Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Dendam
Kenapa waktu begitu cepat berlalu, aku masih tidak percaya dengan semua ini. Bukankah pernikahan adalah impian setiap perempuan, tentunya dengan orang yang dicintai nya atau paling tidak, yang mencintainya.
Ada rasa getir menyelimuti perasaan Erina, pernikahan ini tidak pernah dia harapkan sebelumnya. Walaupun sebagian besar, ini adalah impian para gadis untuk bisa menikah dengan orang kaya. Tapi tidak dengan Erina, sebagai perempuan biasa dia ingin merasakan pernikahan yang sewajarnya. Menanti hari-hari pernikahan nya dengan rasa bahagia yang tak terkira, bukan dengan perasaan cemas dan risau seperti yang dialaminya saat ini.
Erina masih belum menemukan teka-teki kenapa dia yang dipilih oleh Tuan Arga untuk menikah dengannya. Ada berbagai pertanyaan dan tanda tanya besar di kepalanya yang masih rumit untuk di urainya.
"Erin, ada seseorang yang mencarimu." suara teman kos Erina membuyarkan pikirannya yang masih berpikir keras mencari-cari jawaban atas pertanyaan di kepalanya.
"Eh iya, terimakasih ya." Erina bergegas berdiri dan berjalan keluar kamarnya
Siapa ya yang mencariku di jam segini?
gumam Erina dalam hati.
Siang itu, mentari terlihat sangat terik dengan sinarnya. Membuat Erina memincingkan mata saat sinarnya menerpa wajahnya.
"Eh, pak Sam. Ada apa ya? kenapa tidak ada pesan dari Tuan Arga sebelumnya." Erina memeriksa layar handphone nya, memastikan memang tidak ada pesan yang masuk.
"Tuan Arga menyuruh saya menjemput anda nona." jelas pak Sam.
"Oh, baiklah kalau begitu saya ganti baju dulu pak Sam." Erina membalikkan tubuhnya untuk melangkah masuk, belum sampai melangkah tubuh Erina sudah terasa melayang.
"Eh, kenapa lagi ini?" dengan nada berteriak. Erina terkejut karna Lagi-lagi pak Sam menyuruh anak buahnya untuk mengangkat tubuhnya masuk ke dalam mobil.
"Maaf nona, Tuan menyuruh untuk menjemput anda secepatnya." jelas Pak Sam singkat.
"Tapi kan saya masih dengan pakaian seperti ini Pak Sam, bisa-bisa Tuan Arga murka pada saya." Erina menunduk melihat pakaian yang dikenakannya.
Bagaimana ini, bahkan bajuku jauh dari kata layak. Apa tidak apa-apa ini.
Erina memandang pak Sam dengan pandangan penuh kesal.
Erina tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi, memikirkannya saja sudah ngeri.
Mobil berhenti di halaman salon terkenal, Salon yang sering di kunjungi oleh artis-artis papan atas.
"Silahkan nona, saya sudah mempersiapkan baju nona di dalam." sekertaris Sam melangkah ke dalam salon diikuti Erina dengan wajah menunduk sangat malu. Karna seolah tahu bagaimana reaksi orang-orang yang ada di dalam salon itu akan memandangnya sebagai orang aneh dengan pakaian aneh pula.
Diluar dugaannya tidak ada satu pun pengunjung di dalamnya, hanya pegawai salon yang sudah menantinya.
"Silahkan nona!" sapa ramah salah satu pegawai yang lebih tepat mungkin di bilang sebagai kepala pegawai, karna penampilan nya yang berbeda dari pegawai-pegawai lainnya. Dia terlihat sangat cantik dengan balutan pakaian kemeja dan rok coklat muda, sangat serasi dengan kulit putih bersih nya.
"Terimakasih." Erina duduk di depan kaca besar, kejadian sebelum makan malam bersama orang tua Tuan Arga kembali teringat olehnya.
Apa hari ini akan ada acara makan-makan lagi, seharusnya tak perlu seperti ini lagi kan. Baju yang kemarin dibelikan nya saja aku rasa masih bagus untuk aku pakai lagi. Dasar orang kaya.
gumam Erina dalam hati.
Erina hanya bisa menuruti perintah pegawai salon itu, diam dan duduk tenang. Begitulah pikirnya.
Hampir satu jam Erina di poles bak seorang putri raja, Erina tak berani membayangkan berapa nominal yang dikeluarkan untuk semua ini. Bisa-bisa dia pingsan lagi.
Erina sangat cantik dengan balutan busana hitam panjang dengan perhiasan di leher dan di telinga nya. Dia benar-benar terlihat seperti seorang putri.
"Anda terlihat sangat cantik nona, Tuan Arga memang tak salah pilih." senyum mengembang di bibir perempuan itu, seolah telah berhasil mengubah angsa buruk rupa menjadi tuan putri yang sesungguhnya.
"Anda terlalu berlebihan." Erina tampak malu, pipi Erina tampak merona merah melebihi blash on yang di sapukan di pipinya karna mendengar pujian perempuan itu.
***
Arga yang duduk dan menunggu di tempat kerjanya, berdiri melangkah ke luar mengikuti intruksi sekertarisnya bahwa Erina sudah siap menunggu di mobil. Arga masuk ke dalam mobil, sempat heran dan mematung sesaat melihat pemandangan indah di depannya. Arga segera mengalihkan pandangannya ke depan, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Tapi dia masih bisa menguasai dirinya.
"Bagus, kamu tak salah memilih salon pak Sam. Bisa mengubah ayam betina menjadi seorang putri." Arga memuji pilihan pak Sam
Apa sih maksud kata-kata nya, ayam betina?Perasaan tidak ada kiasan ayam betina menjadi seorang putri. Dasar orang aneh. gerutu Erina.
Pak Sam mengucapkan terimakasih karna sudah dipuji oleh Tuan Arga.
"Ehm, sebenarnya kita mau kemana Tuan?" Erina menoleh Tuan Arga berharap sebuah jawaban tentang pertanyaannya.
"Nanti kamu akan tahu, nanti bagaimanapun keadaannya tetaplah di sisiku. Jangan melakukan hal-hal yang aneh!" Arga berbicara tanpa menoleh ke Erina.
Lagi-lagi orang aneh ini selalu sesuka hatinya saja. Apa salahnya sih, bilang "kita mau kesini, kita mau kesana." Dasar!
Tunggu, dia tadi bilang jangan melakukan hal aneh. Oh, nasib buruk apa lagi yang akan menimpaku.
gumam Erina dalam hati.
Erina tampak gusar dengan kata-kata Tuan Arga.
"Kamu hanya perlu di sisiku, lakukan sesuai intruksi. Maka kamu akan selamat." Arga memandang Erina lalu keluar mobil meninggalkan Erina yang masih bingung dengan kalimat Tuan Arga.
Ya Tuhan, selamatkanlah hambamu ini. Berikanlah hamba kesempatan untuk hidup sekali ini saja.
gumam Erina.
Erina mengangkat kedua tangannya, pintu terbuka. Erina salah tingkah dan dengan cepat keluar dari mobil. pak Sam menundukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa Tuan Arga sudah menunggunya.
Erina berjalan di belakang Tuan Arga.
"Apa yang kamu lakukan?" menarik tangan Erina dan melingkarkan di lengannya.
"Bersikaplah sewajarnya, kau tau kan. Kau calon istriku. Jadi, bersikaplah demikian." Arga menatap lekat-lekat Erina.
Pipi Erina merasa panas karna malu ditatap seperti itu oleh Tuan Arga.
"Baik." Erina menjawab singkat.
"Bagus gadis penurut. " Tuan Arga tersenyum mendengar jawaban Erina.
Arga dan Erina berjalan beriringan.
Erina mengedarkan pandangannya, dan tertuju pada sosok laki-laki di depannya.
Bima....
Apakah Tuan Arga mengenal Bima, dan kenapa orang tua Bima juga ada disini. Apa yang harus kulakukan.
gumam Erina, sedikit panik.
"Ini acara peresmian anak cabang perusahaan pak Suryo." jelas Tuan Arga seolah tahu kegusaran Erina.
"Ingat apa yang baru saja aku katakan." Tuan Arga menepuk tangan Erina yang dari tadi masih melingkar di lengannya.
Erina bersikap tenang dengan situasi ini. Bima yang dari tadi memperhatikan, tampak sangat terkejut melihat Erina dengan Tuan Arga.
"Selamat sore Tuan Arga." pak Suryo yang tidak lain ayah Bima mengulurkan tangan dan menundukkan kepala.
"Selamat sore." jawab Arga singkat dan membalas uluran tangan pak Suryo.
"Erina... benarkah itu kamu Erina?" Bima mendekati Erina dan seolah tak percaya gadis yang sangat dicintainya terlihat sangat berbeda.
Pak Sam yang sedari tadi mengikuti langkah Erina dan Tuan Arga maju, mengisyaratkan kepada Bima untuk menjauh.
Bima masih tak percaya dan begitu juga dengan ibu Bima, perempuan yang dulu pernah menghina Erina. Dia menelan kasar sativa nya. Memandang dengan seksama wajah Erina yang pernah tak direstui hubungannya dengan Bima, anak kesayangan nya. Kini berjalan beriringan dengan Tuan Arga yang tak lain adalah Bos dari suaminya, Bos yang selalu disanjung nya.
Erina hanya terdiam tak menjawab sepatah katapun pertanyaan Bima. Dia memandang sebentar gadis yang ada di dekat Bima.
Apakah dia gadis yang dipilihkan orangtuamu untukmu? Semoga kau bahagia hidup bersamanya.
Doa Erina untuk laki-laki yang pernah dicintainya, bahkan sampai sekarang rasa itu masih tetap sama.
"Nona Erina adalah calon istri Tuan Arga. Jadi perlakukan nona kami seperti apa yang kalian lakukan kepada Tuan Arga." jelas pak Sam kepada keluarga Bima.
Seperti di hujani batu, hati Bima remuk berkeping-keping. Orang tua Bima yang tak percaya bahwa dia adalah Erina yang dulu pernah di hinanya memastikan kepada Bima. Bima hanya bisa mengangguk pasrah dan tak peduli bagaimana perasaan perempuan yang mendampinginya saat ini.
Perasaan Erina campur aduk, tampak sekali gurat gelisah di wajahnya. Tuan Arga yang langsung menyadarinya. mengajak Erina untuk pulang.
"Sepertinya kamu tidak enak badan, ayo kita pulang saja." kali ini Tuan Arga menggandeng tangan Erina. Meninggalkan acara yang baru setengah jalan. Erina hanya menurut dengan wajah lesu.
***
Tuan Arga dan Erina sudah berada di restoran mewah. Restoran itu sepi tak ada pengunjung lain, selain mereka berdua.
Restoran ini terlihat sangat enak menu makanannya, tapi kenapa tidak ada pengunjung sama sekali ya.
gumam Erina dalam hati.
Erina seolah mengingat salon yang di datanginya tadi siang. Sepi juga tanpa pengunjung, apa karna ada dia jadi pengunjungnya sepi. Begitulah pikiran polos Erina.
"Apa kamu puas?" Tuan Arga memulai pembicaraan.
"Apa maksud anda Tuan? " Erina tak mengerti arah pembicaraan Tuan Arga.
"Kamu tak sebodoh itu kan, untuk mencerna kata-kata ku. Kamu pasti sakit hati dengan keluarga Bima?" jelas Tuan Arga sambil menyendok makanan di depannya.
Apa? Dia tahu tentang Bima?
Tunggu bukankah ini memang hal sepele untuknya, hutang keluargaku kepada rentenir saja dia tahu.
gumam Erina.
"Saya tidak pernah menaruh dendam kepada keluarga Bima Tuan. Saya sudah menguburnya dalam-dalam." Erina lirih menjawab pertanyaan Tuan Arga
cih
"Kamu harusnya tadi menunjukkan kepada Bima kalau kamu sudah sangat bahagia berada di sisiku." Tuan Arga mulai kesal dengan Erina karna dia tidak menunjukkan rasa senangnya karna sudah di bantu membalas dendam.
Bahkan semua ini di luar kehendakku, aku bahkan hanya menuruti apa yang diperintahkan Tuan kepadaku. Tanpa bisa aku menolaknya.
gumam Erina.
"Terimakasih Tuan." Erina mulai fokus lagi menyantap makanan didepannya.
"Apa kau bahagia?" tanya Arga. Wajah Arga tampak serius, dia menghentikan aktifitas makannya.
Pertanyaan apa ini? Jelas-jelas semua ini bukan keinginanku.
gumam Erina sedikit kesal.
"Boleh saya bertanya sesuatu Tuan?" Erina memberikan pertanyaan dan mengabaikan jawaban yang ingin di dengar Tuan Arga.
"Kamu sudah mulai berani ya, kamu bahkan tidak menjawab pertanyaan ku. Sudah berani bertanya sesuatu padaku." Tuan Arga tampak kesal.
"Maaf Tuan, karna ini sungguh mengganggu pikiran ku beberapa hari ini. Jika Tuan ingin mendengar jawaban saya. Saya bahagia sejauh ini, selama ini untuk keluarga saya. Saya bahagia Tuan." ada penekanan dalam kalimat Erina.
"Apa yang ingin kamu tanyakan, tanyakanlah sepuasmu? Hari ini aku sedang berbaik hati. " Arga menyenderkan duduknya, menatap Erina dan menunggu apa yang sebenarnya ingin ditanyakan gadis di depannya.
"Kenapa Tuan memilih saya, maaf. Maksud saya, kenapa Tuan ingin menikahi saya?" Erina menunduk, takut dengan reaksi yang di berikan Tuan Arga.
Semoga setelah ini aku tidak diberikan hukuman atas apa yang sudah aku tanyakan.
Erina menggigit bibirnya, ragu.
"Karna kamu yang aku pilih, tak ada alasan apapun." Tuan Arga menjawab tegas dan singkat pertanyaan Erina.
Erina menghela napas panjang, masih belum puas dengan jawaban Tuan Arga. dan berpikir untuk menyerah mengejar pertanyaan yang sudah memenuhi kepalanya.
Tuan Arga tampak sangat bahagia hari ini.
Bersambung