Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Mengalah
Dalam sekejap dunianya seakan runtuh. Permintaan Rere sangat lah wajar. Mengembalikan suaminya setelah dirinya dihamili. Aleta mengangguk berusaha tersenyum walaupun terasa kaku.
Revan seakan tidak rela jika dirinya harus dipisahkan dengan wanita yang selalu merajut hatinya setiap saat. Ia merasa menjadi lelaki sempurna yang selalu dihargai dan dihormati layaknya sebagai seorang suami.
Namun tidak dengan Rere yang tiap kali bermesraan dengannya hanya ada maunya saja. Revan sebenarnya muak namun kesalahannya pada Rere yang membuatnya terjerat rasa bersalah sepanjang hidup karena telah membuat Rere keguguran walaupun bayi yang dikandung Rere bukan darah dagingnya.
"Baiklah, aku akan meminta pelayan memindahkan barang-barangmu di kamar tamu. Oh iya memang kamu adalah tamu bukan. Tamu itu tinggalnya sementara. Pada saat urusannya selesai ia akan pergi," ketus Rere dengan nada mengejek.
"Rere. Ingat sayang kalau Aleta sedang hamil. Apakah bisa kamu jaga emosinya? Jika terjadi sesuatu dengan bayiku aku tidak akan memaafkanmu, ingat itu...!" entah mengapa Revan tiba-tiba bersikap tegas terhadap Rere.
Rere tercengang namun tidak dengan Aleta yang berlalu pergi menuju kamar yang dituju. Ia tidak ingin mendengar apapun perdebatan antara Revan dan Rere.
"Jadi kamu lebih memilih wanita itu daripada aku, Revan?" mata itu menyipit sendu menahan amarah yang membuncah.
"Ya. Aku hanya memastikan emosinya tetap stabil karena benih ada di dalam rahimnya. Jadi untuk sementara waktu buang ego mu itu. Bukankah sebentar lagi dia akan melahirkan anakku dan setelah itu pergi dari hidup kita," ucap Revan menatap tajam wajah istrinya.
Rere memegang kerah baju Revan dengan kuat karena tidak ingin Revan menghabiskan waktunya dengan Aleta.
"Kau tidak berlaku adil pada kami, Revan. Aku sudah berkorban sejauh ini untukmu. Apakah begini balasanmu padaku, hhmm?" tanya Rere sendu.
"Lepaskan aku...! Kau datang tidak di saat yang tepat Rere. Bagiku saat ini Aleta lebih penting," ucap Revan sambil melepaskan kedua tangannya Rere dari bajunya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar tamu di mana Aleta berada.
"Celsy, tolong pindahkan barangku ke kamar tamu..!" titah Revan pada kepala pelayannya.
"Baik tuan."
Rere menghapus air matanya. Rasanya hidupnya benar-benar kiamat. Apa lagi melihat Aleta yang saat ini terlihat lebih cantik dan seksi bahkan sangat terawat dengan baik seakan wanita itu berasal dari kelas sosial yang tinggi.
"Dasar wanita rendahan. Dia telah merebut suamiku secara diam-diam dengan kecantikannya. Dasar gadis miskin. Dia lupa dia berasal darimana. Aku akan menyingkirkan mu dan tidak akan aku ijinkan kamu melahirkan bayinya Revan. Biar pria berengsek itu menderita seperti yang dia lakukan padaku saat ini," gumam Rere dengan wajah memerah.
Di kamar Aleta duduk termenung dipinggir jendela sambil menatap taman bunga. Mendengar pintu terbuka dan muncul sosok belahan jiwanya, Aleta segera berdiri.
"Mas. Kenapa kamu ke sini? nanti Rere makin marah padaku," cegah Aleta mencari aman.
"Kamu lebih membutuhkanku daripada dia, Aleta. Dan aku masih membutuhkanmu," ucap Revan langsung menyambar bibir Aleta namun lagi-lagi Aleta menolak.
"Tidak mas. Jangan bersikap seperti itu. Rere berhak mendapatkan nafkah batin darimu. Tolong jangan menyiksanya dengan mendatangi aku...! Aku juga perempuan yang punya rasa empati. Tolong kembalilah ke kamarnya...!" tolak Aleta.
"Aleta. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu jika membiarkan kamu tidur sendirian. Atau begini saja kita pulang ke jakarta dan aku akan menyiapkan apartemen untukmu dengan pengawasan orang-orang aku, bagaimana?" pinta Revan.
Aleta terdiam. Ia bingung untuk menentukan sikap karena surat perjanjian kontrak pernikahan dengan Revan di pegang oleh Rere dan juga dirinya. Jika salah satu melanggar akan dituntut secara hukum.
"Tidak mas. Biarkan aku tinggal bersama kalian di Jakarta. Insya Allah aku bisa menjaga diriku sendiri," ucap Aleta menolak keras permintaan tulus suaminya.
"Itu berarti kamu tidak boleh jauh dariku. Keselamatan kalian berdua adalah tanggungjawab ku. Aku tidak mau menyesal jika mengabaikan mu sedikit pun di Jakarta nanti. Jika terjadi sesuatu padamu katakan saja padaku. Jangan sungkan ya..!" ucap Revan lalu memeluk Aleta penuh sayang.
"Maafkan aku jika selama proses kehamilan aku nanti akan merepotkan mu mas. Tapi aku janji setelah anak ini lahir aku akan pergi dari hidup kalian," ucap Aleta.
"Aleta. Tolong jangan berkata seperti itu. Aku akan tetap mengawasi mu. Jangan terlalu jauh dariku. Kamu paham sayang?" ucap Revan membuat Aleta menangis.
"Sayang? Apakah dia benar sayang padaku? Bukankah selama ini dia hanya memanggilku princess. Sebutan mana yang paling tinggi kedudukannya? Apakah sayang atau princess?" batin Aleta merasa dicintai oleh Revan saat ini.
...----------------...
Setelah bertahan selama satu pekan di sana, Revan akhirnya memilih untuk membawa pulang kedua istrinya ke Jakarta. Rere terlihat mengalah dan tetap bersikap manis pada Aleta. Namun tidak dengan hatinya yang penuh rencana busuk untuk membuat Aleta pergi dari kehidupan suaminya dengan secara sukarela.
Revan duduk di tengah diapit oleh kedua istrinya. Sepanjang perjalanan pulang ia sibuk mengerjakan pekerjaannya ketimbang mengajak kedua istrinya ngobrol. Namun tidak dengan Rere. Untuk mengambil hati Revan ia mengajak Aleta ngobrol.
"Aleta, nanti kalau tiba di Jakarta kita ke mall ya. Kamu pasti belum membeli perlengkapan bayi bukan? Oh iya aku lupa. Harusnya itu tanggung jawab aku karena aku ibu dari bayi mu bukan?" ucap Rere sedikit menyindir Aleta.
"Apakah kamu bisa diam Rere? Di depanku saja kamu sering sekali menyakiti hati Aleta bagaimana kalau aku tidak ada diantara kalian? Apakah kamu ingin membunuhnya?" geram Revan.
Beruntunglah ia menumpang di jet pribadinya sendiri. Jika tidak mungkin orang-orang akan memperhatikan mereka bertiga jika mereka menumpang di pesawat komersil.
"Kamu kenapa sih Revan. Selalu saja baper jika aku mengingatkan Aleta tentang statusnya?" ketus Rere.
"Tanpa kamu ingat pun dia sudah tahu, Rere. Dia bukan gadis bodoh dan bukan gadis biasa yang selama ini kamu rendahkan," ucap Revan tidak kuat lagi menghadapi sikap Rere yang terlalu egois.
"Apa...? Emangnya dia siapa?" ejek Rere.
"Dia adalah....-"?
"Mas. Tolong jangan diteruskan...!" bisik Aleta yang duduk di pinggir jendela. Gadis itu menggenggam tangan Revan agar tidak membuka rahasia hidupnya. Revan menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan kasar. Hidupnya benar-benar berada di dalam neraka memiliki dua istri.
"Katakan dia siapa? putri Sultan? Ko kere...?" Rere terkekeh merendahkan Aleta.
"Sudahlah. Tidak penting juga Kamu tahu tentang kehidupan Aleta," ucap Revan kesal.
"Sepertinya ada rahasia besar tentang gadis ini. Aku harus cari tahu siapa Aleta sebenarnya. Tidak mungkin Revan bicara seperti tadi jika tidak ada sesuatu mengenai gadis itu," batin Rere penuh rencana.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina