NovelToon NovelToon
Asmaradhana Putri Ningrat

Asmaradhana Putri Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:316.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Kirana Pramudya

Dua tahun Sitha dan Danu berpacaran sebelum akhirnya pertunangan itu berlangsung. Banyak yang berkata status mereka lah yang menghubungkan dua sejoli itu, tapi Sitha tidak masalah karena Danu mencintainya.

Namun, apakah cinta dan status cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan?

Mungkin dari awal Sitha sudah salah karena malam itu, pengkhianatan sang tunangan berlangsung di depan matanya. Saat itu, Sitha paham cinta dan status tidak cukup.

Komitmen dan ketulusan adalah fondasi terkuat dari sebuah hubungan dan Dharma, seorang pria biasalah yang mengajarkannya.

Akankah takdir akhirnya menyatukan sepasang pria dan wanita berbeda kasta ini? Antara harkat martabat dan kebahagiaan, bolehkah Sitha bebas memilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Pramudya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Api Unggun

Malam pun tiba, acara malam ini akan dilakukan Api Unggun. Selain untuk mengakrabkan para staf, api unggun ini juga tentu untuk menghangatkan. Sebab, udara di kaki Gunung Lawu itu terasa begitu dingin. Hembusan angin malam, seolah memberikan kesan basah dan dingin.

"Api unggun kita mulai lima menit lagi. Semuanya segera berkumpul!"

Seorang panitia berteriak, lalu staf pun berkumpul di tanah lapang. Termasuk Sitha yang berjalan, saat itu Sitha mengenakan jaket denim, padahal bahan denim atau jeans itu ketika dipakai di udara dingin akan membuat orang yang memakainya akan kedinginan.

Oleh karena itu, ada Dharma yang berinisiatif mengingatkan. "Bu Sitha, udara di sini sangat dingin. Sebaiknya tidak mengenakan jaket denim," katanya dengan sopan.

Sitha menunduk, memperhatikan penampilannya. "Oh, iya. Aku lupa, baik aku tuker jaket dulu. Makasih ya, Mas."

Sitha yang sebenarnya sudah ingin ke lapangan harus kembali ke kamarnya. Dia mengganti jaket yang sebelumnya dia kenakan. Gadis itu tersenyum sendiri karena merasakan ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Walau hanya sekadar mengganti jaket, tapi itu adalah bentuk perhatian.

Setelah itu, Sitha menuju ke tanah lapang. Semua staf sudah berkumpul di sana. Api unggun juga sudah menyala. Semuanya menyanyikan lagu api unggun yang dulunya sering dinyanyikan setiap kali perkemahan pramuka.

Api kita sudah menyala

Api kita sudah menyala

Lagu itu terus diulang-ulang sembari semua peserta bertepuk tangan. Kali ini, mungkin karena Sitha agak belakangan, dia melihat Danu yang berdiri di dekat Ambar. Keduanya tertawa-tawa dan tidak merasa sungkan. Sedangkan Sitha justru berdiri di dekat Dharma. Mau bagaimana pun, Sitha mengamati keduanya. Siang tadi, dia sudah memperingatkan Ambar dan Danu, tapi keduanya kembali bersama.

"Bu Sitha pasti cemburu melihat Pak Danu yah?" tanya Dharma dengan lirih.

"Ya, begitulah. Sedikit aneh," jawab Sitha dengan jujur.

"Cukup dilihat saja, Bu Sitha. Jangan dimasukkan ke dalam hati."

Sitha tersenyum, walau memang rasanya risih melihat demikian. Sitha juga akhirnya untuk menikmati pertunjukan layaknya Night Talents malam itu. Ada staf yang bernyanyi dengan gitar, ada yang membacakan puisi, bahkan ada yang melakukan stand up comedy. Sitha memilih menikmati pertunjukan seni dan kreasi para staf. Lagipula acara seperti ini hanya bisa dinikmati sekali dalam setahun.

Lalu, ada staf yang menyanyi dan meminta semua peserta berdiri dan melambaikan tangan. Saat berdiri, rupanya ada sedikit insiden terjadi. Semua itu rupanya ini adalah hari pertama haid untuk Sitha, dan gadis itu tidak menyadari. Kebetulan saat Dharma ikut berdiri, dia melihat noda merah di celana Sitha.

Tanpa banyak bicara, pemuda itu menanggalkan Kemeja Flanel yang dia kenakan. Lalu, memberikannya kepada Sitha.

"Bu Sitha, maaf ... bukannya saya lancang, tapi kemungkinan Bu Sitha sedang hari pertama masa periode. Tutupi dengan kemeja saya," katanya.

"Eh, tapi ... jangan, aku lepas jaketku saja," balas Sitha.

Sungguh, Sitha merasa sungkan dan malu sekarang. Ketika hari pertama haid, justru ada pria lain yang melihatnya. Tidak enak rasanya.

"Jangan, Bu. Dingin. Sebaiknya Bu Sitha memakai kemeja saya saja. Apakah Bu Sitha membawa pembalut? Saya bisa mintakan ke bagian Seksi Kesehatan."

Sitha mengingat-ingat apakah dia membawa pembalut, tapi seingat Sitha, dia memang tidak membawa. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Duh, saya enggak bawa."

Saat itulah, acara Talents berakhir dan dilanjutkan jalan-jalan malam. Terpaksa Sitha pun tertinggal. Tidak mungkin dia berjalan malam dengab celana yang kotor. Rupanya Dharma berlari dan menuju ke Seksi Kesehatan, tanpa malu dia meminta pembalut untuk Sitha. Walaupun Dharma tak mengatakan untuk siapa pembalut itu.

Dharma kembali berlari ke arah Sitha, pria itu menyembunyikan barang khusus wanita itu di dalam kaos yang dia kenakan. "Ini untuk Bu Sitha. Kalau ingin bersih-bersih bisa, Bu. Kalau Bu Sitha mau menyusul jalan malam, saya temenin. Saya tunggu di sini."

Sitha seolah membeku di tempatnya. Benar-benar merasakan wujud perhatian yang tulus di mana seorang pemuda mau berlarian memintakan pembalut untuknya bahkan meminjamkan kemejanya untuk menutupi bagian celananya yang kotor. Sedangkan tunangannya sendiri entah di mana, yang pasti Danu mungkin bersama Ambar dan ikut dalam rombongan jalan malam.

"Mas Dharma ...."

"Silakan berganti dulu, Bu Sitha. Saya tunggu kok."

Sitha akhirnya berpamitan dan segera membersihkan dirinya terlebih dahulu. Gadis itu akhirnya mandi di malam yang dingin itu, tidak begitu risau karena ada fasilitas air hangat. Lebih dari lima belas menit, Sitha baru selesai. Dia kembali ke luar, masih bisa Sitha lihat Dharma masih berada di luar dan terlihat menunggunya.

"Maaf, aku lama, Mas."

"Tidak apa-apa, Bu Sitha. Mau ngikutin yang jalan-jalan malam?" tanya Dharma.

"Boleh. Setidaknya bisa menyusul."

Keduanya lantas berjalan bersama, walau Dharma sedikit berjalan di belakang Sitha. Pria itu sejujurnya merasa rendah diri karena dia dari strata sosial yang sama dengan Sitha. Hanya sesekali memandang Sitha dari belakang saja rasanya sudah cukup.

"Jangan terlalu di belakang, Mas," kata Sitha.

"Tidak apa-apa. Bu Sitha saja yang di depan."

"Jangan dong, saya seperti bersama pengawal."

"Bu Sitha kan atasan saya, tidak apa-apa saya mengawal Bu Sitha."

Sitha tersenyum lagi. Dari posisinya berjalan sekarang mungkin ratusan meter di depan terlihat rombongan staf yang berjalan terlebih dahulu. Sitha sedikit memikirkan apakah Danu bersama dengan Ambar.

"Mas, boleh aku bertanya?" tanya Sitha.

"Silakan, Bu Sitha. Saya akan menjawab jika memang bisa."

"Menurut kamu, Ambar itu bagaimana?"

Dharma tidak langsung menjawab, dia harus menelaah terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian barulah Dharma menjawab. "Saya tidak ingin berspekulasi negatif sebenarnya, tapi sahabat yang baik itu tidak akan melakukan demikian. Sadar atau tidak, mendekati tunangan sahabat sendiri itu salah kan, Bu? Atau sebenarnya serigala berbulu domba? Bisa sebaliknya domba berbulu serigala. Lebih waspada, Bu Sitha. Maaf, ini hanya pendapat saya."

"Domba berbulu serigala? Hanya berpura-pura lemah, tapi di belakang menggigit yah?" tanya Sitha dengan tersenyum getir.

"Ibu Sitha pasti paham dan akan segera mengambil sikap. Saya percaya," balas Dharma.

Sitha merenung, dia tetap berjalan, tapi sedikit banyak ucapan Dharma memang membuatnya harus bisa melakukan lebih banyak.

"Waspada dengan Pak Danu juga, Bu Sitha. Kadar cinta, ketulusan, dan kesungguhan itu bisa diuji kok, Bu Sitha. Hati Ibu bisa merasakan semuanya," ucap Dharma.

Sitha merasa ucapan Dharma barusan layaknya sebuah menara suar yang menerima sinyal dari bahtera yang datang. Ya, di pelabuhan sering kali menara suar akan mendapatkan sinyal ketika ada kapal yang datang. Apakah benar demikian, karena memang ketika bertunangan saja hati Sitha terasa biasa-biasa saja? Hatinya akan bisa merasakan semuanya.

1
Yuni Martopo
Luar biasa
tina vio
kak aplikasi oranye nya apa nyari ga ktm2😣
jhon teyeng
memang banyak penulis yg kesaldan kecewa sama nT bahkan mgkn sdh banyak yg tdk selesai karyanya sebab nT bikin aturan yg membingungkan. kalau memang nT sdh tdk sanggup ya sdh tutup saja kasihan pemula yg semangat hrs down hanya karena aturan yg tdk jelas standartnya.
LISA
koq g ada kelanjutannya ?
Afternoon Honey
jadi ini dianggap tamat ya author Kirana 🤔
WaTea Sp
semangat danu....
WaTea Sp
astagfirulloh.....
WaTea Sp
bener tuh si ambar kurang bersyukur......nyesel baru rass lo mbar
WaTea Sp
ambar ambar sadar sedikit knapa, wong asalmu jg bukan orkay kok
WaTea Sp
ambar maaih aja sombong gak ada berubahnya....twpok jidat
Windy Veriyanti
semoga Author berkenan meneruskan cerita yang apik dan indah ini 🙏🌹
tetap semangat ✊
Gusti Allah tansah mberkahi 🍀🌸❤🌸🍀
Windy Veriyanti
si Ambar uni kudu dipentokkin tiang dulu kayaknya, biar pikirannya jadi lempeng...
Windy Veriyanti
senang sekali jika ada seseorang yang memahami sejarah dan budaya daerahnya, serta mampu menceriterakan dengan begitu baik...seperti Shita
Windy Veriyanti
step by step, Mas Dharma...
disyukuri walaupun hanya ada selintas ingatan yang masih samar di benak Shita
Windy Veriyanti
si Ambar ini berasa nyaman banget jadi manusia antogonis 😆😁
jhon teyeng
aku sdh tahu ternyata itu ya orange juice nya aku smpt lht tp ragu dg nama yg takutnya sama
jhon teyeng
orange bisa disebutkan nggak
Windy Veriyanti
Kisah hidup seseorang dari kalangan ningrat atau bangsawan, selalu memiliki daya tarik tersendiri untuk disimak.
Terlebih didalamnya banyak terdapat sentuhan wawasan Budaya Jawa yang tentunya akan memperkaya pengetahuan si pembaca.
Saestu...sae sanget 👍
Roma Pasaribu
Tasya apa Sitha, Thor 😁
Enisensi Klara
Kirain mas Dharma mau susu yg lain 🤣🤣🤣🤣🤣🤣ntar lain cerita itu mah 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!