NovelToon NovelToon
Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Perperangan / Elf / Action / Budidaya dan Peningkatan / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Alif

Dibuang ke neraka Red Line dengan martabat yang hancur, Kaelan—seorang budak manusia—berjuang melawan radiasi maut demi sebuah janji. Di atas awan, Putri Lyra menangis darah saat tulang-tulangnya retak akibat resonansi penderitaan sang kekasih. Dengan sumsum tulang yang bermutasi menjadi baja dan sapu tangan Azure yang mengeras jadi senjata, Kaelan menantang takdir. Akankah ia kembali sebagai pahlawan, atau sebagai monster yang akan meruntuhkan langit demi menagih mahar nyawanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Alif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Serbu Altar

Uap panas mendesis dari pipa-pipa berkarat di langit-langit hanggar Sektor 3 Bastion, menciptakan kabut tipis yang beraroma oli mesin dan logam dingin. Di bawah lampu neon yang berkedip pucat, pemandangan itu jauh dari kemilau kristal Benua Langit yang baru saja runtuh. Kaelan menurunkan Lyra ke atas dipan medis darurat yang hanya beralaskan jerami kering dan kain linen kasar.

"Tahan napasmu, Lyra. Udara di sini memang kotor, tapi ini adalah udara yang akan membuatmu tetap hidup," bisik Kaelan, suaranya parau karena debu kristal Terra mulai menggores tenggorokannya.

Lyra mencengkeram lengan seragam perak Kaelan yang telah koyak. Tubuhnya bergetar hebat. "Kaelan... rasanya seperti paru-paruku dipenuhi pasir. Dan mataku... mataku terasa sangat panas, seperti ada bara api yang mencoba menembus kain penutup ini."

"Mina! Berikan dia dosis penstabil syaraf sekarang!" perintah Kaelan tanpa menoleh.

Mina berlari mendekat dengan tas alkimia yang sudah kusam. "Aku sedang berusaha, Komandan! Tapi ledakan energi saat pendaratan tadi merusak sebagian besar botol distilasi. Aku hanya punya sisa ekstrak lumut pendar dari Oase Bawah Tanah. Ini tidak akan cukup jika terjadi lonjakan energi Void!"

Di sudut ruangan yang lebih gelap, High Lord Valerius terbaring dengan napas tersengal. Wajahnya yang dulu agung kini tampak seperti kulit kayu kering yang retak. Batuknya pecah, mengeluarkan bercak darah hitam yang mengotori selimut wol kasarnya.

"Kau membawa putriku ke tempat pembuangan ini, Kaelan..." gumam Valerius dengan suara yang nyaris hilang. "Lihatlah sekelilingmu. Ini bukan altar pernikahan... ini adalah liang lahat bagi martabat klan Elviana."

Kaelan menoleh, tatapannya tajam menembus remang ruangan. "Martabat tidak menyelamatkan rakyatmu dari tsunami laut hitam tadi, Valerius. Tanah ini mungkin kotor, tapi ia tidak akan mengkhianati pijakanmu. Sekarang, diam dan simpan energimu."

Tiba-tiba, suara dentuman keras menghantam gerbang baja hanggar. Getarannya membuat debu-debu dari atap berjatuhan, mengotori kue gandum sederhana yang diletakkan Nyonya Elara di atas meja besi—sebuah upaya kecil untuk merayakan persatuan Kaelan dan Lyra di tengah pengungsian.

"Mereka datang!" teriak Bara dari ambang pintu, kapak besarnya sudah bersinar oleh energi Spark Tahap 9. "Bukan massa manusia, Komandan! Ini adalah unit penyusup dengan zirah perak yang menghitam. Loyalis Alaric!"

"Mina, lindungi Lyra! Jangan biarkan kain penutup matanya lepas!" perintah Kaelan sambil menghunus pedangnya. Pendar putih pucat Ignition Tahap 3 menyelimuti tubuhnya, menciptakan Silent Shield yang menggetarkan udara di sekitarnya.

Pintu hanggar meledak hancur. Enam sosok bayangan melesat masuk dengan kecepatan yang tidak wajar. Mereka tidak menggunakan energi Mana murni, melainkan aura hitam pekat yang berbau busuk—hasil dari pencurian jiwa yang biasa dilakukan Alaric.

"Serahkan wadah terkutuk itu!" teriak salah satu penyusup, suaranya terdengar seperti dua batu yang bergesekan. "Darah Putri Elviana adalah kunci untuk membangkitkan kembali sang Pangeran dari Abyss!"

"Langkahi mayatku dulu, keparat!" raung Bara sambil menerjang maju.

Pertempuran pecah di ruang medis yang sempit. Kaelan bergerak seperti kilat perak di antara dipan-dipan pasien. Ia melihat salah satu penyusup mengarahkan belati beracun ke arah tangki oksigen darurat yang digunakan para pengungsi Elf.

"Jangan berani-berani!" Kaelan melakukan manuver Third Option. Alih-alih menangkis serangan, ia menendang meja besi hingga kue gandum manis itu terpelanting ke lantai, terinjak oleh sepatu bot kasar musuh, sementara meja itu menghantam dada sang penyusup hingga terjerembap.

Bau anyir darah mulai bercampur dengan bau tajam minyak mesin. Di tengah kekacauan itu, Lyra menjerit histeris. Ia mencengkeram kepalanya sendiri. "Panas! Kaelan, aku tidak tahan lagi! Semuanya... semuanya terlihat!"

Lahirnya Penglihatan Terkutuk

"Lyra, jangan dibuka!" teriak Mina panik, namun terlambat.

Kain sutra tipis yang menutupi mata Lyra terbakar menjadi abu secara spontan. Saat kelopak matanya terbuka, sebuah gelombang energi hitam yang dingin meledak dari pupilnya, memukul mundur siapa pun yang berada dalam radius tiga meter. Mata kiri Lyra kini bukan lagi Azure, melainkan sebuah lubang tanpa dasar yang berdenyut dengan energi Void yang murni.

"Mata itu..." Valerius tersedak, matanya membelalak penuh horor. "Segel penghancur dunia... dia telah terbuka di tanah manusia!"

Lyra menatap sekeliling dengan napas memburu. Namun, ia tidak melihat dinding hanggar atau wajah orang-orang. Di matanya, dunia hanyalah aliran benang-benang energi hitam yang saling melilit. Ia melihat para penyusup sebagai gumpalan bayangan yang busuk, dan ia melihat Kaelan... sebagai satu-satunya pilar cahaya perak yang membara di tengah kegelapan.

"Kaelan... kau terlihat sangat terang... itu menyakitkan," bisik Lyra, air mata hitam mulai mengalir dari pipinya.

Para penyusup Alaric justru bersorak melihat hal itu. "Lihat! Wadahnya sudah matang! Ambil matanya dan bawa ke hadapan sang Pangeran!"

Dilema besar menghantam dada Kaelan. Jika ia menggunakan kekuatan penuh Ignition-nya sekarang, ledakan energinya akan meruntuhkan struktur hanggar yang sudah rapuh, membunuh ratusan pengungsi Elf di belakangnya. Namun jika ia menahan diri, para pembunuh itu akan merobek mata Lyra.

"Bara! Ambil sisi kiri! Jangan biarkan mereka mendekati tangki!" perintah Kaelan.

Kaelan membiarkan satu sabetan pedang musuh menyayat lengan kirinya demi mendapatkan posisi untuk mematahkan leher lawan yang paling dekat dengan Lyra. Rasa perih itu tidak ia hiraukan. Rahangnya mengeras hingga kuku-kukunya memutih saat menggenggam hulu pedang. Ia melihat Lyra menangis, ketakutan oleh penglihatan barunya yang mengerikan.

"Mina, suntikkan penenang ke syarafnya sekarang! Atau otaknya akan terbakar oleh informasi Void!" teriak Kaelan sambil menendang seorang penyusup hingga menabrak mesin uap yang meledak.

"Aku tidak bisa mendekat, Komandan! Energi di sekelilingnya menolak segala jenis alkimia!" balas Mina dengan wajah pucat.

Kaelan menggeram. Di tengah dentingan logam dan jeritan ketakutan pengungsi, ia menyadari satu hal pahit: Martabat sebagai ksatria atau putri tidak lagi berguna di sini. Mereka hanyalah dua jiwa yang mencoba bertahan di tengah badai yang mereka bawa sendiri. Kue pengantin yang hancur di bawah kaki para pembunuh itu adalah pesan nyata bahwa kebahagiaan fana mereka harus dibayar dengan darah.

Kaelan menerjang menembus kabut energi hitam dengan kemarahan yang terkendali. Setiap tebasannya kini tidak hanya mengandalkan kekuatan otot, melainkan presisi dari energi Ignition Tahap 3 yang ia fokuskan pada ujung bilah pedangnya. Ia melihat salah satu penyusup mencoba mendekati dipan Lyra dengan belati yang berlumuran cairan korosif Void.

"Berhenti di sana, sampah!" raung Kaelan.

Ia melakukan manuver strategi ketiga; alih-alih menyerang ksatria itu secara langsung, ia menghantam pilar besi di sampingnya hingga runtuh dan menjepit kaki sang lawan. Di saat yang sama, Bara menghantamkan perisainya ke wajah ksatria lain, menghancurkan helm perak itu hingga berkeping-keping. Suara remukan logam dan tulang menyatu dengan deru angin yang masuk melalui celah hanggar.

"Mina, sekarang! Gunakan sisa dosisnya!" perintah Kaelan sambil menahan dua bilah pedang yang menyilang di atas kepalanya.

Mina melompat di antara puing, menancapkan jarum alkimia berisi ekstrak pendingin dari Oase Bawah Tanah ke tengkuk Lyra. Seketika, jeritan Lyra terhenti. Energi hitam yang meluap dari matanya meredup, namun pupilnya tetap terbuka lebar, menatap kosong ke arah langit-langit hanggar yang bergetar.

Wasiat Darah yang Terakhir

Melihat serangan loyalisnya gagal, High Lord Valerius yang sekarat memaksakan dirinya untuk duduk di atas tumpukan jerami medis yang kusam. Tubuhnya bergetar hebat, dan setiap embusan napasnya membawa aroma kematian yang kental. Ia melihat rakyatnya sendiri—para bangsawan Elf yang biasanya angkuh—kini memandang putrinya dengan tatapan jijik dan takut karena fenomena Mata Void tadi. Ia menyadari bahwa martabat klan Elviana telah habis terbakar bersama jatuhnya kota kristal di Benua Langit.

"Kaelan... mendekatlah," panggil Valerius dengan suara yang nyaris menyerupai bisikan angin kering.

Kaelan mengayunkan pedangnya, memutus aliran napas penyusup terakhir yang mencoba bangkit, lalu berjalan mendekati Valerius. Darah musuh dan darahnya sendiri menetes dari ujung jarinya ke lantai besi, menciptakan pola merah yang mengerikan di atas debu.

"Aku membencimu, Manusia," bisik Valerius saat Kaelan berlutut di depannya. "Aku membenci kenyataan bahwa kau benar... dan aku salah dalam memegang hukum darah."

"Simpan kebencianmu untuk akhirat, Valerius. Berikan sesuatu yang berguna untuk putri yang kau sebut sebagai beban ini," sahut Kaelan datar, meski matanya menunjukkan rasa hormat terakhir pada seorang ayah yang telah hancur.

Valerius meraih tangan Kaelan dengan sisa kekuatannya, lalu menarik tangan Lyra yang lemas. Ia menyatukan kedua tangan mereka di atas dadanya yang mulai mendingin. Sebuah cahaya perak redup keluar dari jantung Valerius—mandat otoritas terakhir dari garis keturunan penguasa Benua Langit yang ia simpan di dalam inti jiwanya.

"Kaelan... jaga dia. Jaga rakyatku... yang kini tidak punya rumah dan hanya memiliki debu Terra," suara Valerius tersedak oleh darah hitam. "Mulai hari ini... kau bukan lagi seorang pemberontak di mataku. Kau adalah... satu-satunya hukum yang mereka miliki."

Tangan Valerius jatuh terkulai di atas lantai besi yang dingin. Napasnya berhenti tepat saat suara gedoran massa manusia di luar hanggar semakin mengganas. High Lord Solaria telah tiada, mati bukan di singgasana kristal, melainkan di atas tumpukan jerami medis di tanah yang dulu ia kutuk sebagai tempat yang hina.

Pelarian dari Amukan Massa

"Komandan! Massa manusia di luar sudah menembus blokade pertama!" teriak Bara sambil mendorong pintu baja yang mulai melengkung akibat lemparan batu dan hantaman linggis. "Mereka melihat cahaya hitam itu! Mereka berteriak bahwa kita membawa infeksi Void ke Bastion!"

"Bara, bawa sisa pasukan untuk menahan mereka tanpa membunuh! Gunakan gas air mata alkimia untuk membubarkan kerumunan!" perintah Kaelan. Ia segera menyambar jubah kusam untuk menutupi tubuh Lyra yang tak berdaya dan menutup kembali matanya dengan kain linen bersih.

"Kita harus pergi dari sini, Kaelan," ucap Mina sambil memasukkan botol-botol alkimia terakhir ke tasnya. "Jika mereka melihat mayat High Lord dan kondisi Lyra, tidak akan ada tempat bagi kita di sektor ini. Kita akan dikepung."

Kaelan mengangkat tubuh Lyra ke dalam gendongannya, mendekapnya erat seolah wanita itu adalah satu-satunya hal berharga yang tersisa di dunia yang runtuh ini. Ia menatap wajah Valerius untuk terakhir kalinya—sebuah potret martabat yang jatuh—lalu berbalik menuju jalur ventilasi bawah tanah yang terhubung ke pinggiran kota.

"Mina, kau pimpin sisa pengungsi melalui jalur evakuasi belakang. Katakan pada mereka untuk tetap tenang jika ingin selamat," ucap Kaelan tegas. "Aku akan membawa Lyra ke tempat persembunyian di luar tembok sektor. Kita tidak bisa membiarkan penglihatan Void-nya memicu kerusuhan lebih jauh."

"Kaelan... kepalaku sangat sakit," bisik Lyra dalam keadaan setengah sadar. "Kenapa kau terlihat seperti api perak yang akan padam?"

"Aku tidak akan padam, Lyra. Aku hanya sedang membara untukmu," sahut Kaelan sambil melompat ke dalam lorong gelap yang berbau lembap.

Langkah kaki Kaelan bergema di lorong logam, meninggalkan altar darurat yang kini dipenuhi jejak darah, kue yang hancur, dan mayat seorang raja. Di luar sana, teriakan 'Bunuh sang Pembawa Void' mulai bergema, menandai bahwa di tanah manusia sekalipun, mereka tetaplah orang asing yang diburu oleh ketakutan yang sama. Perjalanan mereka di kehidupan sekarang ini baru saja memasuki babak yang paling berdarah.

1
prameswari azka salsabil
awal keseruan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sungguh pengertian
prameswari azka salsabil
kasihan sekali kaelan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
luar biasa
Kartika Candrabuwana: jos pokoknya👍
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ujian ilusi
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sesuai namanya
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
syukurlah kaelan meningkat
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ada petubahan tradisi?
Kartika Candrabuwana: pergerseran nilai
total 1 replies
prameswari azka salsabil
kaelan bertahanlah
Kartika Candrabuwana: ok. makasih
total 1 replies
prameswari azka salsabil
bertarung dengan bayangan🤣
Indriyati
iya. untuk kehiduoan yang lebih baik
Kartika Candrabuwana: betul sekali
total 1 replies
Indriyati
ayo kaelan tetap semanhat😍
Kartika Candrabuwana: iya. nakasih
total 1 replies
Indriyati
bagus kaelan semakinnkuat👍😍
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
Indriyati
iya..lyra berpikir positif dan yakin👍💪
Kartika Candrabuwana: betul
total 1 replies
Indriyati
seperti di neraka😄🤭🤭
Kartika Candrabuwana: iya. makssih
total 1 replies
prameswari azka salsabil
wuihhh. asyik benere👍💪
prameswari azka salsabil
iya kasihan juga ya🤣🤣
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ini pertambangan ya😄
Kartika Candrabuwana: kurang lebih iya
total 1 replies
prameswari azka salsabil
hidup kaelan👍💪
Kartika Candrabuwana: baik. ayo kaelan
total 1 replies
prameswari azka salsabil
bersabar ya
Kartika Candrabuwana: iya. makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!