SAYANG

Lena membuka kedua matanya perlahan. Dan untuk yang kedua kalinya Lena mendapati dirinya berada di tempat tidur mewah milik Erlan.

Lena menelan ludah menatap langit langit kamar mewah itu. Lena tidak tau harus kemana dirinya sekarang. Lena sudah tidak punya lagi apa apa. Semuanya habis terbakar beserta dengan rumah sepetak yang di sewanya untuk dirinya tinggal selama ini. Belum lagi jika nanti pemilik kontrakan meminta pertanggung jawaban darinya. Lena benar benar tidak tau harus bagaimana sekarang.

“Kamu sudah bangun?”

Suara Erlan membuat Lena menoleh. Lena kemudian bangkit pelan pelan dari berbaringnya. Lena benar benar bingung sekarang.

“Kamu pingsan saat dalam perjalanan aku bawa pulang.” Kata Erlan memberitahu.

Lena hanya diam saja. Pikiran dan hatinya benar benar sangat kalut sekarang. Mengganti rugi apa yang sudah terbakar yaitu tiga rumah sewa yang juga adalah sumber mata pencaharian ibu kontrakan itu bukanlah hal mudah menurutnya.

“Lena..”

“Ini semua salahku. Aku yang bodoh.. Aku meninggalkan kompor menyala saat hendak pergi.”

Erlan mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu pada Lena yang tiba tiba menangis dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Lena juga menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi.

“Aku bodoh.. Aku memang bodoh.. Huhuhu..”

Tidak tega melihat Lena menangis, Erlan pun bangkit dari duduknya di sofa seberang ranjangnya. Pria itu kemudian mendudukan dirinya tepat disamping Sera. Dengan sangat lembut dan penuh perhatian Erlan merengkuh tubuh bergetar Lena ke dalam dekapannya. Pria itu sangat tidak bisa melihat Lena menangis meski memang semua yang terjadi memang akibat dari Lena yang ceroboh. Tapi Erlan yakin Lena tidak bermaksud melakukan itu. Lena hanya lupa.

“Kamu nggak salah sayang.. Kamu hanya lupa saja. Tidak usah takut. Aku akan tetap ada di samping kamu. Aku akan membantu kamu.”

Lena terus menangis dalam dekapan Erlan. Semuanya benar benar hancur. Kepercayaannya pada Alex dan Sherin juga kehidupannya. Lena merasa tidak punya lagi pijakan sekarang.

Setelah Lena merasa sedikit tenang, Erlan pun melepaskan dekapannya. Pria itu meraih kedua pipi Lena dan menangkupnya menuntun agar Lena membalas tatapannya.

“Kamu nggak sendiri sayang.. Jangan bersedih dan berhentilah menangis. Dengarkan baik baik, aku akan selalu ada untuk kamu apapun yang terjadi.” Ujar Erlan menatap lembut dan penuh perhatian pada Lena.

Lena menatap tepat pada kedua bola mata coklat Erlan. Beberapa pertanyaan langsung memenuhi benak Lena sekarang tentang Erlan. Seperti kenapa Erlan begitu baik dan perhatian padanya, kenapa juga Erlan mengenalnya, dan kenapa Erlan mau membantunya. Padahal Lena sendiri juga tidak mengenal Erlan dengan baik.

“Kenapa? Kenapa kamu mau membantuku? Apa kamu tau siapa aku?” Pada akhirnya pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Lena. Pertanyaan yang sebenarnya tidak ingin Lena lontarkan pada Erlan secara langsung.

Erlan tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. Pria itu tidak langsung menjawab pertanyaan yang Lena lontarkan, dia mengecup lembut kening Lena membuat si empunya memejamkan mata merasakan betapa lembutnya bibir hangat Erlan saat mendarat di keningnya.

“Karena aku mencintai kamu Lena. Sangat mencintai kamu.” Bisik Erlan tepat di depan wajah Lena.

Lena mengeryit bingung. Bagaimana mungkin Erlan bisa mencintainya dalam waktu yang amat sangat singkat. Apa lagi mereka juga baru kenal dua hari. Itupun karena ketidak sengajaan.

“Lebih baik sekarang kamu mandi, Aku tunggu kamu di meja makan oke? Setelah itu aku akan antar kamu ke rumah orang yang punya rumah yang kamu sewa. Kita ganti kerugian dia.” Senyum Erlan. Pria itu mengecup sekali lagi kening Lena sebelum akhirnya melepaskan tangkupan tangannya di kedua pipi Lena. Erlan bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari kamarnya meninggalkan Lena yang masih di kuasai oleh kebingungannya sendiri.

“Kenapa dia begitu baik pada ku? Kenapa dia mengatakan mencintaiku?” Lena kembali bertanya tanya. Lena juga merasa tidak bisa percaya begitu saja pada sosok tampan Erlan.

Saat sedang memikirkan semua itu, tiba tiba perut Lena berbunyi. Itu adalah tanda dirinya sedang kelaparan.

“Lapar lagi..” Gumamnya.

Lena bergerak perlahan turun dari ranjang kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Lagi lagi Lena bertanya tanya kenapa Erlan seolah memberikan kebebasan padanya untuk melakukan apapun di kamarnya. Apa lagi di lemari baju Erlan juga banyak sekali baju baju wanita yang begitu pas saat Lena kenakan.

“Apa mungkin sebenarnya Erlan itu adalah pemain wanita? Dia menyetok banyak baju wanita agar supaya siapapun wanita yang selesai tidur dengannya bisa leluasa berganti baju disini?”

Wajar memang kalau Lena juga berpikir buruk tentang Erlan. Karena selain dirinya hanya mengenal Erlan dengan nama saja, apa yang tersedia di lemari baju Erlan juga sangat mengherankan. Disana ada banyak baju wanita lengkap dengan pakaian dalamnya.

Selesai membersihkan dirinya, Lena pun keluar dari kamar Erlan. Kali ini Lena mengenakan dress warna orange yang begitu pas membalut tubuh rampingnya. Dress dengan model simpel namun begitu cantik saat Lena kenakan. Untuk tanda merah yang Erlan ciptakan yang kini berubah menjadi ke unguan di bahu dan leher Lena, Lena tutupi menggunakan peralatan make up yang tersedia. Lena merasa Erlan memang sudah menyiapkan itu semua untuk para wanitanya.

Erlan yang sudah menunggu hampir satu jam lamanya itu terkejut begitu mendapati Lena yang sedang melangkah menghampirinya. Apa lagi melihat dress orange yang begitu pas membalut tubuh rampingnya. Begitu cantik dan sempurna dengan gaya rambut yang di kuncir tinggi.

“Kamu cantik sayang..” Puji Erlan begitu Lena sampai tepat di depannya.

“Terimakasih.. Bajunya yang bagus. Maaf aku mengenakannya satu lagi sebagai baju ganti.”

Erlan tertawa mendengarnya. Pria itu bangkit dari duduknya kemudian meraih pinggang Lena menariknya lembut membuat tubuh ramping Lena menempel dengan sempurna padanya.

“Jangan merasa sungkan sayang.. Itu semua memang sengaja aku siapkan untuk kamu.”

Lena menelan ludah dengan kedua mata sedikit melebar. Berada begitu dekat dengan Erlan benar benar membuatnya gugup. Di tambah dengan wajah tampan Erlan yang begitu dekat dengan wajahnya juga tatapan lembut Erlan yang seolah menghipnotisnya.

“Kita makan sekarang.. Dan kita selesaikan semuanya pagi ini juga.”

Setelah berkata seperti itu, Erlan pun melepaskan pelukan mesranya di pinggang Lena. Pria itu menarikan kursi dan mendudukan Lena dengan lembut disana.

“Selamat makan sayang..” Bisiknya tepat di depan telinga Lena.

Lena merasakan napasnya mulai tidak beraturan. Berada terlalu dekat dengan Erlan benar benar bukan hal baik menurutnya. Erlan membuat jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Erlan juga membuatnya merasa sangat gugup hingga mati kutu.