NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut Kilat

Dua tahun bukanlah waktu yang lama. Dia sudah setinggi itu, mungkin tingginya sudah naik 10-15 cm. Apa hanya aku disini yang tak tumbuh?

"Haahh, lelahnya.... Bruk!" Dia dengan santai menjatuhkan tubuhnya di atas kasurku. Rambutnya, bahkan masih basah. Kenapa dia begitu santai di kamar perempuan?

Sekarang bulan Mei 2023. Di daerahku hujannya tak menentu. Kini tinggal menghitung minggu untuk mengikuti tes masuk universitas gelombang ke-2. "Haish" Aku baru ingat dengan buku yang mau ku beli. Apa buku itu masih ada atau tidak ya?

Aku kembali duduk di kursi belajarku. Membuka halaman-halaman yang berisi catatan tanganku. Nilaiku masih terlalu kecil untuk di IPA. Aku memang tak terlalu paham dengan materi IPA. Terutama Fisika atau Kimia yang perkiraan akan masuk ke dalam tes. Meski itu hanya perkiraan, aku tetap harus mempelajarinya. Ah, ini juga karena aku mengambil peminatan IPS saat di SMA.

Langkah kaki terdengar mendekat. Khanza sudah datang ke arahku memegang kedua bahuku. "Lagi ngapain?" Tanyanya pelan.

"Belajar, untuk ujian masuk kuliah" Jawabku melihatnya.4

Kedua alisnya, tampak terangkat ke atas. "Ujian? Eh? Kamu belum melanjutkan kuliah?"

Aku mengangguk, "Aku sambilan dan mengumpulkan dana untuk ukt awal" Jawabku sambil kembali melihat bukuku.

Dia bersandar di meja belajarku. "Lalu, bagaimana Ibu pemilik rumah ini? Apa dia kerabatmu?" Tanyanya menutupi bukuku dengan telapak tangan kirinya.

Di pergelangan tangannya, masih menggenakan gelang kayu kokka yang sama seperti saat kami bertemu untuk pertama kalinya. Aku melihat tangannya yang berurat itu.

"Bukan, Ibu Vety adalah orang lain yang menganggapku seperti anak. Dia yang membantuku belajar berbicara" Jawabku dan melihatnya perlahan.

Dia terlihat tersenyum. Lalu mengusap ubun-ubunku. "Kamu pasti sudah bekerja keras" Ucap Khanza sambil tersenyum lebar.

Aku senang dengan pujian kecil itu. Aku mengangguk. "Apa kau sudah ada rencana untuk study kedepannya?" Tanyaku tanpa melihatnya.

"Ya, Aku ingin masuk ke Universitas 97. Mengambil Progam Study Perfilman" Ucapnya.

Mataku terbelalak. Dan langsung melihatnya. Itu Universitas tujuanku juga. Senyum lebar mengembang di wajah itu. "Jangan bilang mau kuliah disana juga?" Tanyanya dengan lirih.

Aku mengangguk. "Aku ingin mengambil Prodi Psikologi Anak" Jawabku.

"WAH! Bagus itu! Kamu pasti bisa masuk kesana. Tesnya akan di mulai Minggu depankan? Bagaimana kalau kita berangkat bersama?" Tawarnya.

Bolehkah seperti ini? Aku ingin sekali marah padanya tapi, kenapa ada sesuatu yang membuatku sulit untuk marah ataupun menolak semua tawarannya.

Aku mengangguk. Dia kembali mengusap ubun-ubunku dengan lembut. Aku merasa dia terus melihat ke arahku. Arg, ini membuatku tak fokus dengan belajarku.

Aku melihat wajahnya. Memang benar, dia menatapku dan tersenyum tipis disana. Keningku sudah berkernyit. "Kenapa melihatku terus?" Tanyaku sambil mendorong wajahnya untuk melihat ke arah lain, hingga dia mendongak ke atas.

Dia terkekeh. Aku dapat melihat jakunnya yang naik ke atas ke bawah. Kemudian dia memegang pergelangan tangan kananku. "Kamu agak berisi sekarang" Ucapnya sambil meletakkan telapak tanganku di pipinya yang masih lembab.

"Tentu saja. Ini karena aku makan" Jawabku.

"Waaa, berarti dulu tidak pernah makan ya?" Tanyanya sambil menunjukkan wajahnya yang sumringah.

Aku menarik tanganku. "Ya, gak gitu juga. Lalu, kau akan pulang kapan?" Tanyaku. Ya, sepertinya hujan memang sudah reda.

"Waduh, aku di usir" Dia tiba-tiba mendramatis.

Kalau begini, dia mirip sekali dengan Ayahnya. Aku tertawa ringan. Kemudian berdiri dan mengambil handuk tak jauh dari kursiku. Aku memintanya untuk duduk di kursi yang ku duduki sebelumnya. Aku menggosokkannya pada rambutnya yang basah.

"Padahal kau sudah gede, tapi masih saja suka dengan rambut yang basah seperti ini. Bagaimana kalau kau flu bes.., sok?" Kain handuk terangkat ke atas kepalanya. Dia menatapku dengan irisnya yang berwarna emerald.

Aku mengalihkan pandanganku. Entah mengapa jantungku berdebar dan aku merasa malu.

"Berbicaralah yang banyak, Grep!" Dia memeluk pinggangku. "Akh" Dia membuatku tak bisa berbicara. Ini terasa aneh. Tapi, entah mengapa aku tak ingin melepaskannya.

Rambutnya sudah ku keringkan. Dia masih memeluk pinggangku dan mendonggakkan kepalanya. Ujung bibirnya tak henti-henti berkembang. Aku menutup wajahnya dengan handuk putih ini.

"Berhenti melihatku seperti itu. Dan lepaskan aku" Pintaku.

"Apa pinggang perempuan memang sekecil ini?" Tanyanya sambil melepaskanku.

Aku merasa lega dan kembali menata bukuku. "Aaa, Sekar. Kau tau? Aku rindu sekali denganmu" Ucapnya sambil menutupi wajahnya di meja belajarku.

"Hiilih, rinda-rindu. Apaan coba. Mana ada orang yang rindu kagak mbales chat-an satupun" Celetusku.

Dia mengangkat pandangannya dengan cepat. "Ya maaf..." Ucapnya sambil meringis.

Tiba-tiba Bu Vety mengetuk pintu kamarku. "Sekar, ajak temanmu ke bawah. Ibu masak makanan untuk dimakan bersama" Panggil Bu Vety.

Kami segera turun setelahnya.

Dari berita yang Bu Vety lihat di tv, jalan raya yang menjadi jalan utama desa, tengah banjir dan mancet. Beberapa rumah warga di pelosok, hancur karena terjangan banjir bandang dari tanggul DAM yang jebol.

Khanza di paksa menginap oleh Bu Vety. Sebenarnya, Khanza sempat menolak. Namun, dia kekurangan alasan untuk cepat keluar dari rumah Bu Vety. Akhirnya, dia pun menginap dan dipinjamkan ruang tamu oleh Bu Vety. Tak hanya itu, Khanza sudah di siapkan kasur gulung yang biasanya Bu Vety gunakan saat keluar kota.

Aku menunjukkan ibu jariku saat melihat wajah terpaksa Khanza yang bercampur dengan raut segan.

Haha, pada akhirnya, dia juga tidak bisa melawan kekuatan Ibu-ibu. Beberapa saat yang lalu, aku kembali ke kamarku untuk tidur. Namun, ponselku berdering. Untuk pertama kalinya, Khanza mengirim pesan padaku setelah dua tahun lebih telah berlalu.

[Sekar, apa kamu sudah tidur] Tanyanya di chat.

[Belum, apa yang kau butuhkan] Balasku.

Dia mengetik cukup lama.

"Bisakah kamu ke depan? Aku tidak enak sendirian] Jawabnya.

[Astaga, apa kau ini bocah 5 tahun?] Kirimku dan aku segera keluar dari kamarku.

Khanza sudah menungguku di depan pintu kamarku dan berbarengan dengan kilat. Gelapnya rumah membuat cahaya kilat itu menyeramkan dan dia terlihat seperti setan.

Jantungku rasanya hampir copot karena melihat Khanza sudah seperti di film horror. Untung saja, aku tak pernah menjerit saat kaget. Mungkin, ini karena kebiasaan.

"Astaga! Kau membuatku kaget! Bagh!" Aku memukul lengan kirinya secara spontan.

Dia menahan pukulanku sambil terkekeh. "Mau bagaimana lagi? Aku tidak bis tidur sendiri kalau keadaan penuh kilat begini" Ucapnya.

Aku menghidupkan lampu ruangan tengah dan menemaninya hingga dia mengantuk. Aku memainkan ponselku. Khanza sesekali duduk di sebelahku dan meletakkan kepalanya di bahuku. Mengintip aktivitas ponselku.

1
Introvert
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Introvert
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Introvert
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!