Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tepat pada malam prom.
Semua siswa serta para guru berduyun-duyun memasuki gedung sekolah dengan mengenakan costume yang sudah tetapkan pada tema dress code acara tersebut.
Ryo yang sudah tiba sejak sore hari masih sibuk mengkoordinir acara tersebut. Ia begitu tampan mengenakan style sebagai pemeran prince charming yang ada di komik-komik jepang membuat yang lainnya pangling melihatnya tak seperti biasanya yang terlihat cupu.
Mata Ryo liar melihat seisi gedung sekolah. Ia mencari sosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi, yang tak lain ialah Briana. Ryo sama sekali tidak melihat batang hidung cewek blasteran itu.
"Woi. .. Elo nyariin siapa sih? Dari tadi gue perhatiin mata loe lihat sana lihat sini". Dimas menepuk pundak Ryo. Ia penasaran sejak ia melihat Ryo celingukan mulu. Ryo melirik Dimas yang mengenakan costume yang menurutnya aneh untuk di lihat.
Rambut yang di cat warna kuning menyala plus jigrak-jigrak bagaikan di setrum listrik. Belum lagi dengan pakaiannya yang berwarna serba orange. Itu membuat tingkat ke-norakannya naik 100%.
"Elo pakai costume apaan tuh? Kok enggak jelas gitu bentukannya?". Ryo melihat penampilan Dimas dari ujung rambut hingga kaki. Rasanya mau ketawa tapi takut dosa.
"Masa elo enggak tahu sih, ini tuh costume ala ala naruto". Jawabnya dengan percaya diri.
"Kayaknya naruto enggak se-norak ini lah heh heh. Dan lagian kayanya loe itu salah tema deh". Ryo merasa malu melihat penampilan Dimas.
"Jadi menurut loe gue norak?". Dimas menjadi tidak percaya diri.
Ryo mengangguk sembari menahan tawanya.
"Hufft pantesan dari tadi gue jadi pusat perhatian yang lain. Tapi enggak apa-apalah, kan gue jadi terkenal sama yang lain ha ha ha". Jiwa kepedean yang miliki Dimas luar biasa hebatnya.
"Haiiiih terkenal tuh karena prestasi atau potensi yang kita miliki, bukan terkenal karena sensasi. Yang ada mempermalukan diri sendiri, paham?". Ryo mendorong jidat Dimas sembari melebarkan matanya.
"Hmm iya iya yang mentang-mentang terkenal karena prestasinya". Dimas memutar bola matanya.
"Sudah aah! Sekarang elo lihat Briana sudah datang atau belum?". Ryo bertanya kembali dan masih melihat ke sekelilingnya.
"Gue enggak ada lihat. Mungkin dia belum datang atau bisa jadi dia enggak datang. Cuma gue tadi ngeliat si Raysha sudah datang tapi dia sendirian saja, terus si Anya datang sama cowoknya". Ucapnya yang ikutan mencari sosok Briana diantara ramainya umat.
"Hmm, kalau itu gue juga lihat. Ya sudah deh mending loe siap-siap sana, bentar lagi acara dramanya mulai. Elo kan bakal berperan jadi kurcacinya". Ryo mengingatkan Dimas atas tugasnya.
"Alah masih lama lagi, tenang saja. Oh ya! Jadi yang memerankan peran Putri saljunya siapa kalau bukan Briana?". Dimas bertanya sebab ia masih belum tahu.
"Si Anya". Jawabnya jutek.
"Seriusan loe? Si Anya?". Dimas terkejut bukan kepalang.
"Iya. Setelah Briana menolak tawaran itu, si Anya langsung ngedatangi gue. Dia sampai memohon ke gue untuk memerankan peran itu. Awalnya gua enggak mau, tapi dia berhasil ngedapetin peran itu gara-gara...". Ryo menghentikan ucapannya.
"Gara-gara apa? Loe jangan buat gue penasaran mulu lah bro". Dimas merasa jengkel karena hampir setiap hari dibuat penasaran oleh Ryo.
"Ah... Pokoknya yang pasti Anya yang jadi putri saljunya. Ck... Si Briana kemana sih? Apa jangan-jangan dia enggak datang ya?". Ryo cepat-cepat mengalihkan pembicaraan mereka seolah tengah menyembunyikan sesuatu.
"Siapa bilang dia enggak datang?". Dimas menepuk pundak Ryo dan mengarahkan pandangan Ryo pada pintu utama gedung sekolah.
Semua mata tertuju pada tujuan yang sama yakni melihat Briana yang baru tiba. Ia begitu memukau dengan mengenakan costume style ala princess modern layaknya seperti boneka.
Mata Ryo tak lepas memandangi Briana yang berjalan memasuki gedung sekolah.
"Hai Briana".
"Hai Bri".
Berbagai sapaan yang terlontar untuknya setiap ia melewati para siswa cowok di gedung itu. Namun tak satu pun di gubris olehnya. Tak ketinggalan para siswi cewek yang pada iri melihat dirinya yang jauh lebih memukau dari mereka.
"Hai Bri. . .". Ryo tak mau kalah dengan yang lainnya bahkan ia rela meninggalkan Dimas. Briana menghentikan langkah kakinya kemudian melirik dirinya.
"Aku pikir kamu enggak bakalan datang ke acara ini. Makasih ya". Terlihat jelas dari raut wajah Ryo bahwa ia merasa senang dengan hadirnya Briana.
"Itu tempat duduknya sudah ada namanya atau boleh duduk di sembarang tempat?". Briana membuka suara tanpa bersikap dingin sembari melirik ke arah kursi penonton yang sudah tersusun rapi seperti di bioskop.
"Hmm? Terserah kamu mau duduk dimana. Enggak ada daftar namanya kok. Cuma yang duduk paling depan untuk para guru kita dan tamu exclusive". Ryo menjawab dengan semangat sembari ia menunjuk ke arah kursi yang paling depan.
"Lagian siapa yang mau duduk di depan. Ya sudah yuk kita duduk disitu saja". Briana menunjukkan pada kursi yang paling atas tepat dibagian pinggir.
"Ha?". Ryo tercengang dengan ajakan Briana. Sulit di percaya seorang Briana yang mengajaknya terlebih dahulu.
"Kenapa? Elo berperan juga main di drama itu?". Briana merasa melihat Ryo terpaku menatapnya.
"Ah? Enggak? Aku cuma... Enggak apa-apa he he he. Ya sudah yuk kita duduk disitu". Ryo mendadak gugup kemudian meminta Briana untuk berjalan terlebih dahulu.
Seluruh gedung sudah dipenuhi para siswa dan para tamu undangan untuk menonton drama yang di perankan oleh anggota sanggar theatre di sekolah. Mereka berantusias menyambut pementasan yang akan mulai.
Berbeda dengan Briana yang duduk disebelah Ryo. Ia sedikit gelisah di saat drama sudah mulai. Tanpa sadar sekujur tubuhnya sudah berkeringat dingin serta tangannya bergetar hebat namun ia menahannya dengan sekuat tenaganya sembari menyembunyikannya agar tidak terlihat siapapun.
Seperempat drama sudah berlalu dan di waktu itu juga Briana mengingat kejadian pahitnya di saat ia memerankan putri salju dan menyebabkan ia celaka.
Ryo melihat ada sesuatu yang aneh pada Briana.
"Kamu kenapa Bri? Kok tiba-tiba pucat gitu wajahnya?". Bisik Ryo ketika ia melihat wajah Briana yang sudah pucat pasih.
Briana menggelengkan kepalanya.
"Enggak! Gue enggak apa-apa. Gue cuma mau ke toilet". Dengan cepat Briana beranjak dari tempat itu sebab ia sudah tak mampu menahan rasa yang menghantuinya.
Karena khawatir Ryo pun menyusul Briana keluar dari gedung. Ia melihat Briana duduk di bangku taman bukannya ke toilet. Briana berusaha menenangkan dirinya dan berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu.
Ryo menghampirinya. "Kamu enggak apa-apa Bri?".Tanyanya sembari menyentuh pundak Briana. Begitu spontan Briana terkejut ketakutan.
Ryo terkejut melihat reaksinya terlebih lagi ketika ia melihat tangan Briana bergetar lalu secepatnya Briana menyembunyikan tangannya.
"Gue bilang gue enggak apa-apa". Briana berkata dengan nada tinggi sembari membalikkan tubuhnya untuk tidak berhadapan dengan Ryo.
"Aku antar kamu pulang ya?". Ryo semakin mengkhawatirkan Briana.
Briana tak menjawab Ryo.
"Hmm... Kamu tunggu disini bentar ya. Aku mau ngambil minum buat kamu. Kamu jangan kemana-mana oke?!".
Ryo berlari meninggalkan Briana sendirian. Tak lama Ryo kembali menghampirinya dengan membawa sebotol air mineral dan sebungkus roti. Namun Ryo tak melihat Briana pada tempat itu alias Briana sudah pergi.
"Lho. . . Briiiii. . . Brianaaaaaa". Ryo berteriak memanggil namanya. Ryo terus mencari kesana kemari namun tak menemukannya.
Ryo tak berhenti mencarinya hingga akhirnya ia menemukan Briana tergeletak di atas tanah tepatnya di taman belakang sekolah.
"Briana.....".