Ariel tak menyangka pernikahannya dengan Luna, wanita yang sangat dicintainya, hanya seumur jagung.
Segalanya berubah kala Luna mengetahui bahwa adiknya dipersunting oleh pria kaya raya. Sejak saat itu ia menjelma menjadi sosok yang penuh tuntutan, abai pada kemampuan Ariel.
Rasa iri dengki dan tak mau tersaingi seolah membutakan hati Luna. Ariel lelah, cinta terkikis oleh materialisme. Rumah tangga yang diimpikan retak, tergerus ambisi Luna.
Mampukah Ariel bertahan ataukah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi mereka?
Ikuti kisah mereka hanya di sini;👇
"Setelah Kita Berpisah" karya Moms TZ bukan yang lain.
WARNING!!!
cerita ini buat yang mau-mau aja ya, gaes.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7#. Bertemu teman lama
Ariel merasa semakin putus asa setelah Luna pergi. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya dan merasa sangat kesepian. Berhubung hari ini week end, dia memutuskan keluar dari rumah berniat mencari sarapan. Namun, bukannya pergi ke tempat penjual makanan, Ariel justru membawa motornya melaju tanpa tujuan menyusuri jalanan kota yang ramai, tetapi hatinya terasa hampa. Pikirannya terus berputar pada Luna, pada perubahan sikapnya, dan pada masa depan pernikahan mereka yang semakin tidak jelas.
Di sebuah taman kecil yang ditumbuhi pohon rindang, Ariel menghentikan motornya. Dia turun dari motornya lalu duduk di salah satu bangku taman, memandangi anak-anak kecil yang sedang bermain dengan riang. Pemandangan itu membuatnya semakin sedih. Dia teringat pada impiannya untuk memiliki keluarga bahagia bersama Luna, impian yang kini terasa semakin jauh.
"Ariel?"
Ariel tersentak kaget. Dia menoleh dan mendapati seorang wanita berdiri di hadapannya dengan tersenyum ramah.
"Dian? Ya ampun, kamu Dian Safitri, kan?" Ariel memastikan, sedikit tak percaya.
"Iya, ini aku. Nggak nyangka ya, bisa ketemu kamu di sini," jawab Dian, tampak senang. "Kamu apa kabar? Lama banget nggak ketemu."
"Eh, aku... baik," jawab Ariel, sedikit ragu lalu tersenyum.
Dian memperhatikan wajah Ariel dengan seksama. " Wajahmu tampak murung, kayak lagi banyak pikiran gitu?" tanyanya lembut.
Ariel menghela napas. Dia merasa ragu untuk menceritakan masalahnya pada Dian, tetapi dia juga merasa butuh seseorang untuk mendengarkan kegundahan hatinya. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka diri.
"Sebenarnya... aku lagi ada masalah sama Luna," kata Ariel, dengan nada lirih. Dia lantas menceritakan semua yang telah terjadi, mulai dari perubahan sikap Luna, masalah tas mewah, hingga gathering kantor yang membuatnya khawatir.
Dian mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menyela. Setelah Ariel selesai bercerita, baru lah Dian memberikan tanggapannya.
"Aku nggak tahu harus bilang apa, Riel. Aku cuma bisa bilang, kamu harus sabar dan kuat. Setiap pernikahan pasti ada masalahnya. Yang penting, kalian berdua harus saling terbuka dan berusaha mencari solusinya bersama," kata Dian, dengan nada tulus.
Ariel merasa sedikit lega setelah menceritakan masalahnya pada Dian. Dia merasa bebannya terangkat dari pundaknya.
"Makasih ya, Di. Kamu udah mau mendengerkan curhatanku," kata Ariel, tersenyum tipis.
"Sama-sama, Riel. Aku tetap seperti dulu, sekarang dan nanti pun tetap sama," balas Dian, dengan tersenyum yang membuat jantung Ariel berdegup kencang.
Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak Ariel. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa sukses dan memenuhi keinginan Luna.
"Di, sebenernya aku punya rencana," ujar Ariel, menatap Dian dengan sedikit ragu. "Aku pengin buktikan ke Luna, kalau aku juga bisa sukses. Aku pengen mulai bisnis, tapi aku bingung bisnis apa yang cocok buat aku."
Dian tersenyum mendengar penuturan Ariel. Ia melihat semangat di mata Ariel, semangat yang sudah lama tidak ia lihat.
"Bisnis? Wah, ide bagus itu, Riel," sahut Dian antusias. "Kamu punya bakat, kok. Aku yakin kamu pasti bisa sukses. Memangnya, kamu tertarik bisnis apa?"
Ariel menghela napas. "Itu dia masalahnya. Aku nggak punya pengalaman bisnis sama sekali. Aku juga nggak tahu harus mulai dari mana," keluhnya.
Dian berpikir sejenak, lalu tersenyum cerah. "Gini aja, Riel. Kebetulan aku punya bisnis online jualan pakaian pria dan wanita. Aku sudah menggeluti bisnis ini selama beberapa tahun dan hasilnya lumayan. Gimana kalau kita bekerja sama?"
Ariel mengerutkan kening, tampak bingung. "Kerja sama? Maksud kamu?"
"Iya. Kamu bantuin aku mengembangkan bisnis online aku. Kamu kan, kreatif. Pasti bisa bantu aku dalam hal pemasaran dan pengelolaan media sosial. Nanti keuntungannya kita bagi dua," jelas Dian, dengan nada meyakinkan.
Ariel terdiam, menimbang-nimbang tawaran Dian. Dia merasa tertarik, tetapi juga ragu. Dia tidak yakin apakah mampu menjalankan bisnis online tersebut.
"Tapi, aku kan, nggak punya pengalaman di bidang fashion," ujar Ariel, dengan nada bimbang.
Dian tertawa kecil. "Nggak masalah, Riel. Semua bisa dipelajari, kok. Aku akan ajarkan sama kamu tentang bisnis online. Yang penting, kamu punya kemauan dan semangat untuk belajar," balas Dian, menyemangati.
Ariel menatap Dian dengan penuh rasa haru. Dia sangat berterimakasih atas kebaikan Dian yang mau membantunya.
"Gimana, Riel? Kamu tertarik?" tanya Dian, memastikan.
Ariel mengangguk mantap. "Iya, aku tertarik banget, Di. Makasih ya, kamu udah mau ngajak aku kerja sama," jawab Ariel, dengan senyum tulus.
"Sama-sama, Riel. Aku senang bisa bantu kamu. Aku yakin kita bisa sukses bareng," balas Dian, dengan senyum yang membuat hati Ariel menghangat.
Setelah sepakat untuk bekerja sama, Ariel dan Dian mulai membahas rencana bisnis yang akan mereka jalani bersama. Mereka bertukar ide dan gagasan, saling melengkapi satu sama lain. Ariel merasa bersemangat dan optimis tentang masa depannya.
Namun, di tengah kebahagiaannya, Ariel teringat pada Luna. Ada rasa bersalah karena telah bertemu dengan Dian tanpa sepengetahuan Luna. Dia juga khawatir Luna akan salah paham jika mengetahui tentang kerjasama bisnisnya dengan Dian.
Dia pun memutuskan untuk menelepon Luna nanti dan akan menjelaskan semuanya, meski dia ragu apakah Luna mau mendengarkannya atau sebaliknya.
*
Sementara itu, di sebuah resort mewah di kawasan wisata, Luna sedang menghadiri acara gathering kantornya. Udara segar pegunungan dan pemandangan yang indah membuat suasana hati Luna sedikit membaik. Acara gathering ini diadakan untuk merayakan keberhasilan perusahaan dan memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.
Luna tampil memukau dengan dress kasual yang elegan, dan memancarkan aura kemewahan dengan aksesoris bermerek serta riasan wajah yang sempurna. Ia menjadi pusat perhatian dengan kepercayaan diri yang tinggi dan ambisi yang kuat.
Luna tersenyum bangga saat menerima ucapan selamat dari rekan-rekan kerjanya atas promosi yang baru saja ia dapatkan. Ia merasa bahwa kerja kerasnya selama ini akhirnya membuahkan hasil.
"Selamat ya, Luna. Kamu memang pantas mendapatkan promosi ini," kata Pak Handoko, atasannya, sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.
"Terima kasih, Pak. Ini semua berkat dukungan Bapak juga," jawab Luna, sambil tersenyum dan berusaha untuk tetap bersikap rendah hati.
Setelah berbincang dengan Pak Handoko, Luna kemudian bergabung dengan rekan-rekan kerjanya yang lain di area taman yang luas. Mereka semua tampak menikmati suasana gathering dengan berbagai aktivitas seperti bermain games, berfoto-foto, dan mengobrol santai.
"Selamat ya, Lun. Akhirnya impian kamu terwujud," ucap Wina rekan satu divisi dengannya.
"Terima kasih, Win," sahut Luna dengan tersenyum penuh arti.
Tak lama kemudian, ponsel Luna berdering tanda pesan masuk. Ia segera membukanya dan....
"Lun, ini suami kamu, kan?"
.
.
.
Jangan lupa like dan komennya ya, gaes 🤗
Mohon yang ketinggalan baca "jangan lompat bab" , ya? Author di sini berusaha up 2-3 bab sehari. Jadi, tolong pengertiannya.
tapi seru 😂👍