Saling mengenal satu sama lain sejak dibangku sekolah namun Leon sangat membenci Elvira karena alasan yang sampai saat ini tidak dimengerti oleh Elvira.
Dan kebencian Leon terhadap Elvira semakin bertambah ketika keduanya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka.
Leon menganggap Elvira sebagai wanita licik. Elvira merusak hidupnya. Sedangkan Elvira menganggap Leon sebagai cinta pertamanya yang kini menjadi pangerannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindita Ningtias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Elvira terbangun dari tidurnya tubuhnya sulit untuk digerakkan seperti ada yang menindihnya, dengan berat Elvira membuka matanya seketika dibuat kaget karena wajahnya dan Leon sangat dekat.
"K-kenapa dia bisa disini?" gumam Elvira kaget plus gugup.
Elvira mencoba untuk melepaskan tangan Leon yang melingkar di pinggangnya, ia melakukannya dengan perlahan takut Leon terbangun tapi sayangnya semua usahanya itu gagal karena terlalu sulit untuk menggeser tangan Leon dari tubuhnya.
Elvira pun menyerah dan memutuskan untuk menunggu hingga Leon terbangun, ia menatap dalam wajah Leon yang masih tidur nyenyak itu entah apa yang terjadi kini Elvira terlihat meneteskan air matanya.
"Apa aku segitu tidak pantasnya untuk bersamamu?" gumam Elvira pelan menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
Tak lama setelah itu Leon pun bergerak dari tidurnya dan secara otomatis tangannya tidak berada di tubuh Elvira lagi dengan kesempatan itu Elvira pun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.
Saat pintu kamar mandi tertutup Leon pun membuka matanya sebenarnya samar-samar ia mendengar ucapan Elvira tadi meskipun begitu ia dapat mengerti ucapan wanita itu.
Leon kini bangun dari tidurnya menuju balkon kamar hotel dengan ponsel ditangannya, entah apa yang ia lakukan dengan ponselnya dan tak lama terdengar helaan nafas kasar.
"Siapapun boleh tapi tidak denganmu, maaf" gumam Leon menatap jauh ke langit cerah.
"Kau sudah bangun?" tanya Elvira bersikap seolah tak terjadi apapun padahal ia sadar jika Leon sudah bangun sejak tadi dan Leon mendengar ucapannya.
Leon tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya menganggukkan kepalanya begitu juga dengan Elvira yang ikut menganggukkan kepalanya sebagai artian mengerti.
"Hari ini ada rencana?" tanya Elvira duduk didepan meja rias.
"Tidak tau" ucap Leon singkat.
"Batalkan saja" ucap Elvira lagi, hari ini ia ingin sendirian rasanya akan canggung jika ia harus bersama Leon setelah apa yang terjadi.
"Apa?" tanya Leon
"Yang sudah mama rencanakan untuk kita, batalkan saja semuanya. Lakukan yang ingin kau lakukan karena aku juga akan seperti itu mungkin akan canggung jika kita harus jalan bersama" ucap Elvira, entah dari mana ia punya keberanian itu tapi ia mengatakannya.
"Baiklah" ucap Leon yang entah kenapa ia tak bisa membantah ucapan Elvira meskipun ia ingin, tidak ada yg bisa ia lakukan selain mengiyakan perkataan Elvira.
Suasana kamar hotel kembali hening, beberapa kali terdengar suara ponsel Leon yang berdering.
"Angkat saja" ucap Elvira, tidak tau kenapa moodnya sangat jelek pagi ini.
"Kenapa tidak diangkat?" tanya Elvira lagi
"Bukan urusanmu" ucap Leon ketus.
"Kenapa? Apa tidak bisa mengangkatnya di depanku? Kenapa harus peduli dengan hal seperti itu toh biasanya juga kau memperlakukan sesukamu" ucap Elvira hampir meneteskan air matanya namun berhasil ia tahan karena ia tidak ingin terlihat lemah saat membahas hal seperti ini.
"Kenapa aku harus peduli denganmu?" ucap Leon membuat hati Elvira terluka, itu sangat menyakitkan.
"Ya aku tau itu" ucap Elvira kecil lalu bangkit dari duduknya kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Padahal ia ingin malas-malasan dikamar pagi ini tapi situasi saat ini tak memungkinkan jadi ia kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ia memutuskan untuk pergi jalan-jalan saja mumpung lagi berada di Paris, ia akan mengunjungi semua tempat menyenangkan.
Setelah membersihkan diri Elvira bersiap untuk jalan-jalan setelah selesai ia mengemas kopernya, saat ingin keluar dari kamar langkahnya di hentikan oleh Leon.
"Apa yang kau lakukan? Mau kemana?" tanya Leon mengernyitkan kening, kebingungan.
"Aku cari kamar lain saja daripada kau tidak nyaman ada aku disini" ucap Elvira
"Kau ingin aku dimusuhi ibuku?" ucap Leon memasang raut wajah kesal.
"Kenapa mama harus memusuhimu inikan keinginanku lagipula mama kan tidak tau kalau kau tidak mengatakannya" ucap Elvira ikutan kesal.
"Kau boleh pergi jalan-jalan tapi tidak untuk mencari kamar lain, disini saja. Kau tenang saja aku tidak akan macam-macam denganmu" ucap Leon membuat Elvira terperangah mendengarnya.
"Kalau kau pergi aku akan katakan pada mereka kalau kau bertemu dengan pria lain di sini" ancam Leon
"Hah, lucu sekali" ucap Elvira melepaskan kopernya dan pergi meninggalkan kamar seorang diri.
Leon menghela nafasnya kasar, ia merutuki dirinya kenapa harus melarang Elvira untuk mencari kamar lain toh itu ide yang bagus. Ucapan Elvira juga benar, ibunya Lamia tidak akan tau jika salah satu dari mereka tidak mengatakannya kenapa harus takut.
Sekarang ia menyesal tidak membiarkan Elvira pergi dari kamar ini dan ia juga tidak mungkin menyuruh Elvira untuk pergi saja dari kamar ini, ia sudah melewatkan kesempatan.
Leon kembali merebahkan tubuhnya di kasur, ini jadi sangat membosankan karena tidak ada yang bisa ia lakukan dikamar hotel ini. Saat hampir tertidur ponselnya berbunyi, ia pikir itu Isabell namun salah ternyata itu Lamia dengan panik ia menerima panggilan tersebut.
"Kau dimana sayang?" tanya Lamia pada Leon
"Di hotel ma" jawab Leon
"Dimana menantuku? Kenapa kalian belum pergi jalan-jalan? Apa tour guide kalian belum datang menjemput kalian?" tanya Lamia
"Sepertinya begitu" ucap Leon yang bingung harus menjawab apa.
Sebelumnya saat tour guide meneleponnya Leon mengatakan bahwa perjalanan dibatalkan dan Leon juga meminta si tour guide untuk merahasiakan ini dari Lamia.
"Mungkin dia sedikit telat lalu dimana menantuku?" tanya Lamia kembali mencari Elvira.
"Elvira sudah pergi" ucap Leon membuat Lamia kaget.
"Ha? Pergi? Pergi kemana? Kenapa kau tidak menemaninya? Kenapa membiarkannya pergi seorang diri di negara orang. Hey Leon! Apa yang kau lakukan kenapa membiarkannya?!" omel Lamia yang tak sudah-sudah.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Bagaimana jika menantuku tersesat atu hilang? Kau cepat susul Elvira, jika terjadi sesuatu yang buruk dengannya aku tidak akan memaafkanmu seumur hidupku Leon" ucap Lamia membuat Leon menghela nafas.
"Sebenarnya siapa anakmu? Kenapa harus beraksi segitunya jika ini tentang Elvira" ucap Leon sedikit kesal.
"Kau memang anakku tapi Elvira juga anakku karena dia istrimu! Mama tidak mau tau kau harus menyusulnya, cepat bersiap mama akan menghubungimu tiga puluh menit lagi" ucap Lamia mematikan panggilan itu.
Helaan nafas kembali terdengar, pagi ini entah sudah berapa kali Leon menghela nafasnya.
"Benar-benar menyusahkan ku" ucap Leon
Elvira kini berada di restoran siap saji Subway yang berada tak jauh dari hotel sebenarnya makanan di hotel lebih enak tapi ia tidak ingin berada disana karena itu ia memutuskan untuk makan sandwich serta seporsi kentang goreng saja.
"Awal yang baik" ucap Elvira tersenyum saat ingin menyantap hidangannya.
Seperti tidak ada beban Elvira benar-benar menikmati suasana saat ini dengan gembira, ia melupakan semua masalah yang ada tadi.
"Jika aku tidak bisa, tolong lepaskan aku segera buat aku sadar kalau kita benar-benar tidak mungkin bisa bersama. Tolong buat aku mengerti bahwa semua kemungkinan itu hanya sebuah harapan karena kenyataannya itu tidak mungkin terjadi"
"Tolong sadarkan aku! Jangan biarkan aku sendiri berharap untuk bisa bersamamu sedangkan kau mati-matian untuk menjauh dariku"
"Sedikit saja, jika bisa tolong lihat dan pikirkan aku. Jika benar-benar tidak bisa katakan dengan jujur, aku akan pergi"
Itu janjiku, tidak perlu bersusah payah jika benar tidak bisa maka aku yang akan pergi sendiri.