NovelToon NovelToon
Tembak Aku Dengan Cintamu

Tembak Aku Dengan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Menikahi tentara
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Zhang zhing li

Membina rumah tangga tidak semudah membalikkan tangan. Banyak rintangan yang datang dan kita wajib bersabar, lapang dada, dan memiliki sifat kejujuran.

Menikah dengan anak SMA butuh banyak bimbingan. Hadirnya cinta masa kelam membuat retak cinta yang sedang dibina. Banyak intrik dan drama yang membuat diambang perceraian.

Kasus pembunuhan, penyiksaan dan penculikan membuat rumah tangga makin diunjung tanduk. Bukti perselingkuhanpun semakin menguatkan untuk menuju jalan perpisahan. Mungkin hanya kekuatan cinta yang bisa mengalahkan semua, namun menghadapinya harus penuh kasabaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Jejak Pembunuhan

Hanya bisa terkulai lemas. Ingin berontak 'pun nampak percuma saja. Kesalahan terbesarnya aku mengizinkan wanita lain masuk rumah.

"Aaahh ... akkh. Kenapa bisa begini?" Aku sudah mengacak-acak rambut.

"Kamu tenang dulu, Ryan. Kita bisa selesaikan dengan kepala dingin, itupun kalau Mila mau. Mama tidak bisa membantumu lebih, sebab semuanya ini adalah murni kesalahan kamu sendiri, jadi mama pun binggung harus membela siapa dan tak tahu akan berbuat apa lagi," Mama yang sudah mengelus-elus bahuku.

"Gimana bisa tenang, Ma. Kalau semuanya jadi berantakan begini."

"Mama paham, tapi semua sudah kacau."

"Maafkan Mama, Ryan! Mama akan pulang dulu, sebab sudah pusing sekali kepala ini, akibat memikirkan kelakuan kamu itu. Kamu sabar dulu," imbuh beliau.

Tak ku jawab lagi perkataan mama, sebab lidah terasa kelu untuk mengeluarkan perkataan sedikit saja. Rasanya hati sungguh kecewa dan bingung.

"Maafkan aku Mila. Semua ini begitu sulit, maka dari itu jangan tinggalkan diriku. Apa kau tidak lihat betapa aku mencintaimu! Aku tahu kau begitu sakit hati, tapi cobalah memahami isi hatiku yang terdalam ini," rancau kesal.

Rasanya berakhir sudah kisah cerita cintaku bersama Mila, setelah sekian lama berusaha membangun rumah tangga bersama.

"Tuhan, apa salahku? Sehingga Kau uji rumah tangga kami dengan menghadirkan orang lama yang sudah kulupakan. Apakah ini hukuman sebab aku tidak bisa menjaga baik hatinya dan hanya memikirkan diriku sendiri?" Keluh kesah tidak terima.

Sudah kejam telah menghadirkan Dona akan cerita kami, sehingga kini hanya menyisakan kepingan-kepingan luka diantara kami berdua.

Yang kurasakan sekarang hanya bisa menahan perih, ketika menatap kepergiannya semakin jauh tak terlihat yang sudah tega meninggalkan rumah.

Hanya bisa terbayang-bayang saat bersamanya melewati masa-masa terindah, yaitu disaat dirinya selalu memanjakan dan memelukku, dengan tutur kata-katanya yang terindah bahwa dirinya sungguh tulus mencintaiku.

Bagiku dirinya merupakan seluruh cinta hidupku, yang selalu saja menentramkan jiwa.

"Aaa. Tak sanggup rasanya diri ini menghilangkan pikiran untuk tak memikirkannya. Sepertinya sudah hampir separuh nyawaku hilang. Terasa tiada lagi orang yang akan mampu menemani. Bagiku cukup dirinya saja yang bisa membuat bahagia," bathin yang merancau berbicara sendiri, menyesali keadaan.

"Aaakhh ... aaa," teriakku yang mengutuk diri sendiri.

Prang ... Preng ... prank, suara barang-barang yang sudah ku lempar.. ke segala arah sudut-sudut rumah.

Tanpa terasa pelupuk mata sudah dibanjiri oleh bening-bening air, dengan posisi tubuh sudah tergolek tertidur di lantai.

Kring ... dezrzz ... kring, suara gawai sudah berbunyi.

[Hallo bos! Kok kamu belum berangkat kerja? Sebaiknya segera berangkat ke perusahaan xxx, ini gawat sekali sebab ada kasus pembunuhan]

[Ya, nanti aku akan berangkat]

Menjawab malas. Tak serta merta bangkit dari ubin keramik karena ketidakberdayaan diri ini.

Tak lupa tangan sibuk menyeka airmata.

[Jangan nanti-nanti, harus sekarang juga berangkat! Sebab kami sangat membutuhkan bos untuk penyelidikan]

[Iya ... ya, bawel amat sih]

[Nah, gitu dong bos. Kami tunggu kedatanganmu]

[Hmm] Tut ... tut.

"Aah, dasar. Memang tidak tahu apa, orang lagi bersedih begini," ucapku kesal.

"Hhh, nasib ... nasib."

Dengan perasaan kurang semangat, pada akhirnya aku datang juga untuk membantu menyelidiki kasus pembunuhan, yang sudah menghebohkan dikarenakan korban adalah seorang pengusaha terkenal dibidang ekspor impor barang.

Hampir sejam perjalanan dikarenakan hari senin padat merayap. Banyak para anak sekolah untuk berangkat upacara pagi dan orang dewasa buru-buru kerja.

Dari kejauhan aku melihat seseorang wanita menangis tersedu-sedu sedang dipeluk orang lain, yang kemungkinan besar itu adalah istri korban.

"Dari poster tubuh kayak kenal. Hm, siapa yak?" melihat seksama.

"Bos ... Bos, sini." Panggil anak buah sambil melambai tangan.

"Hm, tunggu sebentar."

Sangat dibutuhkan maka secepatnya menghampiri.

Niat hati tadi ingin menyapa seorang perempuan yang sepertinya angat ku kenali.

Police line sudah terbentang didepan ruangan kantor korban, yang dijaga ketat oleh anak buahku. Karena korban orang ternama, jadi pihak keluarga korban menyuruh melakukan penyelidikan secara tertutup.

"Sampai tahap mana kalian menyelidiki?" Tanyaku pada anak buah yang sedang berkerumunan mengamati.

"Belum banyak, Bos. Kami menunggu kedatanganmu dulu."

"Bagus kalau gitu."

Wajah kini sudah bertutupkan masker, serta sarung tangan tak lupa terpakai, agar tak ada sidik jari yang tertempel ditubuh korban. Semuanya dilakukan untuk memudahkan memeriksa penyelidikan.

Berjalan menuju posisi tergeletaknya korban.

"Wah ... wah, lama banget sih bos datang! Kita lama banget nunggu bos, sudah berjam-jam disini," ucap Bagas tak senang.

Kini diriku berdiri tepat disamping korban.

"Ini, bos." Anak buah lain memberikan sebuah catatan.

"Kayak nggak ngerti bos saja, maklum pengantin baru, pasti sedang asyik-asyiknya memadu cinta," cerocos Ebi.

Celetuk, kertas terpukul kan dikepala Ebi, yang mana kertas itu adalah riwayat dan catatan kejadian tentang korban, yang sudah diselidiki oleh anak buahku terlebih dahulu.

"Jangan banyak bicara dan ngadi-ngadi."

Melotot tak suka.

"Hehe. Maaf ... maaf, bos." Menundukkan kepala merasa bersalah.

Anak buah saling berbisik, mungkin sudah curiga saat wajah ini nampak kusut dan sangat kacau.

Mataku terbelalak kaget, dalam catatan tertuliskan Nama Dona sang mantan, yang pagi-pagi sudah membuat keributan di rumahku sehingga Mila kembali marah.

Ternyata dia adalah istri korban. Berarti yang sudah menganiaya Dona selama ini, yaitu seseorang di hadapanku sekarang, yang sudah terbujur kaku menjadi mayat.

Kini aku mendekati untuk melihat keadaan korban, yang mana wajah sudah membiru. Sesuai foto jepretan pihak kami, pada awal ditemukan tertelungkup sekarang sudah terlentang.

Kulihat seksama dan secara terperinci dari atas sampai bawah, yang kemungkinan besar ada barang bukti ditinggalkan tersangka.

"Tidak ada barang bukti sama sekali, bos! Kecuali asbak ini," ucap Bagas.

Asbak dari kaca yang ada noda darahnya, sudah terbungkus rapi oleh kantong plastik bening putih.

"Kerja bagus. Amankan asbak itu."

"Siap laksanakan."

"Ambilkan penjepit," perintahku pada anak buah.

"Sebentar, bos."

Anak buah berlari keluar mencoba mangambil apa yang kuminta.

Dengan hati-hati kini aku mengambil 2 helai rambut panjang yang tersangkut dikancing baju korban, dan secepatnya langsung kumasukkan dikantong plastik.

"Simpan itu. Gunakan sebagai barang bukti juga."

"Siap, bos."

"Wah. Aku salut banget padamu, bos. Kamu memang hebat dan jeli sekali. Dari tadi kami mencari barang bukti lainnya tetap saja tidak ketemu," puji Bagas.

"Makanya kalau tidak ada bos kita, mana bisa kasus ini dilimpahkan sama kelompok kita."

"Hmm. Iya juga, sih."

Para anak buah terus banyak berbicara. Aku hanya bisa diam sambil mengamati seksama ke arah lain.

Badan sudah berdiri, yang kini mencoba melangkah mencari barang bukti lainnya.

Menyusuri seluruh ruangan. Tak ingin lengah, maka setiap sudut kuperiksa lebih teliti.

"Apa tidak ada orang lain lagi sebelum korban meninggal?" Tanya sambil netra terus berkeliling.

"Menurut petugas, korban sedang sendirian melakukan kerja lembur."

"Bos ... bos, lihat! Ada sepatu cowok yang diberikan pegawai kebersihan, yang ditemukannya dalam tong sampah," ucap Ebi memberikan sepatu yang sudah ada bercak darahnya.

"Bagus Ebi, amankan barang bukti dan orang yang menemukan barang ini," jawabku sambil tangan sibuk membolak-balikkan sepatu.

Mata tak lepas memeriksa sekeliling lagi, menatap dari sudut ke sudut ruangan kerja korban. Banyak tumpukan berkas dan kertas penting. 

Meja kerja satu persatu kubuka, dan sekarang menemukan beberapa foto kemesraan korban bersama pacarnya, dan langsung kuberikan pada anak buah, supaya membantu proses penyelidikan nanti

1
Sad Angel
nah loh ibu Mila gak terima kan anak di sakiti lagi dan sekarang Mila di bawa pulang
Sad Angel
percuma kamu jelaskan Ryan apa lagi Mila lagi emosi, makanya jadi suami itu jangan bodoh
Sad Angel
mampus kalian makanya jadi suami tuh jangan asal kasih ijin
Sad Angel
hadeuh si Ryan bodoh banget baru juga baikan sama Mila sekarang malah kasih ijin Dona tidur di rumahnya
Sad Angel
Wah Ryan ngambil kesempatan dalam kesempitan, masak iya langsung nyosor
Sad Angel
gimana gak salah paham kalau kayak gitu
Angel🍁❣️
nah kan akhirnya jadi petaka buat Dona cuma karena warisan yang di berikan orang tuanya
Angel🍁❣️
ya ampun ternyata pertemuan Dona dan mertua ya itu yang terakhir
Angel🍁❣️
kalau emang gak tahan ya tinggalkan Dona dari pada kamu di siksa terus apa yang kamu pertahankan harta suami
Angel🍁❣️
sungguh miris nasib Dona di selingkuhi tapi dia yang dapat siksaan
Angel🍁❣️
apa sih mau suami Dona ini kalau emang gak mau sama Dona kenapa di nikahin, giliran dah di nikahi tapi di siksa apa suami Dona ini punya kelainan
Angel🍁❣️
sudah tau suami ringan tangan tapi kamu masih aja bertahan Dona
Angel🍁❣️
sebenarnya apa motifnya sampai Suami Dona jadi korban pembunuhan
Angel🍁❣️
apa mungkin rambut itu rambut pelaku pembunuhan
Angel🍁❣️
mencintai tapi kamu melakukan kesalahan lagi Ryan lagian gak kapok2
Bhak Pe Chah
penyesalan hanya dtg terlambat. mila udh sakit hati saat kau terlihat mesra bersama mantan
Alvian
sadis beut ibu mila/Facepalm//Facepalm/kapok gk tuh ryan. makanya jgn sok ke gantengan baru digoda dona saja udh tergiur
IRFAN WIJAYA²¹
Nah, jadinya mila minta cerai gitu. kamu sih ryan aneh2 saja mau menduakan.
Sad Girls
luar biasa
Mila gadis yang baik walaupun usianya masih muda tapi Mila belajar untuk menghargai dan menghormati suami belajar menjadi istri yang baik,tapi sayang karena hadirnya mantan suaminya Mila harus menelan kekecewaan karena ulah Ryan suaminya yang sedang bercumbu bersama mantannya, sungguh ironis sekali pasangan yang lagi hangatnya harus ada gangguan dari orang ketiga, semoga saja Mila bisa kuat menjalani kehidupannya kedepannya,dan tidak terganggu oleh kehadiran mantan Ryan,
Sad Girls
Nah kan gak terima anaknya kalau Dona mendadak warisan lebih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!