NovelToon NovelToon
Paman, Ayo Kita Menikah

Paman, Ayo Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: shafrilla

Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mereka seperti kucing dan tikus

ketika di dalam mobil Christopher terus mengucek panjang lebar dia menggerutu seperti anak kecil.

Xavier menatap tajam ke arah Sierra, otot rahangnya menegang seolah menahan amarah yang hampir meledak. Suaranya bergetar, penuh kepahitan, "Beraninya kamu berselingkuh di belakangku." Tatapannya seperti menyelidik setiap gerak-gerik Sierra, mencari kebohongan di balik setiap kata.

Sierra duduk acuh, wajahnya tetap dingin meski hatinya berdebar tak menentu. "Siapa yang berselingkuh? Aku kan di rumah dosenku karena dia cuma membantuku," jawabnya dengan nada tenang namun penuh tantangan, mencoba menepis tuduhan yang terasa menyakitkan.

Xavier menghembuskan napas panjang, dadanya naik turun berat, seolah beban dunia ada di pundaknya. Ia merasa dikhianati, padahal selama ini selalu bersikap acuh tak acuh terhadap Sierra. Kini, keraguan dan rasa sakit itu menggerogoti hatinya tanpa ampun. Mata Xavier menyipit, mencari kebenaran yang tersembunyi di balik sikap dingin Sierra. Suasana di mobil itu membeku, hanya suara napas mereka yang saling bersahutan, menciptakan ketegangan yang tak terelakkan.

"Lalu, kalau kamu tidak berselingkuh, apa sebenarnya yang kamu lakukan di rumah pria itu?" suara Xavier menusuk, dingin seperti es yang membeku di dasar samudra.

Sierra menghela napas panjang, matanya menatap tajam ke arah Xavier, seakan mencoba membaca niat tersembunyi di balik setiap kata. "Kenapa Paman bicara seperti itu?" tanyanya, suara lirih namun penuh tantangan. "Paman terdengar seperti suami yang menangkap basah istrinya sedang berselingkuh. Apa Paman cemburu melihat aku bersama pria itu?" Matanya berkedip-kedip, redup dan gemetar, bagai lampu bohlam yang akan padam kapan saja, menyisakan kegelapan dan keraguan.

Xavier tercekat, kata-kata seolah tersangkut di tenggorokannya. Beberapa detik hening menguasai ruangan, hingga ia akhirnya menata kalimat yang tersisa dari harga dirinya. "Siapa bilang aku cemburu?" jawabnya dingin, mencoba melemahkan dengan tajam. "Lagipula, aku tidak mungkin cemburu sama anak ingusan sepertimu."

Sierra hanya mengangguk pelan, senyum sinis terukir di sudut bibirnya. "Benar juga, ya. Kita kan hanya menikah kontrak. Mana mungkin kamu merasa cemburu pada seseorang seperti aku?" Ucapnya sambil kembali tenggelam dalam dunia ponselnya, meninggalkan Xavier dalam keheningan yang menusuk, membakar sisa-sisa kehormatan yang mulai terkikis.

Emilia duduk di kursi depan mobil, matanya tak lepas dari pemandangan di kursi belakang. Dua sosok itu, suami istri yang baru saja menikah terlihat saling membelakangi, wajah mereka dipenuhi kerutan dan tatapan dingin yang tak berusaha disembunyikan. Suara mereka saling bersaut, tapi bukan dalam nada mesra, melainkan seperti pertengkaran yang tak kunjung usai.

Emilia menelan ludah, hatinya penuh rasa penasaran dan sedikit cemas.“Apakah mereka seperti ini setiap hari?” tanyanya pelan kepada Ricardo yang duduk di sampingnya.

Ricardo hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyum kecil, ekspresinya tampak santai namun penuh arti. “Mereka seperti kucing dan tikus,” jawabnya ringan, seolah sudah terbiasa dengan dinamika itu.

Emilia mengangguk, tapi perasaan tidak nyaman mengganjal di dadanya. Ia menatap lurus ke jalan di depan, mencoba menenangkan pikirannya yang berputar. “Tapi... kenapa mereka bisa menikah? Padahal setiap hari seperti ini?” suaranya berbisik, penuh keheranan sekaligus kebingungan.

Ricardo mengalihkan pandangannya ke Emilia, matanya teduh namun tegas. “Kadang cinta bukan soal keserasian, tapi tentang bertahan meski berbeda,” katanya singkat. Suasana dalam mobil itu sejenak hening, hanya suara mesin dan deru angin yang menemani perjalanan mereka, sementara Emilia masih mencoba mencerna arti kata-kata itu di dalam hatinya.

"Eh sarang lebah, Apa yang kamu lakukan sama pria itu?" tanya Xavier.

Sierra menoleh menatap wajah Xavier, mendengar pernyataan itu ekspresi Sierra langsung berubah, tangannya terangkat di dahinya kemudian Dia seolah sedang memikirkan sesuatu. "Apa ya namanya? apa yang aku lakukan sama profesor?" ucap  Sierra yang kemudian menatap Xavier.

"Ingat ya," Xavier mulai serius, "Dalam perjanjian pernikahan kita, kamu jadi istriku cuma setahun."

Sierra mengangguk santai, menatap mata Xavier dengan senyum tipis. "Iya, aku ingat. Tapi di perjanjian itu juga tertulis kalau kita cuma suami istri di atas kertas." Dia melanjutkan dengan nada menggoda, "Lagipula, Paman bilang aku bebas melakukan apa saja, bebas sama siapa pun, begitu juga Paman."

Xavier menelan ludah, napasnya mulai berat. Sierra masih terus bicara, tanpa ragu, "Usiaku kan masih muda, Paman. Beberapa hari lagi aku masuk 18 tahun. Jadi, andai nanti kita bercerai, aku masih gadis yang punya hak melakukan apapun." Senyum itu kini penuh tantangan, seolah mengejek keseriusan Xavier.

Tangan Xavier mengepal, jantungnya berdetak kencang, ingin marah tapi gengsinya terlalu kuat menahannya. "Ini bocah... mau main-main sama aku ya," gumamnya dalam hati dengan rasa getir.

Tak berselang lama mereka sudah sampai di rumah Emilia, Ricardo mengantar Emilia terlebih dahulu kemudian membawa sepasang suami istri yang seperti kucing dan tikus itu pulang. sesampainya mereka di rumah keluarga Lincoln Sierra masuk tanpa menghiraukan Xavier.

Melihat kakek Abraham tersenyum bahagia setelah memastikan Sierra baik-baik saja, pria tua itu segera menarik tangan Sierra dengan lembut. "Sierra, sini. Kita buatkan makanan untukmu, ya," ucapnya ramah sambil memanggil pelayan.

Sierra menggeleng pelan. "Tidak usah, Kek. Aku tadi sudah makan di rumah profesor kok."

Kakek Abraham menatap pakaian Sierra dengan penuh rasa ingin tahu. "Lalu, pakaian ini kamu dapat dari mana? Kok kau pakai baju wanita dan celana kain seperti itu?"

Sierra menghela napas, wajahnya sedikit sayu. "Katanya ini baju milik ibu profesor tempat aku kuliah. Ibunya sudah meninggal, dan dia menyimpan semua pakaiannya sebagai kenang-kenangan."

Pria tua itu mengangguk pelan, matanya menatap tajam wajah Sierra yang seolah tertutup awan gelap sebelum hujan turun. "Hmmm… ada yang berat, ya?" gumam kakek Abraham pelan, seolah memahami beban di hati menantunya.

"Baiklah kalau begitu kamu istirahatlah, ini sudah malam Ayah mau berbicara dengan anak kakek yang tidak tahu diri itu." ucap kakek Abraham yang diangguki oleh Sierra.

"Itu anak tidak punya sopan santun banget, masa dia langsung ngeluyur tanpa bicara sama aku dahulu, seharusnya dia itu menjelaskan apa yang terjadi dan kenapa dia sampai di rumah pria itu." Xavier menggerutu sembari menahan kekesalannya.

Kakek Abraham yang melihat itu dia yang ingin marah langsung dia urungkan niatnya. melihat putranya merasakan kecemburuan, pria tua itu nampak tersenyum, dia yakin kalau putranya mencintai gadis muda yang dia nikahi tersebut. "Kalian kan menikah cuma satu tahun, kalian menikah secara kontrak. Kalau dia bersama pria lain itu kan wajar saja, lagian kamu juga bisa bersama wanita lain." ucap kakek Abraham yang kemudian meninggalkan putranya dengan senyum penuh ejekan.

Mendengar perkataan ayahnya seketika Xavier kesal, bukannya mencoba untuk menenangkan putranya malah kakek Abraham semakin membuat Xavier benar-benar marah. "Mereka semuanya benar-benar menyebalkan." ucapnya. Xavier kemudian lebih memilih untuk ke kamarnya.

Di dalam apartemennya Christopher terus terbayang wajah Sierra, gadis muda itu benar-benar telah mencuri hatinya membuatnya melamun sepanjang malam.

begitu pula dengan Xavier dia terus memikirkan mengenai Apa yang dilakukan oleh Siara di rumah dosennya dia berpikir kalau dia harus melakukan sesuatu.

*bersambung*

1
Zheyra
lanjut
Herlina Susanty
lanjut thor smgt 😍💪
Zheyra
Xavier jual mahal banget
Zheyra
lanjut
shafrilla
terima kasih kak.
Rahma Inayah
mampir Thor moga bgus ceritanya lnjutkn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!