Seorang gadis yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dikenalnya demi melunasi hutang keluarganya.
Tapi karena sifatnya yang tidak mau diatur, tepat di hari pernikahannya dia memutuskan untuk kabur dan menemui kekasihnya.
Namun apa yang terjadi? Di apartemen, kekasihnya sedang memadu kasih dengan adik tirinya.
Hatinya hancur melihat pengkhianatan di depan matanya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui perjodohan itu. Dan ternyata eh ternyata laki laki yang menikahinya adalah bosnya sendiri di kantor yang terkenal dingin angkuh dan rumornya tidak menyukai wanita.
Nah untuk mengetahui kisah selanjutnya, ikuti di novel terbaruku yang berjudul " My Husband My Bos"
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part : 9 ( mulai berdamai)
Hari ini adalah hari kedua Emely bekerja sebagai sekertarisnya Ardan.
" Emely, sarapan dulu yuk. Mama sudah siapkan makanan yang pasti kamu suka" Ucap Sandra sambil membantu asisten rumah tangganya menyiapkan makanan di meja makan.
Emely masih ribet dengan berkas berkasnya dan belum sempat dandan tapi jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat.
" Aduh ma, Emely terlambat lo. Mana arsip yang harus aku kerjakan salah lagi, gimana dong ma? " Rengek Emely sambil membolak mbalik lembaran lembaran berkas yang ada di pangkuannya.
Sandra hanya tersenyum dan mendekati Emely " Apa Ardan menyusahkanmu? "
" Hah, apa maksud mama? Mama kenal baik dengan bos menyebalkan itu? "
Sandra pun terkekeh kecil " Jadi dia bikin kamu susah, ehm serahkan sama mama. Ambilkan ponsel mama di kamar biar mama telp dia dan membereskannya, percaya sama mama".
Emely sebenarnya masih bingung tapi dia tidak akan membantah permintaan mama mertuanya. Dia pun beranjak dan berjalan ke arah kamar mamanya untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
Setelah berhasil mengambilkan ponsel mertuanya, Emely kembali duduk di kursinya sambil terus memilih milih lembaran lembaran kertas yang berada di pangkuannya.
" Aduh, yang mana ya urutannya. Hahh pasti bos akan marah marah ini nanti, mana ada pertemuan penting lagi" Gumamnya sendiri dalam hati.
Tak lama kemudian Hansen datang untuk menjemput Emely.
" Selamat pagi nyonya Sandra, nona muda" Ucap Hansen sambil sedikit membungkukkan punggungnya.
" Pagi Hansen, ayo kita sarapan dulu mama sudah sajikan sarapan banyak nih" Ucap Sandra sambil menarik tempat duduk untuk Hansen.
Dengan senang hati Hansen pun mengiyakan tawaran nyonya nya itu dan sarapan bersama sebelum berangkat bekerja.
Setelah beberapa saat mereka sarapan dan akhirnya berangkat ke kantor.
Emely sudah siap dengan laporan, serta berkas berkasnya. Dia berjalan memasuki ruangan Ardan untuk meminta tanda tangannya.
Ceklek
" Bos ini harus ditandatangani sekarang juga" Ucap Emely sedikit ragu ragu.
Ardan mengambil berkas tersebut dan sesekali menatap wajah gadis yang berdiri di depannya.
" Kamu kenapa? " Tanya Ardan dingin.
Emely menggeleng perlahan. Ardan meletakkan penanya di atas meja kemudian menatap Emely yang salah tingkah.
" Mendekatlah " Ucap Ardan yang membuat Emely terperanjat.
" Aduh, pasti bos sudah tahu aku salah membuat proposalnya " Batinnya sambil berjalan melangkah ke samping tempat duduk Ardan dengan kepala tertunduk dan kedua tangan saling meremas.
Ardan menatap Emely dengan tajam " Kamu tahu di mana kesalahanmu? ".
" I iya bos a aku yang salah maaf bos"
" Oke, sekarang kamu harus menebus kesalahanmu"
" Baik bos aku terima semua hukumannya bos" Jawab Emely tanpa perlawanan.
Ardan merebahkan tubuhnya di sandaran kursi dan memutarnya menghadap ke arah Emely yang berdiri di sisinya " Kamu harus menjadi asisten pribadiku selama satu minggu.
" Tapi bos! "
" Tidak ada tapi tapian, menolak berarti siap angkat kaki dari perusahaan ini"
Emely mendengus kesal dan menerimanya dengan sangat terpaksa " Apa tidak ada hukuman lain bos? ".
Ardan menatap Emely dengan buas membuat gadis itu sedikit bergetar hingga akhirnya menyerah.
" Baik bos" Jawab Emely lirih.
Ardan tersenyum puas di dalam hatinya karena berhasil mengerjainya. Padahal semua laporan itu benar bahkan sempurna tapi karena Hansen menceritakan semua kejadian tadi pagi yang katanya takut kalau bosnya marah membuat Ardan penasaran apakah gadis itu akan tetap galak ketika dia ketahuan telah berbuat salah. Sungguh di luar prediksi, ternyata Emely mau mengakui kesalahannya bukannya membantahnya. Jadi menjadi asistennya merupakan hukuman yang sudah dia siapkan yang paling ringan.
" Setelah tidak ada yang perlu aku lakukan, sebaiknya aku melanjutkan pekerjaanku"
Ardan kembali menatap Emely setelah membubuhkan tanda tangannya " Apa! Siapa bilang kamu boleh pergi! ".
Emely melotot dengan tajam " Dasar sialan, awas ya " Batinnya.
Ardan menarik nafas panjang kemudian beranjak dan berjalan ke arah Emely yang terus berjalan mundur " Hukuman baru dimulai nona tengil! "
" A apa apa maksudmu bos? " Tanya Emely sambil terus berjalan mundur hingga mentok di dinding yang dingin. Emely berusaha mendorong dada Ardan namun Ardan mencekal kedua tangan Emely hingga tidak bisa berbuat apa apa. Ardan mendekatkan wajahnya membuat jarak keduanya sangat dekat.
" Kau kau mau apa bos! Aku bisa saja berteriak dan membuatmu masuk penjara karena memperkosa seorang gadis di kantornya " Ucap Emely yang membuat Ardan terkekeh dan terus menekannya hingga dada mereka bersentuhan.
" Bos, jangan keterlaluan kamu, ach!" Sekuat tenaga Emely berusaha mendorong tu ih Ardan tapi tidak mampu menandingi kekuatan otot otot kekar Ardan.
Ceklek
" Bos, apa yang kalian lakukan? " Tanya Hansen yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.
Ardan dan Emely menoleh pada, Ardan bersamaan.
Ardan pun melepaskan Emely yang mulai sesak karena terlalu ditekan oleh tubuh Ardan.
" Nona, anda tidak apa apa? " Dengan sigap Hansen menolong Emely dan memegangi kedua pundak gadis itu.
" Hansen, kamu jangan salah paham? Tolong rahasiakan ini, sungguh aku tidak ada hubungan apa apa dengan dia. Dia yang hendak melecehkanku".
Hansen terperangah dan menoleh pada Ardan yang ikut terperangah dengan kesaksian Emely.
" Hei! Kamu bilang apa! " Gertak Ardan yang kesabarannya setipis tisu.
Hansen menghela nafasnya dalam dalam kemudian menatap Ardan dengan kode mata namun Ardan sama sekali tidak bisa mengerti dengan kode yang Hansen berikan.
" Astaga bos, kenapa tidak paham sih, ah elah" Cerutu Hansen lirih.
" Hansen ayo kita keluar dari tempat ini. Sumpah Hansen baru dua hari aku bekerja di sini rasanya sudah stres, kalau lama lama benar benar bisa gila".
Hansen menatap kedua netra yang berada di depannya " Nona muda bersabarlah? Nanti juga akan terbiasa ".
" Tapi untuk apa Hansen? Untuk suami yang tak pernah datang kepadaku? Suamiku yang selalu mengabaikanku? Aku sudah gak kuat Hansen. Sungguh aku sudah tidak sanggup lagi " Emely pergi sambil menahan air matanya yang mau jatuh.
Hansen terdiam dan menatap Ardan membuat Ardan ikut melotot tajam sambil menunjuk pada dirinya sendiri lalu Hansen mengangguk.
Dengan mendengus kesal Ardan pun berjalan mengejar Emely yang terus berjalan hingga ke halaman belakang gedung besar dan megah itu.
Emely sadar ada seseorang yang mengikutinya, kemudian dia berhenti berjalan dan menoleh ke belakang " Kenapa kamu mengikutiku"
Ardan terkekeh dan berjalan mendekati Emely yang mematung sambil mengusap pipinya yang sudah mulai basah oleh air matanya.
" Jadi suamimu tidak perduli padamu? "
Emely menunduk dan mengangguk dengan berat.
Ardan kembali tertawa yang membuat Emely semakin merasakan perih di hatinya. Diapun menimpuk dada Ardan dengan tangannya
" Dasar brengsek, kenapa kamu tega kepadaku! Apa salahku! hiks hiks hiks"
Dan Emely pun menjatuhkan dirinya di dalam pelukan Ardan. Ardan terdiam sejenak kemudian mengusap lembut punggung dan kepala Emely.
Hiks hiks hiks
Emely terus menangis di dalam dekapan bosnya. Tanpa sadar Ardan pun membalasnya dengan pelukan hangat dan menenangkan.
Hansen melihatnya dari kejauhan dan segera mengambil ponselnya untuk merekam kemudian mengirimkannya kepada Sandra. Tentu saja Sandra sangat senang dan bonus akan segera masuk ke rekening Hansen yang ikut senyum senyum sendiri.
" Emely, bersiaplah kamu akan ikut pertemuan dengan klien penting! " Ucap Ardan tiba tiba yang membuat Emely tersadar kemudian menarik tubuhnya dan mengusap wajahnya yang sembab dan basah.