Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Pacarnya Kanaka
"Loh ini kita mau kemana?" tanya Rere saat melihat jalanan mulai sepi dari lalu lalang kendaraan.
"Mampir dulu ke tempat om Ali," jawab Kanaka santai.
"Om Ali siapa?" tanya Rere.
"Ya om Ali," jawab Kanaka lagi.
"Kita masih harus balik kantor lho Ka," tegur Rere sambil mengusap tangannya yang gemetar karena tiba-tiba Rere takut Kanaka melakukan 'sesuatu' kepadanya.
"Gue udah ijin mas Dewa kok, lagian kita balik kantor juga udah kesorean banget, pasti orang udah pada bubar," sahut Kanaka santai.
Pada akhirnya Rere hanya bisa menggusah nafas lelah, karena dia tak akan bisa melawan Kanaka Harvey Danuarta yang terkenal otoriter itu.
Kanaka melirik Rere sambil mengulum senyum, entah kenapa membuat Rere emosi dan marah-marah itu adalah sesuatu yang menyenangkan bagi Kanaka.
Kanaka masuk ke arena sirkuit yang terbilang rapi dan cukup modern itu, memarkir mobilnya di depan sebuah gedung yang lebih tepat disebut bengkel itu.
"Yuk turun!" Kanaka melangkah menghampiri orang yang sedang berdiri menunggu kedatangannya.
Mau tak mau Rere mengikuti Kanaka untuk turun dari dalam mobil, tersenyum kaku pada orang yang sedang Kanaka salami itu.
"Tumben bawa cewek Ka? Pacar?" tanya Ali sambil tersenyum penuh arti.
Sial bagi Rere karena Kanaka hanya mengulas senyum kepada Ali tanpa mengklarifikasi tebakan salah orang itu.
"Om." Akhirnya Rere menjabat tangan orang itu.
"Ayo masuk, masuk." Ajak Ali melangkah mendahului mereka.
Rere menarik lengan baju Kanaka membuat Kanaka menoleh dan melempar sorot mata penuh tanya.
"Nggak jadi." Pada akhirnya Rere memilih mengurungkan niatnya untuk mengajak Kanaka pulang.
Kanaka dan Ali tampak serius berdiskusi tentang.... motor, kalau Rere tak salah tangkep.
"Mau nyoba sekarang?" tanya Ali.
"Iya, boleh nggak om? Satu putaran aja kok," pinta Kanaka sopan.
"Ya udah kalo gitu mah, ganti baju sana!" perintah Ali.
"Aku pakai sarung tangan ama pelindung kaki aja Om, cuman mau test drive aja kok, nggak ngebut," ucap Kanaka.
"Dam, Adam! Ambilin perlengkapannya mas Naka!" teriak Ali ke anak lelakinya yang ada disana.
Rere memilih duduk sambil memperhatikan Kanaka yang sedang memakai helm dan perlengkapan balapnya.
Kalau biasanya saat Rere melihat penampilan Kanaka sehari-hari saja sudah membuat jantungnya tak aman, apalagi saat melihat Kanaka memakai perlengkapan balapnya, jantungnya semakin tak bisa dikondisikan lagi.
"Pacarnya mas Naka?" tanya Adam saat berada di dekat Rere.
"Eh?!" Tangan Rere reflek terangkat dan digoyang-goyangkan menolak pernyataan Adam.
"Nggak usah ngelak mbak, mas Naka nggak pernah bawa cewek kesini, palingan cuman kak Keiko yang diajak kemari," jawab Adam keukeuh dengan pernyataannya.
"Terserah lo deh!" Akhirnya hanya itu yang bisa Rere lontarkan, daripada dia bingung membalas ucapan Adam.
"Tapi mas Naka emang keren sih! Pasti bangga jadi pacarnya dia, ganteng, terkenal, kaya dan baik, siapa coba yang nggak klepek-klepek," ucap Adam lagi membuat Rere ingin meremas bibir lemes Adam yang bicara sembarangan.
Rere memilih meninggalkan Adam dan melipir duduk di tribun sambil menonton Kanaka yang sedang memacu motornya di sirkuit.
Janjinya tadi cuma satu putaran, tapi Kanaka telah memutari sirkuit itu sebanyak tiga kali.
Rere menekan dadanya, meminta jantung yang berdetak kencang itu untuk diam dan tak berulah seperti ini.
Kanaka melewati Rere sekali lagi lalu menghilang masuk ke dalam garasi dan memarkir motornya disana.
Butuh beberapa menit buat Kanaka melepas atribut yang dipakainya tadi, lalu berjalan mendekati Rere yang duduk termenung sendirian disana.
"Ngapain lo?!" tanya Kanaka membuat Rere terlonjak kaget.
"Ngapain lagi? Nunggu lo lah, lama banget!" ketus Rere lalu berdiri dan menepiskan kotoran di celananya.
Kanaka memutar matanya pelan, lalu pergi mendahului Rere kembali ke mobilnya, tadi sudah berpamitan sama Om Ali jadi tak perlu pamit lagi kan.
"Masukin alamat lo ke GPS!" ucap Kanaka pelan.
"Hah! Ngapain? Gue bisa pulang sendiri," sahut Rere mulai dilanda kepanikan.
Mereka kan tak dekat, harusnya Kanaka tak perlu tahu dimana rumahnya.
"Cepet masukin, atau lo mau gue bawa pulang ke rumah gue?" ancam Kanaka santai.
"Mau ngapain sih Ka tahu alamat gue? Kayak lo butuh buat nanti ngapelin gue aja." Sebenarnya kalimat itu Rere mau ucapkan dalam hati, tapi karena panik justru kalimat itu yang keluar dari mulutnya.
"Hahahahaha.Ya anggep aja buat ntar Sabtu gue apel ke rumah lo," sahut Kanaka membuat Rere menolehkan kepalanya cepat.
"Apaan sih? Nggak jelas!" gerutu Rere sambil menghadapkan wajahnya ke jendela mobil dan tak lupa memukul bibir lemesnya pelan.
Karena kalah berdebat, akhirnya Rere memasukkan alamat rumahnya ke GPS di mobil Kanaka.
Kanaka mengikuti arahan embak-embak GPS itu dan menjalankan mobil ke alamat yang tadi dimasukkan Rere.
Mobil Kanaka memasuki area perkampungan padat penduduk dan berhenti di depan rumah sederhana dengan toko kelontong kecil di.depan rumah tersebut.
Rere turun tanpa permisi, dia bukannya malu dengan keadaan rumahnya yang pasti jauh bila dibandingkan dengan rumah Kanaka yang pasti mentereng.
Rere hanya tak mau ibunya mengetahui dia diantar lelaki kaya seperti Kanaka ini.
"Ngapain kamu turun?" tanya Rere panik.
"Nyapa orang tua lo lah, mau ngapain lagi?" sahut Kanaka santai.
"Nggak usah, lo pul.... " Belum juga Rere menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara dari dalam rumah membuatnya terpaku.
"Siapa Re?" tanya ibunya Rere menatap Kanaka yang terlihat kalau dia anak orang kaya.
"Te temen bu," jawab Rere tergagap.
"Sore tante, perkenalkan saya Kanaka temen satu kampusnya Rere." Kanaka mendekat dan menjabat tangan wanita sepuh tersebut.
"Oh temennya Rere, ayo masuk ke dalam dulu nak," ajak bu Laras sopan.
"Kanaka mau ada urusan bu." Rere menjawab ibunya sambil mendorong tubuh Kanaka kembali ke mobilnya.
Sebelum Kanaka masuk ke dalam mobil, Kanaka mengelus puncak kepala Rere. "Gue pulang dulu ya," pamit Kanaka lalu masuk ke dalam mobil dan berlalu dari sana.
"Re.... " panggil ibu sebelum Rere menghilang dalam kamarnya.
"Dia bukan pacar Rere bu," sahut Rere karena tahu apa yang mau diucapkan oleh sang ibu.
"Inget ya Re, ibu nggak ngelarang kamu buat pacaran, tapi jangan pacaran sama orang kaya nak, demi kebaikanmu sendiri," nasehat ibu sebelum Rere benar-benar menghilang di dalam kamarnya.
Rere menghembuskan nafas panjang, dalam dada sana hanya bisa pasrah dengan bunga yang hendak mekar itu jadi layu kembali.
Sementara Kanaka yang baru saja memasuki rumahnya langsung disambut dengan pertanyaan Mimonya. "Kamu udah punya pacar mas?"
________
Hai hai apa ya kira-kira penyebabnya Rere nggak boleh pacaran sama orang kaya ya.
Hmmmm...... penasaran kan?
Tunggu ya pasti akan terbuka jelas kok semuanya.
Makasih buat kalian yang support aku sampai dengan sekarang, banyak-banyak sayang buat kalian.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu