NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 15: Tamparan di Meja Juri

​"Yakin itu kuku saya, Siska? Atau jangan-jangan itu kuku kamu sendiri yang baru saja kamu petik di bawah meja?"

​Suara Maya tenang, namun tajamnya sanggup membungkam keriuhan di depan panggung utama. Dia berdiri tegak, sedikit pun tidak menunjukkan kepanikan yang diharapkan Siska.

​Siska tertawa sinis, wajahnya memerah karena merasa ditantang di depan umum. "Jangan berdalih, Maya! Semua orang melihat saya mengambil benda menjijikkan ini dari piringmu! Juri, ini pelanggaran berat! Diskualifikasi dia sekarang juga!"

​"Tunggu dulu," Maya menyela, dia melirik ke arah Arlan yang sudah berdiri di barisan depan penonton. "Mungkin para juri bisa memeriksa piring yang ada di depan masing-masing. Terutama piring yang katanya ada kotorannya itu."

​Koki senior yang menjadi juri pertama mengernyitkan dahi. Dia mengambil piring yang baru saja ditunjuk Siska, lalu mengendus aromanya. "Aneh. Ini bukan aroma rempah jati. Ini... ini aroma nasi goreng instan dari stan lain?"

​Siska tertegun. Wajahnya yang tadi penuh kemenangan mendadak pucat. "Maksudnya apa? Itu piring Maya! Saya sendiri yang melihatnya membawanya ke sini!"

​"Maaf, Siska. Tapi sepertinya penglihatanmu terganggu karena terlalu nafsu ingin menjatuhkan aku," Maya tersenyum tipis, senyum yang membuat Siska meradang. "Juri, piring yang asli ada di bawah meja juri utama. Saya sengaja menukarnya dengan piring sisa dari stan peserta lain tepat sebelum Siska mulai aktingnya."

​"Apa?!" Siska berteriak kaget.

​Maya membungkuk, mengambil piring keramik putih yang masih tertutup tudung saji perak dari bawah kolong meja juri. Begitu tudungnya dibuka, aroma rempah jati yang sangat kuat dan wangi arang yang menggoda langsung meledak kembali, jauh lebih segar daripada piring yang dipegang Siska.

​"Ini piring saya yang asli. Dan di sini, tidak ada kuku, rambut, atau niat jahat lainnya," kata Maya tegas.

​Arlan melangkah maju ke depan panggung, menarik perhatian semua orang dengan wibawanya yang mendominasi. "Saya saksi mata. Saya melihat dengan jelas dari posisi saya di bawah panggung, bagaimana Ibu Siska menjatuhkan sesuatu dari tangan kirinya ke piring yang salah sebelum dia mulai berteriak. Sebagai CEO Dirgantara Utama Group, saya tidak akan membiarkan kecurangan seperti ini terjadi di pameran resmi kabupaten."

​"Pak Arlan... Anda salah lihat!" Adit mencoba membela calon istrinya dengan suara gemetar.

​"Saya punya rekaman ponselnya jika kalian butuh bukti lebih lanjut. Tim saya sudah mengawasi gerak-gerik kalian sejak tadi," Arlan menatap Adit dengan jijik, lalu beralih ke juri senior. "Sepertinya kita harus mempertanyakan integritas sponsor utama dan juri kehormatannya hari ini."

​Suasana jadi ricuh. Para penonton mulai menyoraki Siska. "Curang! Sponsor nggak jujur! Malu-maluin!"

​Siska terduduk lemas di kursinya, matanya berkaca-kaca karena malu yang luar biasa. Dia tidak menyangka Maya secerdik itu. Maya sudah menduga Siska akan bermain kotor setelah insiden Bi Lastri kemarin, makanya dia menyiapkan piring umpan.

​"Juri, silakan nilai piring yang asli ini," Maya menyodorkan nasi rempah jatinya yang masih mengepul panas.

​Ketiga juri mulai mencicipi dengan saksama. Ruang festival yang luas itu mendadak hening, menunggu keputusan final. Koki senior itu meletakkan sendoknya, mengusap mulut dengan serbet, lalu berdiri.

​"Setelah melakukan penilaian mendalam dan mempertimbangkan semua aspek, termasuk kejujuran dalam kompetisi..." koki itu menjeda kalimatnya, menatap ke arah kerumunan. "Juara utama Festival Bumi Lestari tahun ini, dengan skor sempurna dalam rasa dan kreativitas, jatuh kepada... Warung Bu Sum, Maya!"

​Tepuk tangan pecah. Ibunya Maya yang duduk di kursi roda di pinggir panggung menangis bahagia. Arlan bertepuk tangan pelan dengan senyum tipis di bibirnya, matanya tidak lepas dari Maya.

​"Selamat, Maya. Kamu berhasil," bisik Arlan saat Maya turun panggung sebentar untuk menyalami ibunya.

​"Terima kasih, Arlan. Kalau bukan karena kamu..."

​"Jangan bicara sekarang. Itu, trofimu sudah menunggu," Arlan menunjuk ke tengah panggung.

​Momen paling memuaskan pun tiba. Siska, sebagai perwakilan sponsor utama, diwajibkan oleh protokol acara untuk menyerahkan trofi emas berbentuk sendok garpu kepada pemenang. Dengan tangan yang gemetar hebat dan wajah yang merah padam menahan tangis malu, Siska berdiri.

​Maya melangkah maju ke tengah panggung dengan kepala tegak. Dia berdiri tepat di depan Siska.

​"Selamat ya," bisik Siska dengan gigi terkatup saat menyodorkan trofi itu. Matanya penuh kilat dendam.

​"Makasih ya, Sis. Oh, dan makasih juga buat tawarannya jadi tukang cuci piring kemarin. Kayaknya sekarang kateringku yang bakal butuh banyak tukang cuci piring. Kamu mau daftar?" balas Maya pelan, hanya bisa didengar oleh Siska.

Siska nyaris menjatuhkan trofi itu saking kesalnya. Kamera wartawan terus memotret mereka, menangkap kontras antara Maya yang bersinar sebagai pemenang dan Siska yang tampak seperti pecundang di pestanya sendiri.

Maya mengangkat trofi itu tinggi-tinggi ke arah langit. Dia membuktikan bahwa sukses tidak butuh gedung tinggi, hanya butuh dapur yang jujur dan hati yang tangguh.

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!