ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya
tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
twenty five
...Aiden tak bisa menahan diri untuk senyum-senyum sendiri. Ditatapnya lama botol minum coco pororo bergambar bb pakai helm biru sedang naik sepeda di bagian depan botol. Bersamaan dengan bayangan adik kelasnya yang sedang meminum minuman ini. ...
Dia mengetuk ngetuk lima jari panjangnya kemeja. Sebelah tangan digunakan untuk mengusap dagu. " Dia tadi terganggu nggak ya?". Kata Aiden bermonolog sendiri.
" Kenapa tadi gue coba minumannya juga?".
Laki-laki itu menjambak pelan sisi rambut sebelah kanannya sendiri. Resah dan galau karena takut gadis itu merasa ilfil dengan kelakuannya. "Atau besok aku belikan dia minuman yang sama aja? Tapi kalau dia merasa malu gimana?".
Aiden ingat reaksi teman-teman yang heboh saat laki-laki itu mengantar adik kelasnya ke kelas beberapa hari lalu. Pasti akan menjadi bahan gosip, mengingat banyak sekali perempuan yang menginginkan Aiden. Mendekati adi kelasnya terang-terangan seperti bukan berencana bagus.
Aiden akhirnya bangkit dan menyimpan botol bekas minuman itu di kulkas, menatapnya lama sekali lagi sebelum menutup pintunya. Dia yang sejak dari dulu tak pernah tertarik dengan perempuan, sekarang mendadak terjangkit virus mematikan bernama cinta.
" Alea anastasya dwi". Aiden tertawa pelan. "Namanya bagus".
_________________
" Alea anastasya dwi, kan? Namanya aja aneh masa ada nama dwinya." seorang perempuan dengan rambut coklat tebal yang curly berucap sedikit kencang. "Adek kelas yang kelasnya ada di lantai 1 deket lapangan basket? Kok bisa-bisanya dia jalan sama Aiden ".
" Gue sendiri yang ngikutin mobil mereka dan gue liat dengan mata kepala gue sendiri.aiden nganterin tuh bocah ingusan ke rumah. Rumahnya sih kecil, udah kayak gubuk nggak jelas gitu. Gue aja lihatnya risi banget. Ada, ya, anak nusa bhakti yang rumahnya reot menyedihkan. Secara, kan, nusa bhakti isinya anak-anak orang kaya".
Dara. Salah satu anggota geng khusus cewek populer bernama red girl memasang wajah jijik sembari membicarakan alea. Kemarin saat dia keluar ingin membeli sesuatu, tas sengaja mobil aiden sosok yang paling didol akan di sekolah melintas tepat di depan mobilnya.
Darah yang merasa penasaran, akhirnya mengikuti kemana mobil i don't pergi dan betapa terkejutnya gadis itu menemukan fakta kalau i don't mengantar adik kelasnya dari rumahnya. Iya, dari dalam rumahnya sendiri yang mewah megah seperti hunian pangeran vampir.
" Masa sih, dar? Mobil ke a i don't beneran keluar dari rumahnya terus baru berhenti pas tuh anak sampe?".
"Demi tuhan nindy. Gue udah bilang, gue lihat sendiri. Kayaknya mereka kencan di rumah gitu deh".
" Tapi serius i don't dengan sama tu anak". Priska menyoroti nimbrung. Gadis berambut pendek memakai aksesoris dari merek tif& co yang sangat mahal itu melebarkan mata tak terima. " Sialan, bertahun-tahun gue ngejar-ngejar Aiden, malah kerjasama upik abu nggak jelas".
" Kita datangi aja tuh anak. Penasaran gue gimana orangnya. Se cakep apa sih?".
" Itu loh yang kemarin peringkat satu pas masuk ke sini. Yang putih dan namanya kayak orang luar".
Nindy nampak berpikir keras. " Nggak tahu gue"
" Tuh anak emang gak terlalu kelihatan menonjol. Dia pinter makanya bisa sekolah di sini".
" Tapi yang diam diam gitu yang tahunya bahaya,". Kata priska.
" Bener". Desi yang paling pendiam di geng akhirnya nimbrung. " Kasih pelajaran aja".
" Kapan? Pulang sekolah nanti aja yuk. Gue udah lama nih nggak ngasih pelajaran ekstrak buat para upik abu nggak tahu diri".
Saran dari priska kemudian di okeh kan oleh yang lain.
***
Alea tertawa kecil membaca buku di depannya, membelikan halaman dengan perlahan lalu kembali melototi tiap paragraf yang ada.
Buku yang dia pinjam dari Aiden sekuel kedua dari penulis kondang cucil. Benar-benar menghibur. Sesekali alea menunjukkan wajah serius, detik kemudian wajah tegang, dan selanjutnya senyum senyum macam orang kasmaran.
"Alea?". Panggil rachel. " Gila apa, ya. Nih anak. Baca apa sih? Sibuk banget".
Alea menaikkan pandangan, menatap rachel yang baru tiba dari kantin.
" Black white. Aku kecanduan baca, udah sejak semalem. Aku sampai tidur jam 03.00 pagi, terus sekarang mau lanjutin lagi".
" Kamu nggak belajar?". Rachel memasang wajah penuh tanya. Gadis itu tahu alea akan mendaftar olimpiade matematika yang sebentar lagi akan dibuka, sementara dirinya nanti akan ikut cabang biologi. "Udah mau deket pendaftarannya".
"Makanya aku mau namatin buku ini cepat, biar nggak penasaran dan bisa fokus belajar. Aku nggak bisa fokus kalau belum tahu siapa dalang dibalik masalah yang ada. Geregetan".
Rachel menggeleng kepala.
"Jangan nyesel, ya, nanti".
"Nggak. Aman, kok. Lagian aku udah dapet soal tahun lalu. Katanya nggak bakal jauh-jauh dengan yang sekarang, jadi pelajarin aja".
" Soal tahun lalu?dapat dari mana?".
Alea tak menjawab, hanya tersenyum manis.
Jam sekolah sudah berakhir. Buku itu tinggal dua bab lagi makan selesai alea baca. Langkahnya pelan perjalanan sambil memasukkan buku ke dalam tas. Namun saat sedang fokus membuka resleting, sebuah kaki muncul dan membuat alea terjatuh tersungkur.
Wajahnya nyaris menghantam lantai kalau tidak dihadang ransel merah muda miliknya yang digendong di depan.
"Aduhh..."
"Jatoh ya?". Terdengar suara yang tidak asing di telinga alea. Gadis itu bangkit dari posisinya, menekan lutut di lantai sambil menepuk debu di baju dan tas.
"Butuh bantuan gak?".
Alea mengadah dan menemukan 4 orang perempuan berdiri mengelilingi nya.
'ini, kan, game cewek populer di sekolah. Ada urusan apa, iya sama aku?'. Tanya alea di dalam hati sambil deg degan.
Dia melirik bukunya yang tidak jadi masuk ke dalam tas dan terlempar aga jauh di depan. Gadis itu merangkak ingin mengambil, tapi priska lebih dulu menginjak buku itu dengan sepatunya yang kotor.
Sekarang musim hujan, tentu saja lantai menjadi basah dan menyebabkan tapak sepatu setiap siswa jadi berlumur. Priska tanpa perasaan membersihkan sepatunya pada salah satu halaman buku yang terbuka.
Kertas putih itu langsung berubah coklat dan kusut.
Alea melebar mata, dia menatap kakak kelasnya dengan wajah horor. "Kak, kenapa diinjak.itu, kan buku aku.".
"Oh, ini buku lo, ya? Gue kira sampah. Soalnya semua yang nempel di diri lo kayak barang rongsokan".
Dara mencubit sedikit jaket rajut abu-abu yang alea pakai.
" Merek apa nih. Pasti nggak jelas". Dia memperhatikan sepatu alea, tas, dan juga jam tangan murah yang dikenakan gadis itu.
"Astaga, seriusan cewek model upik abu gini menggaet Aiden? Udah sinting apa, ya, dunia ini. Sama sekali nggak ada bagus bagusnya".
Dara mencengkeram pipi Alea, mendongakan paksa untuk menatap gang mereka. " Muka lo aja jelek banget. Najis gue liatnya".
" Kalian mau apa? Aku salah apa?". Kata alea. Suaranya sudah gemetar takut. Gadis itu ingat betul kalau dirinya tidak pernah mencari masalah pada siapapun di sekolah ini.
Nusa bhakti adalah sarangnya anak-anak pejabat dan anggota dewan. Semua yang sekolah di sini rata-rata bukan orang biasa. Alea bisa masuk dikarenakan lolos tes tertinggi dan beasiswa 100%. Dia memastikan dirinya tidak membuat kekacauan pada siapapun dengan cara memperkecil circle pertemanan dan tidak terlalu sering wara wiri di sekolah.
Tapi, apa sekarang yang didapat oleh nya. Alea malah menjadi incaran game para gadis yang paling dihindari oleh semua orang.
"Lo kemarin jalan, kan, sama Aiden? Ke mana? Gue lihat lo keluar dari rumahnya. Abis jual diri lo di sana?". Tanya dara.
" Kak aiden? Oh, cuma ambil bekas soal olimpiade matematika tahun lalu aja, kak. Aku nggak ada hubungan apa apa sama kak Aiden ".
"Bohong. Nggak mungkin lo nggak ada hubungan apa apa sama dia.aiden itu bukan tipe yang mau ngomong sama perempuan, dia paling nanti sama kaum hawa don lo, nggak tahu datangnya dari mana tiba-tiba udah masuk kedalam rumahnya dan diantar pulang".
" Upik abu sialan". Priska mendorong kepala alea. "lo pikir lo siapa, hah? Cakep ho? Udah ngerasa hebat".
"Nggak,kak. Aku minta maaf.ak-aku nggak tahu kalau kak Aiden gak boleh dideketin.". Air mata alea sudah meleleh. Gadis itu memang penakut bukan main, cengeng, dan tidak berani melawan.
" Apa kita dandanin aja,ya, dia biar cakep. Biar Aiden tambah suka. Biar lo bisa caper sama dia". Nindy menarik rambut alea, memasak perempuan itu untuk berdiri.
" Akhh, sakit,ka. Jangan ditarik". Air mata alea sudah mengalir, dia menggeleng sambil menyatukan dua tangannya minta ampun untuk tidak di apa-apakan, tapi gang red girl terus aja menyeret nya paksa untuk masuk ke dalam salah satu ruang kelas yang sudah sepi.
Priska dan dua temannya mengeluarkan alat make up yang mereka bawa, lalu men coret-coret wajah alea sambil tertawa. Ketiga orang itu terus memperloncop alea habis-habisan, bukan hanya wajah saja yang kena sasaran, tapi seragam putih abu-abu nya pun juga ikut digunting.
Alea berteriak histeris minta dihentikan, tapi tak satupun dari orang itu mau mendengar.
"Kak, jangan. Jangan digunting. Maafin aku, aku nggak tahu kalau kak aiden gak boleh dideketin. Aku cuma minta soal olimpiade aja yang tahun kemarin, gak ada niat apa-apa".
" Ah, diem lo. Berisik banget. Apa mulut lo minta digunting juga".
" Gunting aja". Kata dara sambil tertawa. "Benci banget gue sama ni anak. Udah jama gue gedeg. Dia kan juga sering diomongin sama anak-anak cowok kelas kita".
" Anak cowok kelas gue juga ada nih ngomongin nih anak.si anak cantik yang manis". Kata priska
" Huhuhu, jangan, jangan digunting,kak. Aku minta maaf".
Tangis perempuan itu pecah. Dia menatap sedih seragamnya yang sudah koyak.
"Lo dengerin kata gue, ya. Jangan sampai masalah ini kedengeran sama siapapun. Lo harus tutup mulut lo yang manis itu. Lo tahu, kan, siapa bokap gue di sekolah ini? Murid kayakA lo mudah banget buat ditendang gitu aja dan itu sama sekali nggak merugi in siapapun. Paham?".
Alea mengangguk. Lipstik merah menyebar di wajahnya, juga eyeliner yang membuat bagian atas mata menghitam.
"Paham, kak".
" Ya udah, bay". Kata mereka semua. Menepuk bahu alea satu persatu.
Sekarang, tinggal alea sendiri di kelas itu. Keluar memungut buku memilik Aiden. Buku yang sudah rusak berat karena beberapa halaman kotor.
" Aku harus ngomong apa sama kak aiden nanti?". Katanya
Alea memeluknya erat buku itu sambil terus melelehkan air mata.berjalan keluar dari gerbang sekolah dengan langkah pelan dan putus asa.
Hujan kembali turun, menciptakan jutaan rinai yang siap menghempas bumi.alea masih terus berjalan menuju gang depan, sekolah sudah sepi karena semua siswa sudah pulang.
Gadis itu berjalan dengan kepala tertunduk, memperhatikan roknya. Yang bolong bolong. Pikiran alea mengarah ke berbagai arah jalan keluar, bagaimana bisa mengganti roknya dalam waktu cepat.
Alea terus saja berjalan sampai kepalanya menabrak sesuatu. Dia pikir tiang listrik, tapi begitu mengadah seorang laki-laki dengan payung menyambut di depannya.
" Alea?".