Jadi Aku Sebentar Saja

"Sekali lagi makasih ya Daf untuk semua nya," sekali lagi Abel mengucapkan terimakasih kepada Dafa sebelum dia turun dari mobil pria berkacamata itu.

"Ya elah Bel, udah berapa kali coba kamu ngucapin terima kasih. Kita kan sahabat, jadi sudah sepatutnya untuk saling membantu bukan? Oh ya, nanti jangan lupa itu obat nya langsung di minum ya rasa nyeri nya tidak terlalu terasa, perban nya juga janga lupa di ganti tapi sebelum nya di bersihin dulu luka nya. Terus satu lagi, bubur nya di makan dulu sebelum obat nya di minum," pesan Dafa panjang lebar khas seorang dokter yang sedang menasehati pasien nya.

"Ah iya ini yang paling penting, jika ada apa - apa jangan sungkan untuk menghubungi ku. Udah kamu save kan nomer ku?" lanjut Dafa.

"Siap pak dokter," kata Abel sambil mengangkat tangan nya membuat simbol hormat di kepala nya. Tak lupa senyuman manis dia tampilkan di wajah cantik nya yang mampu membuat Dafa terkesima.

Setelah nya dia pun turun dari mobil Dafa. Tak lupa Abel juga melambaikan tangan nya sebelum gadis itu berlalu meninggal kan mobil Dafa yang terparkir tepat di depan gang masuk kontrakan Abel.

Abel sendiri sengaja tidak mengajak Dafa untuk mampir ke kontrakan nya, selain sudah larut malam dia merasa tidak enak dengan penghuni kontrakan yang lainnya jika membawa tamu lawan jenis ke kontrakan nya.

Dafa memandangi tubuh gadis yang berjalan dengan susah payah menyelusuri gang kecil itu, dia sengaja tidak langsung pergi pria tampan berkacamata itu sengaja ingin memastikan tidak terjadi apa - apa dengan Abel sampai gadis itu sampai di kontrakan. Setelah bayangan Abel tidak nampak lagi dari penglihatan nya barulah Dafa melajukan mobil nya menuju hotel di mana dia menginap beberapa hari ini.

"Aku harus bicara dengan Kaivan sebelum aku pulang ke Bandung, ini tidak bisa di biarkan, sikap Kaivan sungguh sudah keterlaluan," gumam Dafa.

Walaupun Abel tidak menceritakan apapun tentang apa yang terjadi antara dia dan Kaivan cuma Dafa bisa menebak semua nya, jika berubah nya sikap Kaivan pada Abel pasti ada sangkut pautnya dengan kejadian di masa lalu. Saat kejadian penolakan yang Abel lakukan dulu pada Kaivan jelas sudah menggemparkan seluruh isi sekolah saat itu.

Tapi menurut Dafa ini sudah keterlaluan jika Kaivan masih menyimpan sebuah dendam untuk hal itu, bukan kan jika cinta di tolak oleh orang yang tidak menyukai kita adalah hal yang wajar bukan, kenapa Kaivan masih saja belum bisa menerima nya. Bahkan sampai melakukan hal di luar batas seperti ini, di mana kondisi Abel saat ini yang sudah berbeda dari dulu.

"Huft ..andai dulu kamu menerima ku Bel, pasti kamu tidak akan menderita seperti ini. Dan yang pasti kamu tidak akan berurusan dengan Kaivan," lirih Dafa sambil terus fokus pada kemudi nya.

Dulu saat Dafa resmi menjadi salah satu mahasiswa fakultas kedokteran di universitas ternama di kota Bandung, dia memutuskan untuk menyatakan cinta nya pada Abel, dia merasa jika dia sudah pantas untuk menjadi pasangan Abel saat itu namun sayang seribu sayang cinta dia pun di tolak oleh gadis itu dengan dalih persahabatan.

Abel dan Dafa memang sudah bersahabat dari kecil sama hal nya dengan Kaivan, cuma yang membedakan antara ketiga nya adalah Dafa berasal dari keluarga yang kurang mampu sedangkan Abel dan Kaivan dari keluarga kaya raya. Maka dari itu setelah Dafa merasa yakin jika masa depan nya nanti akan cemerlang ketika dia sudah menjadi dokter pria yang sedari kecil sudah berkacamata itu memutuskan untuk menyatakan cinta nya pada Abel.

Abel berjalan dengan langkah sepelan mungkin untuk mengurasi rasa perih pada luka di telapak kaki nya yang terbuka kembali akibat dia paksakan memakai sepatu hak tinggi.

"Akhir nya sampai juga," gumam Abel saat dia sampai di dekat teras kontrakan nya, gadis itu segera melepas sepatu nya dengan buru - buru dan melempar asal.

Brug,

"Awws..."

Abel seketika menghentikan pergerakan nya saat mendengar orang mendesis kesakitan. Dengan perlahan dia mendongakkan wajah nya dan menatap ke arah sumber suara itu.

Deg,

Gadis itu langsung menutup mulut nya saat mendapati seorang laki - laki yang sedang menatap nya dengan tajam sambil memegang dahi nya yang memerah.

"Kaivan..." lirih Abel.

"Bisa tidak kalau melempar barang lihat - lihat dulu ada orang atau tidak di depan," ucap Kaivan dengan dingin.

Abel hanya menghela nafas nya perlahan, dia pikir setelah pulang ke kontrakan nya dia kan bisa bernafas lega dan mengistirahatkan tubuh nya yang sangat lelah sekali hari ini, ah..tidak hanya tubuh nya yang lelah pikiran dan hati nya juga sangat..sangat..sangat..lelah sekali. Tapi ini kenyataan nya dia juga harus menghadapi orang sama yang telah membuat hati, pikiran dan badan dia terasa lelah seharian ini.

"Salah sendiri berdiri di situ," jawab Abel ketus dan berjalan mengacuhkan Kaivan.

Kaivan langsung melotot saat melihat reaksi cuek yang Abel tunjukkan. Dan rahang nya seketika langsung mengeras ketika melihat sebuah jaket yang dia kenali siapa pemilik nya. Kedua tangan nya pun terkepal kuat, tanpa basa basi laki - laki itu langsung menarik lengan Abel sehingga membuat gadis itu terhuyung dan menabrak dada pemuda tampan itu.

Deg,

Deg,

Deg,

Entah jantung siapa yang berdetak sangat kencang saat ini, ketika kedua nya saling menatap satu sama lain. Tatapan kedua nya menyimpan arti masing - masing dan hanya ke dua nya yang tahu akan hal itu.

Tidak mau terus - terusan dalam kondisi yang tidak nyaman seperti itu, akhir nya Abel mendorong kuat tubuh Kaivan sehingga dia bisa bebas dari laki - laki itu.

Kaivan sendiri langsung menormalkan kembali diri nya," kamu dan Dafa abis dari mana, sampai harus makai jaket murahan seperti itu," ucap Kaivan dengan sinis.

"Emang apa urusan kamu, aku mau pergi kemana dan sama siapa bukan urusan kamu ya ! lagian jaket yang kamu bilang murahan ini setidak nya bisa menutupi pakaian mahal tapi terlihat murahan yang kamu berikan ini. Dan satu lagi, kamu ngapain ke sini!"

Kaivan sendiri sampai lupa tujuan dia ke kontrakan Abel apa," Ehm..aku..."

Abel memutar bola mata nya malas," kalau ngga ada yang mau di bicarakan sebaiknya kamu pergi saja, aku capek mau istirahat. Ah iya, aku sedang tidak ingin berdebat atau meladeni permainan kamu Kai," kata Abel dengan penuh penekanan di akhir kalimat nya, sangat terlihat jelas jika gadis itu sudah lelah sekali.

Tanpa basa basi Abel pun masuk ke dalam kontrakannya, tak lupa dia dengan begitu sengaja menutup pintu kontrakan nya dengan begitu keras sehingga membuat Kaivan terkejut.

"Ah si*l...berani juga dia," gerutu Kaivan.

"Abel buka pintu nya!"