihat kelakuan Kevin kembali melayangkan tendangan dari bawah.

"Buk krak," seketika tendangan keras dari Andika langsung menghantam selangkangan dari Kevin di ikuti suara telur yang pecah.

Kali ini Kevin langsung terjatuh ke jalan memegangi selangkangannya. Rasa sakit luar biasa yang timbul membuat Kevin tidak mampu menahannya dan seketika pingsan.

Melihat itu Yolanda dan Citra tampak ngeri sementara Citra tidak menyangka Andika ternyata sangat hebat bisa mengalahkan Kevin dengan sangat mudah.

Andika mulai berjalan menghampiri Citra dan Yolanda.

"Citra kamu tidak apa-apa?" ujar Andika sambil melihat bekas lebam di wajah Citra.

"aku baik-baik saja hanya terluka sedikit" jawab Citra yang tidak mau terlihat lemah di depan Andika.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Andika lagi.

Mendapatkan pertanyaan ini Citra terlihat hanya diam saja. Citra merasa malu untuk menceritakannya apa lagi Kevin hampir saja melecehkan dirinya.

Melihat sikap Citra ini Andika juga mengerti bahwa Citra enggan untuk memberi tahunya.

"Bagaimana jika kami mengantarmu pulang?" ujar Andika.

"Benar biar kami mengantarmu," imbuh Yolanda yang juga kasian melihat wajah Citra dengan luka lebam.

"Baiklah," jawab Citra.

Mereka bertiga mulai naik ke dalam mobil menuju ke apartemen milik Citra. Andika mengemudikan mobil sementara Yolanda duduk di sebelahnya dan Citra duduk di kursi belakang.

"Bisa kah kamu memberi tahu alamatmu tinggal?" tanya Yolanda kepada Citra.

"Andika mengetahuinya," jawab Citra.

Sontak Yolanda terkejut mendengar jawaban citra. Apa maksudnya Andika mengetahuinya apakah Andika pernah pergi ke rumahnya.

Yolanda mulai menatap tajam ke arah Andika dengan tatapan membunuh. Menyadari hal ini Andika juga langsung menjelaskan bahwa wanita ini bernama Citra yang merupakan seorang kapten polisi.

Sebelumnya mereka sudah saling kenal karena pada waktu Andika dan David ayah Yolanda hampir saja terbunuh Citra juga datang ke tempat itu.

Oleh karena itu Andika sering berhubungan dengan Citra dan mengetahui dimana Citra tinggal. Andika juga mengatakan bahwa dirinya dan Citra tidak memiliki hubungan apa-apa.

Mendengar itu Yolanda juga percaya kepada Andika dan mulai kembali untuk tenang.

Tidak lama mereka telah sampai di depan gedung apartemen Citra. Mereka turun dari mobil menuju ke lantai dua tempat apartemen milik Citra.

Sampai di dalam Citra dan Yolanda langsung duduk di kursi sementara Andika tampak mengambil kotak obat yang terletak tidak jauh dari mereka.

Andika langsung membuka kotak obat dan mengambil kapas serta obat luka. Andika mulai mengoleskan obat luka di wajah Citra yang terluka.

Citra pun merasa sangat nyaman dan melihat ke arah Andika. sebelum Andika mengoleskan untuk yang kedua kalinya Yolanda dengan segera merebut kapas yang di pegang Andika.

"Cukup biar aku saja," ujar Yolanda yang sudah mengambil kapas dari tangan Andika dan mulai mengoleskan ke Citra.

Walaupun Yolanda tahu Citra sedang terluka dan Andika berniat baik untuk mengobatinya tapi Yolanda merasa cemburu melihat pacarnya melakukan itu.

Sementara Citra tampak terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Yolanda.

"Oh iya perkenalkan aku Yolanda pacar Andika," ujar Yolanda sambil mengobati Citra.

Yolanda sengaja mengatakan itu agar Citra tidak berniat untuk mendekati Andika. Apa lagi Yolanda mengamati dari gerak gerik Citra tampaknya menyukai Andika.

Citra seketika terkejut tidak menyangka bahwa Andika sudah mempunyai pacar. Seketika hati Citra terasa tidak enak dan sakit.

"Aku bisa sendiri mengobatinya," ujar Citra langsung mengambil kapas yang di pegang Yolanda.

Setelah beberapa saat Andika dan Yolanda memutuskan untuk kembali karena hari juga sudah mulai sore.

"Andika Yolanda terima kasih atas bantuannya," ujar Citra.

"Tidak apa," jawab Andika.

"Kami pergi dulu," sambung Yolanda.

Setelah Andika dan Yolanda meninggal apartemen milik Citra. Citra mulai duduk di kursi sambil memegangi wajahnya.

"Kenapa mengapa seperti ini?" ujar Citra hatinya terasa sakit baru pertama kali dirinya menyukai seorang pria tapi dengan sangat cepat pria itu sudah di miliki oleh orang lain.

Andika dan Yolanda kini sedang dalam perjalanan menuju kembali ke rumah. Sampai di rumah mereka sedikit terkejut melihat pintu rumah yang terbuka lebar tidak seperti biasanya.

Begitu mereka masuk ke dalam rumah langsung terkejut melihat kondisi rumah yang berantakan dan Luna yang tergeletak di lantai.

Dengan segera Yolanda menjadi khawatir dan menghampiri Luna. Andika juga langsung mengangkat tubuh Luna dan membaringkannya di sofa.

"kakak Andika akhirnya kalian datang," ujar Luna lirih.

"Luna apa yang terjadi" Yolanda menjadi sangat khawatir.

"Ayah di bawa pergi." jelas Luna.

"Apa?"

Sebelumnya beberapa orang datang ke rumah dan langsung membuat kekacauan kemudian langsung menculik David dan membawanya pergi. Luna yang tergeletak di lantai karena salah seorang memukul tengkuknya sehingga membuatnya jatuh tidak sadarkan diri.

"Andika tolong selamatkan ayah" ujar Luna.

"Siapa kira-kira yang melakukan ini," Andika tampak bingung dan memerlukan petunjuk agar dirinya bisa segera bertindak.

Luna berusaha mengingat-ingat dan muncul satu nama di benaknya.

"Sepertinya mereka menyebut nama Tino Darmono," ucap Luna.

Mendengar itu Andika tampak bingung karena dirinya tidak pernah mendengar nama Tino Darmono.

"Mungkinkah Tino Darmono adalah Tino yang menjadi pesaing perusahaan ayah," kata Yolanda secara tiba-tiba.

"Yolanda apa kamu mengenalnya?" tanya Andika.

"jika benar Tino Darmono itu aku tahu di mana tempat tinggalnya".

Yolanda mulai memberi tahu letak tempat tinggal Tino kepada Andika. Sesaat kemudian Andika juga telah mendapatkan arahan tempat tinggalnya.

"Yolanda kamu tunggu di sini saja menemani Luna aku akan pergi menyelamatkan ayahmu," ujar Andika.

"Andika kamu hati-hati" ujar Luna.

"Baiklah tolong selamatkan ayah," imbuh Yolanda.

Di tempat lain di sebuah rumah yang terlihat begitu mewah dan besar David sedang duduk di sebuah kursi di kelilingi beberapa orang di sekitarnya.

"Tino aku tidak menyangka ternyata selama ini kamu mengincar ku," ucap David.

"Ha ha sudah terlambat jika kamu baru mengetahuinya sekarang," Jawad Tino.