Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. GILA
Leona menekuk wajah ketika dirinya kini berada di rumah orang yang paling tidak ingin ia hadapi. Tapi berhubung Noah kalah debat dan juga harus mengurus pria yang menyerang Louis di parkiran, mau tidak mau Leona kini berada di rumah Louis. Entah kenapa tiba-tiba pria itu jadi terobsesi dengan Leona setelah tahu tentang kemampuan gadis tersebut yang tidak biasa.
"Duduklah, aku tidak akan menggigitmu ... kecuali kau yang minta," ujar Louis seraya melepaskan jasnya dan berjalan ke kamar pria itu.
"Dasar gila," celetuk Leona.
Gadis itu berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa dengan nyaman. Terkejut ketika sofa ini justru lebih empuk dibandingkan kasur rumah sakit sekelas VVIP yang Leona tempati nyaris dua minggu belakangan.
Louis mengambil waktu untuk membersihkan diri. Ada banyak yang terjadi hari ini, dan itu mengingatkannya kembali bahwa orang terdekat dan yang paling Louis percaya kini telah tiada. Rasanya sulit dipercaya dan tidak menyangka kalau kehilangan seseorang bisa begitu menyakitkan. Ini pertama kalinya Louis merasakan hal seperti ini. Seolah ia tenggelam akan perasaan yang asing untuknya. Namun Louis tahu kalau ia tidak bisa terus dalam rasa ini, ada hal penting yang harus ia urus. Hal yang ditinggalkan oleh Gerry hingga menjadi alasan pria itu meregang nyawa di tangan musuh.
Setelah selesai dengan waktu privasi dan memakai pakaian yang jauh lebih nyaman, Louis berjalan ke arah ruang tamu. Alisnya terangkat ketika ia mendapati Leona berbaring dengan nyaman di sofa.
"Apa kau berniat tidur di sana?" Louis berjalan mendekati Leona yang berbaring.
"Biarkan saja aku di sini. Berhenti mengangguku," sahut Leona dengan nada malas.
"Kau ini benar-benar tidak ada rasa takut, ya," ucap Louis yang telah duduk di sofa sebelah kepala Leona berbaring
"Kenapa harus takut?" tanya Leona tanpa membuka matanya yang tertutup sejak tadi.
"Kau terlalu santai di rumah seorang pria. Aku bisa melakukan apa pun padamu," jawab Louis seraya memainkan rambut palsu Leona.
"Noah akan membunuhmu jika kau berani," celetuk Leona.
"Entah dia percaya padaku tidak akan melakukan sesuatu padamu atau dia tahu kau akan baik-baik saja walau aku melakukan sesuatu yang buruk padamu? Membiarkan keponakan perempuannya bermalam di rumah pria," kata Louis.
Mendengar kalimat terakhir Louis, Leona langsung membuka mata dan melihat Louis.
"Apa? Kau pikir aku bodoh tidak bisa mengenali mana perempuan mana pria? Setelah menggendongmu tadi aku yakin kalau kau memang perempuan," ujar Louis, tersenyum penuh arti.
"B-bagaimana kau tahu? Apa sejelas itu?" tanya Leona salah tingkah sekarang. Ia duduk dan melihat ke arah Louis.
Louis menyandarkan tubuhnya di punggung sofa, tersenyum remeh melihat Leona.
"Apa?" tuntut Leona akan sikap Louis.
"Kesalahanmu adalah kau membiarkanku menyentuh dirimu. Tentu saja proporsi tubuh perempuan dan pria berbeda, terutama pinggulmu itu. Perawakan wajahmu juga terlihat jelas, tinggi badan, dan rambutmu," jelas Louis, memainkan rambut gadis itu kembali.
Leona tidak tahu kalau pria di hadapannya ini ternyata begitu teliti akan hal-hal detail. Mengejutkan karena ia tertangkap basah semudah itu. Jika Louis saja bisa lalu bagaimana dengan keluarga asli Leona, apalagi dengan orang yang mengincar Leona saat ini.
"Lagipula Noah bersikeras mencari keponakannya yang hilang padahal tidak ada dari keluarga Agustine yang kehilangan anak. Satu-satunya yang masuk akal adalah anak bungsu dari keluarga Kanna, anak perempuan bermasalah dan manja yang jelas tidak mirip dengan Kanna atau pun William kecuali rambut pirangnya. Sudah jelas kalau Noah mencari keponakannya yang mana artinya anak bungsu Kanna di rumah itu adalah palsu, dan di sinilah yang asli," kata Louis, mendekatkan dirinya ke Leona seraya mengusap ibu jarinya di pipi sang gadis hingga membuat bintik-bintik di pipi Leona menghilang.
Leona bergidik ngeri ketika melihat Louis tersenyum dan memandang Leona saat mendapati kalau bintik-bintik di wajah sang gadis hanyalah kamuflase dari make up semata.
"Tunjukan dirimu yang sebenarnya," titah Louis.
"Kenapa aku harus melakukannya?" tantang Leona, menatap tajam dan waspada kepada Louis. Tahu sejak awal kalau pria ini adalah orang yang cukup berbahaya.
"Lakukan, setelah melihatnya akan kuputuskan untuk membantu Noah dan dirimu atau menghabisi dirimu di sini sekarang juga," kata Louis yang tersenyum namun tidak dengan nada suaranya yang penuh ancaman.
"Apa alasanmu ingin menghabisiku? Seingatku aku tidak memiliki alasan agar kau mengambil nyawaku. Aku yakin kau tidak akan melakukannya, tidak karena kau kenal baik dengan Noah," ujar Leona tanpa ada rasa takur sedikit pun di matanya.
Louis kini menggerakkan tangannya ke leher sang gadis, menatap gadis itu seperti predator pada mangsanya. Dengan sekali gerakan, Louis mencengkeram leher gadis itu. Bisa ia rasakan detak jantung dari nadi di leher gadis itu. Tangannya yang besar membuat leher gadis itu begitu mudah ia pegang. Berpikir kalau ia bisa mematahkan leher itu hanya dengan sekali tekan.
"Kau tidak akan melakukan. Berhenti menggertakku," kata Leona menatap Louis santai, tak ada rasa takut sedikit pun.
Louis menatap Leona beberapa saat, mengeratkan cengkeramannya di leher sang gadis untuk melihat respon Leona. Namun ia justru menghela napas panjang dan melepaskan cengkeraman tangannya dari leher Leona.
Gadis itu langsung terbatuk-batuk dan memegang leher yang terasa sakit.
"Noah benar-benar harus memperhatikan keponakannya satu ini," gumam Louis, kemudian mendekatkan tubuhnya dan mengelus leher Leona. "Kau ini harus lebih waspada dan takut dengan sekitarmu. Aku dengar kau hampir terbunuh kemarin karena orang yang mengincarmu. Setidaknya lakukan untuk Noah, dia sudah mati-matian mencarimu selama belasan tahun," sambungnya.
Leona terkejut dengan perubahan air muka dan juga nada suara Louis. Ada nada peduli dan juga perhatian dari diri pria yang selama ini selalu mencari keributan dengan Leona setiap kali bertemu.
"Aku ingin melihat kau tanpa penyamaranmu. Setelah itu aku ingin berdiskusi denganmu soal keluargamu dan juga yang harus kau lakukan setelah ini," kata Louis yang tidak terdengar seperti perintah sama sekali.
Louis menyuruh Leona untuk membersihkan diri dan menyiapkan pakaian bersih untuk sang gadis, tentu itu pakaian Louis karena ia tidak punya pakaian perempuan di rumahnya ini.
Tapi sayangnya Louis tidak menduga kalau ia akan mendapati sosok di luar dugaannya. Mata kelabu pria itu menatap Leona yang berjalan masuk kembali ke ruang tamu. Tertawa kecil ketika penyamaran gadis itu ternyata lebih serius dibandingkan yang Louis pikirkan. Ia tidak menyangka kalau perubahannya bisa sedrastis ini hingga rasanya untuk sesaat ia berpikir kalau gadis itu orang yang berbeda dengan ketika dalam samarannya sebagai pria.
"Aku mengerti kenapa Noah memilih kau menyamar menjadi pria. Kutarik lagi ucapanku yang bilang kau tidak mirip sama sekali dengan Kanna," ujar Louis ketika melihat gadis berambut pirang panjang, bermata peridot, dengan tubuh langsing dibalik pakaian yang kebesaran di tubuh gadis itu. Untuk pertama kalinya Louis terkesima dengan seorang perempuan.
Leona berjalan ke arah Louis dan duduk di tak jauh di samping pria itu. "Berhenti menatapku seperti itu. Kau seperti pria tua mesum," celetuknya.
Louis langsung menoyor dahi Leona dengan jarinya dan berkata, "Berhenti mengatakan hal aneh-aneh. Kau harus menjaga mulutmu mulai sekarang. Kau putri seorang CEO terkenal, sebaiknya perhatikan setiap kelakuanmu. Kanna orang yang lemah lembut dan selalu memiliki pandangan baik di mata semua orang."
"Kanna itu ibuku?" tanya Leona seraya mengusap dahinya.
"Ya, dia ibumu. Tanpa perlu tes DNA sekali pun aku percaya kalau kau anak Kanna. Kau seperti fotocopy dirinya dalam versi muda," jawab Louis, memainkan rambut pirang Leona.
"Lalu apa yang ingin kau diskusikan denganku soal keluargaku?" tanya Leona.
"Menikah denganku," jawab Louis langsung.
"Huh?"
Louis tersenyum melihat kebingungan di wajah Leona, dan tertawa kecil ketika melihat sang gadis menatap pria itu dengan tatapan jijik dan beringsut menjauh dari Louis.
Ah, jadi memang benar, pria ini gila, batin Leona.