Cinta memang seperti teka-teki, tak ada yang tahu dengan siapa kita bersama pada akhirnya.
Seperti Rian, ia sudah berjuang sedemikian rupa demi Salsha. Namun, jika bukan jodoh bisa apa?
Penasaran dengan kisah cinta Rian? yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
Rian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, sudah hampir 5 menit ia menunggu Dhea di gerbang komplek, sesekali ia melirik kearah dalam pagar yang tampak sepi. “Ini anak mana sih? Apa gue masuk aja ke dalem?” gumam Rian yang mulai kebingungan karena pesannya tidak di balas dari 5 menit yang lalu, ingin masuk ke dalam gerbang pun ia bingung mencari rumah Dhea yang mana. “Nggak ada satpam yang jaga apa?” gumam Rian kembali saat melihat pos satpam di depan komplek yang tak ada satu orang pun berjaga.
“RIan!” teriak seorang perempuan yang berasal dari sebrang.
“Dhea? Lo dari mana?” teriak Rian balik sambil mengawasi Dhea yang tengah menyebrang ke arahnya. Ia kira Dhea lama sedang bersiap-siap di rumah, namun rupanya ia sedang berbelanja karena Rian melihat Dhea membawa keresek berukuran sedang dari minimarket.
Dhea yang sudah berhasil menyebrang langsung mendekati motor Rian dengan kedua alis yang berkerut samar. “Motor lo ganti? Kok jadi jadul gini sih?” komentar Dhea.
Rian yang melihat raut wajah tak suka itu langsung menggelengkan kepalanya, ia memberikan helm -yang untungnya Aldo bawa untuk berjaga-jaga jika Andin tak membawa helm tadi- pada Dhea. “Udah jangan banyak protes, Alhamdulillah ada kendaraan juga,” balas Rian. “Lo ngapain pake acara belanja dulu sih? Gue nungguin lo panas-panasan dari tadi di sini, sekarang ke rumah lo dulu simpen belanjaannya?” tanya Rian dengan gemas, mengapa semua perempuan yang ia kenal melakukan hal merepotkan tanpa menyesuaikan rencana Rian yang ingin segala sesuatunya cepat.
“Lo marah-marah mulu deh perasaan, gue mau ikut buat ngilangin bosen ya bukan gue dibikin BT sama lo,” jawab Dhea sinis. “Nih simpen di depan! Gue belanja buat Bima, masa iya gue jadi tamu ke rumah orang yang baru gue kenal nggak bawa apa-apa,” gerutu Dhea lalu mengambil helm yang diberikan Rian padanya.
Mendengar itu, raut wajah Rian yang awalnya gemas menahan kesal menjadi tersenyum, ia dengan senang hati mengambil kresek belanjaan Dhea dan menggantungnya di depan. “Thanks ya Dhe, nggak sia-sia gue bawa lo ke rumah Salsha tertanya,” kekeh Rian.
“Udah buruan jalan, udah nggak mood gue denger basa basi lo,” jawab Dhea ketus lalu naik ke atas motor. “Lagian gue ngasih buat BIma ya, bukan buat lo,” lanjut Dhea. Di dalam hati Dhea sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan kepada Rian, namun ia mengurungkan niatnya untuk bertanya karena tidak terlalu baik juga ingin mengetahui urusan orang lain, ditambah pertanyaan yang ada di kepala Dhea cukup sensitive seperti hubungan Rian dan Salsha itu apa? Jika bukan Rian yang menghamili Salsha untuk apa Rian yang bertanggung jawab? Mengapa Rian bisa sangat peduli pada Bima jika tahu itu bukanlah anaknya?
Tanpa mereka sadari, Andy yang sedang melajukan motornya hendak berbelok ke komplek rumah Dhea melihat kekasihnya itu sedang di bonceng oleh Rian, cukup terlambar juga untuk berputar balik dan mengikuti motor Rian. “Jadi lo main di belakang gue?” gumam Andy dengan sorot mata tajam yang mengerikan. Ia pun ingat sekarang jika laki-laki yang membonceng Dhea adalah laki-laki yang berani mengatainya banci saat menjemput Dhea di sekolahnya.
Andy membuka kaca helmnya dan mengeluarkan ponsel, memeriksa tak ada satupun pesan dan panggilan yang biasanya akan ia temui menumpuk dari Dhea jika WhatsApps sedang Andy blokir. Genggaman Andy pada stang motor semakin menguat, ia merasa kesal dan sangat marah. “Jadi ini alasan lo selalu nolak gue? Ini alasan lo udah nggak bisa gue porotin lagi? Liat aja kalo lo berani sampe putusin gue, Dhea,” gumam Andy yang kambeli memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.
***
Rian menghentikan motornya di depan rumah Salsha yang tertutup, ia membuka helm dan menyimpannya di atas spion. “Biasanya jendela suka di buka sih, semoga aja Salsha sama Bima ada di delam,” ucap Rian pada Dhea yang ikut turun dari motor.
“Hah? Emangnya lo nggak bilang kalo kita mau kesini?” tanya Dhea bingung.
Rian menggelengkan kepalanya, ia menggaruk pelan tekuknya yang tak gatal. “Gue nggak pernah bilang sih kalo mau dateng, tapi gue cek dulu aja siapa tahu mereka ada di dalem,” ucap Rian. Tak menunggu lama Rian pun berjalan kearah pintu dan mengetuknya pelan, di lihat dari jendela yang tertutup tak ada bayangan lampu yang menyala juga. “Sal,” panggil Rian sambil memastikan pintu terkunci atau tidak.
“Kayaknya beneran lagi pergi deh, pintunya juga di kunci,” ucap Rian membuat Dhea langsung cemberut dan menghembuskan nafasnya pelan.
“Ya udah lah mau gimana lagi? Anterin gue pulang aja,” jawab Dhea.
Ketika Rian akan berjalan menuju motor, terlihat Salsha yang baru saja turun dari motor ojek online yang tertulis dijaket driver tersebut. Dengan wajah ceria Rian pun menunjuk Salsha dan menoleh pada Dhea. “Itu Salsha sama Bima baru pulang,” ujar Rian.
Salsha yang melihat Rian membawa seorang perempuan yang tidak ia kenal menjadi sedikit ragu untuk melangkah, ada perasaan kurang nyaman dalam hatinya melihat Rian seakan ingin mengenalkan seseorang padanya.