NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Rumi Mulai Mencari Tahu

Radit tengah serius menatap layar laptopnya. Tiba-tiba, Nayara datang tanpa diundang, berjalan santai ke mejanya. Senyum genit menghiasi wajah Nayara.

"Kamu kelihatan tegang, Dit. Mungkin kamu butuh sedikit penyegaran. Seperti yang pernah kita lakukan di malam itu."

Nayara berjalan ke kursi Radit, lalu dengan santai meletakkan tangannya di bahu Radit.

Radit menegang, tapi dengan cepat menepis tangan Nayara.

"Nayara, tolong jangan seperti itu. Kita di kantor. Kalau memang kedatanganmu tak berkaitan dengan pekerjaan, kamu boleh pulang."

Nayara malah semakin mendekat, tanpa malu menyentuh lengan Radit sekali lagi.

Suaranya genit. Gerakannya menggoda. "Kamu kan CEO yang sibuk, pasti butuh teman yang bisa mengerti. Aku bisa jadi itu, loh."

Radit menghela napas dalam-dalam, mencoba menjaga profesionalisme, tapi jelas terlihat gelisah.

Ia berdiri dengan tegak, menatap Nayara dengan penuh amarah. "Nayara, aku sudah jelaskan, aku punya komitmen lain sekarang. Tolong hormati itu."

Nayara tertawa kecil, menggoda lagi.

"Kita lihat saja nanti. Aku nggak gampang menyerah. Apalagi setelah malam panjang yang kita lewatkan. Aku semakin menyukaimu, Sayang."

Radit menatap ke arah lain, menahan diri untuk tidak menarik rambut Nayara dan menyeretnya sepanjang jalan raya.

Malam itu, Radit duduk sendirian di ruang kerjanya, wajahnya terlihat letih dan bingung.

Nauval mengetuk pintu dan masuk.

"Dit, aku lihat tadi Nayara lagi mondar-mandir di gedung ini. Dia kayaknya sengaja cari-cari kesempatan buat deketin kamu."

Radit menghela napas. Pikirannya menjalar tak tentu arah. "Aku tahu, Val. Aku harus cari cara agar ini nggak makin runyam."

"Kalau boleh saran, jangan hadapi sendirian. Kita bisa siapkan langkah hukum atau proteksi lain."

"Aku nggak bisa menempuh jalur hukum, Val. Aku nggak mau Rumi sampai kepikiran. Dia lagi hamil. Kalau dia sampai kenapa-kenapa, aku nggak tau harus gimana."

Beberapa hari kemudian.

Rumi tertidur lelap, tangan lembutnya memeluk perut yang mulai membuncit. Radit di sebelahnya, tidur tak nyenyak, hingga tiba-tiba ....

Telepon berdering.

Layar menunjukkan sederet nama, Nayara.

Radit membuka mata dengan gelisah. Ia segera bangun dan menjawab di luar kamar agar tak membangunkan Rumi.

"Dit, aku hamil. Anaknya kamu."

Radit seperti tersambar petir. Ia menoleh ke arah pintu kamar. Napasnya tercekat.

"Kamu bohong," jawab Radit dengan suara rendah, tapi tegas.

"Kamu pikir aku main-main? Aku punya hasil tes. Kalau kamu nggak datang ke apartemenku malam ini juga, aku akan kirim semua ke Rumi. Sekarang juga."

Radit menggenggam ponselnya erat. Ia ingin menolak, ingin mengakhiri semua permainan kotor ini. Tapi satu hal yang menguasai pikirannya, Rumi.

"Jangan bawa-bawa Rumi."

"Datang. Atau semuanya akan tahu, termasuk istrimu."

Beberapa saat kemudian, Radit tiba di apartemen Nayara dengan wajah penuh kegelisahan. Nayara membuka pintu dengan gaun tidur tipis, tersenyum seperti pemenang.

"Akhirnya kamu datang juga, Sayang."

"Mana buktinya?" tanya Radit dengan suara dingin dan tajam.

Nayara mengangkat sebuah amplop putih, meletakkannya di meja kaca.

"Tenang aja, semua ada di sini. Tapi sebelum itu, aku pengin ngobrol. Duduk dulu, Radit. Kita nostalgia."

"Kamu tega, Nayara. Kamu licik."

Nayara mendekat, lalu berbisik, "Aku cuma pengin kamu balik ke aku. Kamu milikku dari awal. Dan kamu masih milikku sampai sekarang."

Radit berdiri, matanya berkaca-kaca, tubuhnya menegang.

Pikirannya mendadak kosong saat menatap amplop putih di atas meja kaca. Perasaan takut tiba-tiba datang. Ia takut kehilangan Rumi untuk selamanya. 

Pintu rumah terbuka perlahan. Radit masuk dengan wajah kusut, mata merah, dan langkah berat. Di ruang tengah, Rumi duduk di sofa dengan wajah cemas, tangan memegang perutnya. Ia langsung bangkit saat mendengar suara pintu.

"Mas? Dari mana aja? Kok tiba-tiba pergi dan nggak bilang? Telepon Mas juga nggak aktif. Mas ke mana?" tanya Rumi dengan suara lemah, tapi penuh kegelisahan.

Radit menatap Rumi. Hatinya remuk. Ia ingin bicara. Tapi lidahnya kelu. Sebagai gantinya, ia melangkah mendekat dan langsung memeluk Rumi erat.

Rumi kaget, tapi tetap membalas pelukan dengan sama erat. Ia tahu, Radit sedang tidak baik-baik saja.

"Mas kenapa? Ada apa, Sayang?"

Radit menggeleng pelan. Air matanya jatuh diam-diam.

Radit berkata pelan, hampir seperti bisikan. "Maafin aku."

"Maaf? Buat apa? Mas bikin aku takut."

Radit kembali diam. Ia menatap wajah istrinya, lalu mengecup kening Rumi lama sekali.

"Aku sayang kamu, Rum. Banget ...."

Rumi duduk di ranjang, masih kepikiran. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Tatapan Radit lebih dalam dari biasanya. Sentuhannya lebih hati-hati. Tapi ada satu hal yang mengganggu, rahasia.

"Mas Radit berubah. Ada yang dia sembunyikan. Tapi apa?"

Rumi berdiri di depan cermin sambil mengusap perutnya perlahan. Tatapannya tajam, pikirannya kacau. Radit sudah berangkat kerja pagi tadi—dengan ekspresi yang jelas-jelas menyimpan sesuatu.

"Kalau Mas Radit nggak mau jujur, aku yang akan cari tahu."

...****************...

Rumi berdiri agak jauh dari lobi apartemen yang mewah itu, mengenakan hoodie dan masker. Ia tak sendiri. Ia menyewa taksi online untuk mengantarnya dan menunggu di kejauhan.

Beberapa menit kemudian, ia melihat seseorang keluar dari mobil hitam. Sosok itu ... Radit.

Langkah Radit tergesa. Ia menunduk dan langsung masuk ke lift. Tak lama setelah itu, seorang wanita seksi dengan blazer ketat muncul dari arah berlawanan dan ikut naik ke atas.

Rumi menunduk cepat, hatinya seperti diremas-remas.

"Jadi ini alasan kamu akhir-akhir ini beda, Mas?"

Rumi mematung di balik pilar beton. Dari kejauhan, ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, saat suaminya masuk ke sebuah unit apartemen bersama wanita itu. Wanita yang pernah ia lihat fotonya di ruang kerja Radit, Nayara.

Perutnya seperti ditusuk ribuan jarum. Kakinya gemetar. Tapi bukan hanya karena hamil, melainkan karena batinnya koyak.

"Kamu beneran ngelakuin ini, Mas? Kamu benar-benar khianati aku?"

Dalam perjalanan pulang, Rumi duduk diam. Matanya menatap kosong ke arah jendela. Jemari tangannya terus meremas tisu basah yang tak lagi bisa menyerap air matanya. Supir taksi yang mengantar tak berani bersuara. Seakan aura sedih Rumi terlalu pekat untuk diterobos.

Malam itu, di rumah. Radit pulang dalam keadaan letih dan kacau, tapi berusaha terlihat normal. Begitu membuka pintu, aroma masakan menyeruak. Rumi sedang berada di dapur.

"Sayang, kamu masak malam-malam gini?"

Rumi menoleh. Ia tersenyum kecil, lembut, bahkan terlalu tenang. Padahal hatinya sedang retak.

"Laper tiba-tiba. Bayi kita minta makan malam ini."

"Aku aja yang masak, ya. Kamu duduk diam bareng dedek bayi."

"Nggak apa-apa, Mas. Mas pasti capek. Ini juga hampir jadi."

"Nggak apa-apa, Sayang. Udah, biar aku aja, ya."

Radit mencium kening Rumi perlahan. Tapi kali ini, Rumi tak lagi menutup mata seperti biasanya. Ia hanya diam, menerima tanpa membalas.

"Aku sayang kamu."

Rumi hanya menjawab dengan senyum tipis.

Tapi dalam hati ia berkata, "Kalau Mas beneran sayang, kenapa Mas kembali ke masa lalu itu?"

1
R 💤
Aku juga bingung thor/Sob/
R 💤
Dengerin Nauval dit...
R 💤
Rumi salah, tapi seharusnya kamu juga nguatin dit, jangan nyalahin aja
R 💤
Rumiiii/Sob//Sob//Sob/ hancur sudah dunia Radit Rum /Sob/
R 💤
Ha, aku juga.
R 💤
Jangaaaaaan, Rum ! Dangerous /Sob/
R 💤
Bagus Nauval,, aku bantu doa dari sini
R 💤
semoga Nauval bisa mengatasi Bu Widya deh
Muliana
Taman belakang rumah sakit, tampak sepi??
Muliana
Namanya juga maut, walaupun Rumi tak membawa Leo keluar, mungkin sesuatu juga akan terjadi. Bisa saja kan?
riniasyifa
so sweet/Kiss/
riniasyifa
dasar reva/Curse/
Risfani Nur
sabar banget, benar2 lugu anaknya suka aku sama karakternya
Risfani Nur
menantikan banget part dimana Radit bucin, mampir di ceritaku juga Thor judul Peliharaan Kesayangan by citveyy
Kara
mohon maap pak, bapak lebih merepotkan. mau langsung suntik pindah alam? gratis lho pak
Kara
bantuin juga nov 😁
Kara
reva kalau lihat ini kira" meradang gak ya😁
Kara
bangetnya mana? 🤪
Kara
ya udah ma, biar radit hidup bahagia sama istrinya
NurAzizah504: sulit sekali kayaknya buat si mama
total 1 replies
Kara
klo bisa ya bahagia bareng dit 😌
NurAzizah504: iyaa, suka duka maunya bareng terus
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!