Menjadi seorang single mother bukanlah impian seorang Calista. Impiannya cita citanya & harapan orang tua Calista harus hancur karena kesalahan masa muda yang dilakukan Calista.
Bagaimana Calista hidup setelah menjadi seorang single mom, dan bagaimana Calista harus menjalani hidupnya saat dipertemukan dengan seorang pria yang tidak bisa dihiraukan begitu saja ?
Apa yang harus dilakukan Calista saat dia sudah berjanji untuk tidak menikah dan fokus pada anaknya, ketika diperhadapkan dengan ketulusan seorang pria yang datang menjanjikan kebahagiaan untuknya dan putranya ??
Bagaimana jikalau seseorang dari masa lalunya kembali??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chece_wullan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Hati Calista hancur malam itu. Dia menyalahkan dirinya karena tidak bisa memberikan jawaban akan pertanyaan david. Padahal dia sadar kalau dia juga mencintai david. Perasaan takut akibat masa lalunya dengan adrian membuat dia tidak berani mengambil keputusan.
Calista hanya bisa menangis terduduk di ruang tamu. Bahkan tangisnya semakin deras saat mendengar suara sepeda motor david meninggalkan rumahnya. Dia benci pada dirinya sendiri yang selalu terbayang akan sakitnya pengkhianatan adrian.
Suara tangisannya terdengar sampai ke kamar rafael. Rafael segera keluar menghampiri calista yang masih menangis sesenggukan di ruang tamu.
"Kakak kenapa ?"
Calista tidak menjawab, dia terlalu hanyut dalam perasaannya sampai tidak sadar kalau rafael sudah berdiri disampingnya. Rafael langsung memeluk kakaknya dan mengelus punggungnya.
"Kak aku gak tau kakak kenapa. Tapi tolong jangan menangis sendirian kak. Kakak punya aku, kakak punya kita semua. Kita itu keluarga kak. Jangan sedih sendirian kak."
Calista semakin sedih mendengar ucapan adiknya. Calista semakin terisak di pelukan rafael.
"Kakak jahat dek. Kakak udah menghancurkan hati orang yang gak bersalah. Kakak harusnya gak boleh nyamain dia sama orang lain. Dia gak salah, kakak yang salah."
Rafael tidak berkata apa apa, dia hanya memeluk dan menenangkan kakak sulungnya.
...----------------...
David tiba di rumahnya. Sebelum masuk ke rumah, dia menghela napas panjang. David menghapus sisa airmata di pipinya.
"Malam pah, mah."
"Malam bang. Tumben baru pulang kantor jam segini."
"Itu Pah. Tadi abang mampir ke tempat teman dulu."
"Ya sudah bang. Kamu mandi gih, abis itu kita makan ya."
"Iya mah. Adek di rumah mah?"
"Iya tuh lagi di kamar. Ngerjain tugas katanya. Nanti sekalian panggil adekmu ya bang."
"Siap ibunda ratu."
David beranjak ke kamarnya.
"Pah, lihat gak ekspresi abang tadi."
"Abang kayaknya lagi banyak pikiran deh mah. Gak biasanya dia pulang kantor dengan wajah kusut begitu."
"Iya pah. Trus tadi lihat gak matanya abang kayak orang habis nangis. Aduh anak kita kenapa sih pah. Mama jadi gak tenang ini."
"Udah mah. Nanti habis makan papa coba ajak abang ngobrol. Mama jangan nanya apa apa dulu ya sampai abang yang cerita."
"Iya pah."
...----------------...
David dan keluarganya sedang menikmati makan malam. David makan dengan wajah yang terlihat sedang banyak pikiran. Papa yang awalnya ingin menunggu selesai makan jadi tidak sabar ingin bertanya pada anaknya itu.
"Bang, kamu kenapa?"
"gak apa apa ko pah."
"Bang, papa kenal kamu dari bayi nak. Papa tau kamu lagi ada masalah."
"Hahh...... Sebenarnya abang dapat tawaran mutasi dari kantor pah."
"Mutasi? Kemana?"
"Abang ditawarkan mutasi ke kota S sebagai Manager Operasional. Kalau abang setuju mutasi, berarti abang berangkat awal bulan depan."
"Awal bulan depan bang? Berarti gak nyampe 2 minggu lagi dong bang?"
"Iya dek. Karena posisi itu udah sebulan kosong. Operasional disana berjalan apa adanya. Makanya harus berangkat secepatnya."
"Jadi abang kepikiran ini makanya mukanya begitu? Gak ada masalah lain?"
David menghela napas, dirinya memang tidak bisa menutupi apapun dari mamanya.
"Gak apa apa mah. Abang cuman ditolak cintanya."
Uhuk uhuk uhuk
"Abang ditolak? Sama calista? Kenapa?"
"Adeekk" Papa menegur febi.
"Maaf pah"
David hanya terdiam.
"Bang, bener kamu ditolak sama calista? Calista temennya adek kamu?"
"Iya mah. Calista masih belum berani ambil keputusan untuk hubungan kami. Dia masih terbayang sama pengkhianatan mantannya."
Mama dan papa saling menatap. Mereka sudah pernah bertemu dengan calista. Mereka berdua menyukai calista dan tidak keberatan kalau anak laki laki mereka menjalin hubungan dengan calista. Mereka juga menyukai vale, menurut mereka vale adalah anak yg lucu dan menggemaskan. Mereka bahkan meminta vale memanggil mereka dengan sebutan Opa dan Oma.
"Bang, papa mengerti perasaan kamu. Tapi papa juga minta kamu untuk mengerti keadaan calista bang."
"Maksud papa?"
"Bang, wanita itu dalam berhubungan menggunakan perasaan mereka. Beda dengan pria yang menggunakan logika. Calista itu pernah disakiti terlalu dalam oleh seorang laki laki dan itu sangat membekas. Dia belum tentu bisa melupakan itu begitu saja."
Papa mengambil jeda, dia ingin david meresapi ucapannya barusan.
"Kalau abang memang mencintai calista, seperti yang abang katakan. Pelan pelan abang tunjukan ke calista kalau abang serius sama dia. Jangan abang paksa calista. Kasian dia bang."
"Abang bingung pah. Abang sayang banget sama dia. Abang gak bisa kayak gini terus,,, tapi abang gak mau dia terpaksa terima abang."
"Sabar ya sayang. Mama yakin calista juga sayang sama abang. Mungkin calista cuma perlu waktu untuk menata kembali hidup dan hatinya. Pelan pelan aja ya bang."
"Abang ambil aja ya tawaran mutasi ini pah? Kayaknya ini jalan terbaik buat aku dan calista sekarang. Biar sama sama tenang."
"Papa, mama dan adek kamu bakal selalu dukung semua keputusan kamu bang. Iya kan mah, dek?"
Mama dan Febi menganggukan kepala mereka. Febi menambahkan,
"Abang gak usah kuatir, aku bakalan jagain calista disini. Aku bakal meyakinkan calista tentang besarnya cinta abang aku. Hehehehe"
"Makasih ya dek. Tapi kamu jangan berlebihan, nanti dia ilfeel sama abang."
"Siap bos"
...----------------...
David sudah bertemu dengan atasannya untuk memberitahukan keputusannya. Atasannya segera memproses semua urusan mengenai kepindahan david. David juga mulai sibuk over handle dengan penggantinya.
Waktu berjalan dengan cepat. Tiga hari lagi david akan berangkat ke kota S. David tetap menjaga hubungannya dengan calista agar calista tetap merasakan kedekatan mereka. Tapi david belum memberitahu calista waktu keberangkatannya.
...----------------...
David sudah tiba di rumah calista. Dia berniat mengajak vale jalan jalan berdua, dia tahu calista tidak ada di rumah. Calista dan febi sedang mengikuti kegiatan kampus mereka.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Loh nak david"
"Selamat pagi pak. Bapak apa kabar?"
"Bapak sehat nak. Masuk dulu nak."
di ruang tamu.
"Ada apa nak? Calista lagi ada kegiatan kampus, udah berangkat jam 9 pagi tadi."
"Iya pak, saya tau karna febi juga ikut kegiatan itu. Tapi saya kesini bukan mau nyari calista pak."
"Lalu ada apa nak?"
"Begini pak, saya kesini mau ijin bawa vale buat jalan jalan."
"Oh mau ajak vale jalan jalan. Vale lagi sama ibu di halaman belakang. Lagi belajar nanam tanaman nak."
"Kalau gitu saya boleh ijin ke belakang pak."
"Boleh nak, tapi maaf sebelumnya. Ada yang ingin bapak bicarakan. Bisa nak?"
"iya pak. bapak mau bicara apa?"
"Bapak ingin tau alasan nak david mengajak vale jalan jalan keluar tanpa calista."
"Pak, saya yakin bapak pasti sudah tau alasan saya. Saya sayang sama calista pak, saya ingin menjalin hubungan serius dengan calista. Tapi calista masih menutup diri terhadap saya. Maka dari itu, saya ingin membuktikan pada calista kalau saya tidak bermain main mengenai perasaan saya kepadanya."
Bapak diam mendengar perkataan david. Bapak sudah tau akan perasaan david. Sebagai sesama pria, bapak tau maksud dan tujuan david. Tapi bapak ingin david bicara langsung padanya.
"Calista masih takut memulai hubungan karena masih terbayang hubungannya dimasa lalu pak."
"Nak David bapak bisa mengerti maksud dan niat nak david. Tapi kalau urusan jodoh bapak tidal ingin ikut campur. Bapak menyerahkan keputusan itu pada calista."
"Jadi maksud bapak, bapak mengijinkan saya untuk mendekati calista?"
"Iya nak, tapi ingat keputusan tetap ditangan calista nak."
"Iya pak terima kasih banyak."
"Sama sama nak."
"Oh iya pak. 3 hari lagi saya akan berangkat ke kota S. Saya mendapat mutasi kesana. Saya sudah bicarakan ini pada calista, jadi hari ini saya ingin keluar dengam vale dan bicara dari hati ke hati dengan vale pak."
"Perginya berapa lama nak?"
"Saya belum tau pak. Mungkin 2 sampai 3 tahun, atau bisa lebih pak."
"Wah lama juga ya nak."
"Iya pak. Tapi gak apa apa. Saya yakin ini pilihan yang terbaik. Saya bisa pergi untuk mengembangkan karir saya dan calista bisa fokus pada kuliahnya pak. tapi bapak gak usah kuatir, saya kan sering pulang kesini pak. Biar calista dan vale gak lupain saya hehehe"
"Bisa saja kamu nak. Ayo kita kebelakang."
...----------------...
Vale dan david sampai di taman bermain.
Vale terlihat sangat senang bisa berjalan jalan lagi. Mamanya sedang sibuk dengan kuliahnya, jadi tidak bisa mengajaknya pergi bermain diluar.
David menggenggam tangan vale dan berjalan ke dalam taman bermain setelah membeli tiket masuk. Mereka berdua seperti ayah dan anak, apa lagi mereka sama sama memakai baju berwarna putih dan celana jeans. Terlihat rupawan.
Mereka mulai mencoba berbagai wahana di taman bermain itu. Mereka berdua bersenang senang dan terlihat dekat. Orang yang tidak tahu siapa mereka pasti mengira mereka adalah ayah dan anak.
Setelah menaiki berbagai wahana, david mengajak vale untuk makan siang. Mereka menuju salah satu cafe yang ada disitu. Saat mereka sedang menunggu makanan mereka diantar, ponsel david berbunyi. Nama 'Kesayangan❤' muncul dilayar ponsel david.
David segera mengangkat telepon dari kesayangannya itu.
"Hallo sunshine"
Tidak terdengar jawaban dari seberang
"Hei sunshine, ada apa? Kamu kangen sama abang?"
.
.
.
Bersambung...
Mohon dukungan untuk karyaku yaa.
Jangan lupa like, vote dan komentarnya.
Makasih ❤❤
Tetap dukung karya author ya.
💙💙💙
thor.. keren banget ih penggambaran sosok David.
malah kan bisa jdi fitnah kalo kelamaan. apalagi status perempuan ada anak.