Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.
Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.
Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.
Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.
Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.
Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.
Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Ayah Matre
Dan saat pandangannya tertuju ke atas kepala pelanggan, matanya melebar.
Angka ♡ di atas pelanggan itu terpampang jelas: ♡ : 10.
"Waduh…" Gumam refleks rian.
Panel sistem muncul kembali.
Ding!
[Misi Berhasil Diselesaikan!]
[Detail: Cari Simbol ♡ dengan rentang 10–30]
[Reward: ???]
[Kegagalan: Semua saldo Host hangus]
Ding!
[Reward Diberikan!]
[Rp. 5.000.000 + Misi Baru]
Tanpa ada jeda waktu, Panel biru muncul kembali dengan misi yang baru.
Ding!
[Misi Lanjutan Berhasil Dirilis!]
[Detail: Naikkan ♡ target sampai angka 71]
[Reward: Memberikan 4x Kelipatan Pengeluaran terkait Penyelesaian Misi]
[Kegagalan: Pengurangan Reward -50%]
"Waw… sistem kasih hadiah tinggi, 4x kelipatan! Ini berarti misi cukup sulit, sepertinya berbeda dengan misi Yuna, dan
kalau gagal, reward di potong setengah," gumam rian gugup sambil memandang siswi yang sedang memakai sepatu.
Sementara di belakangnya ibunya terlihat raut muka sedih, menambah rasa gugup nya.
"Ojol Line!" teriak Rian sedikit keras, mencoba menenangkan suasana nya sendiri.
Siswi itu hanya menoleh, mengangguk pelan.
Tiba-tiba panel kecil di atas kepala siswi itu berkedip lagi.
[♡ : 10 » ♡ : 7]
Rian menghela napas panjang.
"Kan benar… pasti sulit," bisiknya dalam hati, menyiapkan diri menghadapi misi yang menegangkan ini.
"aku pamit bu" ucap siswi itu berpamitan dengan ibunya, ibunya mengangguk dengan masih dengan raut muka sedih.
“Ah… iya nak, hati-hati ya,” ucap ibunya pelan sambil tersenyum tipis, mencoba menutupi rasa sedihnya.
“Terima kasih bu,” jawab siswi itu sambil menunduk sopan, kemudian melangkah mendekat ke motor Rian.
Rian pun menyalakan motor, dan mengendarai motor milik nya.
Broom... Suara motor terdengar menjauh dari lokasi pelanggan.
Rian menoleh sedikit dengan senyum kecil, nada bicaranya santai, “Hm… udah kelas berapa, neng?” tutur Rian barangkali misi ini terkait dengan kesepian mirip dengan kejadian Yuna.
Siswi itu menunduk, suaranya pelan dan sedikit sedih, “Udah kelas 3 SMA… baru masuk, Mas.”
Rian mengernyit sedikit, nada biasa tapi perhatian, “Ada apa, neng? Kok terdengar muram?”
Gadis itu cepat menggeleng, menutupi wajahnya, “G-gak… gak ada apa-apa.”
Namun panel sistem tak bisa di bohongi. Angka ♡ di atas kepala siswi itu menurun lagi:
[♡ : 7 » 5]
Dengan Tiba - Tiba, sistem mengeluarkan Panel kecil saat rian berkendara.
[Ding!]
[Peringatan : ♡ : 1 \= Kematian Target]
Rian menoleh dan menelan ludah kecil, menyadari keseriusan misi.
“Hmm… berarti harus ekstra hati-hati nih, beda misi dengan misi Yuna,” gumamnya pelan, mata nya menatap pada siswi yang tampak sedih di kaca spion miliknya.
Broom…
Motor Rian berhenti halus di depan gerbang sekolah. Siswi itu mengeluarkan dompet, menyerahkan uang tunai Rp.12.000, tapi Rian cepat menolak.
“Gak usah, neng. Kamu pelanggan pertama saya jadi Ojol. Ga usah bayar, kasih rating 5 aja di aplikasi,” ucap Rian sambil tersenyum, nada santainya membuat suasana sedikit ringan.
“Makasih, Mas,” jawab siswi itu sambil melangkah menjauh ke gerbang sekolah.
Rian mengangguk pelan, menyalakan motor kembali, tapi pandangannya tertuju pada angka ♡ di atas kepala siswi tersebut yang sudah menjauh.
Angkanya masihlah rendah,
[♡ : 5]
Hatinya berat, Rian sadar ini juga bukan terkait uang sekolah.
"Siswi itu yang jelas pasti membawa beban yang dalam" gumam rian di depan gerbang sekolah itu.
Rian menarik napas panjang, menahan rasa khawatir.
“Baiklah… aku harus cari cara buat menaik kan ♡ nya,” gumamnya, menatap ke jalan arah belakang untuk berbalik ke arah rumah sang pemesan ini agar masalahnya jelas di mana.
Rian masih mengingat jalannya karna tidak banyak belokan.
Setelah beberapa menit, Rian telah sampai di rumah pemesan,
Terdengar dari dalam rumah seseorang berdebat, rian pun memberhentikan motor di depan teras rumah dengan perlahan.
Suara perempuan itu, keras tapi tersedak - sedak, jelas terdengar dari arah depan rumah.
“Pak… jangan nikahkan anak kita, dia masih mau sekolah… dia masih muda…”
Rian menegang, refleks langsung mendekat ke pagar yang di tutupi dinding agar terdengar lebih jelas.
Ia pun mengerutkan alis, mendengar hal yang di debatkan,
“Kenapa! Dia itu perempuan sekolah tinggi-tinggi apa gunanya! Nanti masuk dapur juga, mending langsung kita nikahkan saja!
"Pak Tino sudah bilang akan memberikan mahar 80 juta! Aku mau uang itu!” Pria itu bersuara kasar dan terdengar suara hentakan.
Rintihan ibu dari siswi terdengar lagi, lebih putus asa:
“Jangan pak… jangan paksakan anak kita… Apalagi–”
Pria itu berteriak semakin keras,
“BODOH AMAT! AKU MAU KE RUMAH PAK TINO! JANGAN TAHAN KAKIKU! AKU MAU TANDATANGAN SURAT KONTRAK!”
“Ini… gila…" refleks rian.
"Masa' Anak di jadikan ajang pencarian uang sih?" Pikir Rian rasional.
Angin pagi menyentuh wajah nya, tapi suasana hatinya berat.
Ia tak tahu, bagaimana cara untuk menaikkan ♡ menjadi aman, ia harus menemukan cara yang bisa menenangkan ayah siswi itu.
"Ah..." rian kepikiran sesuatu..