Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Ma." panggil Alena.
"Hm??" sahut Ibu Alena sambil menyeka keringat di pelipisnya.
Mereka berjalan santai, meski udara pagi ini sejuk, tetap saja keringat mengucur di tubuh Ibu Alena.
"Mama nggak kenapa-napa kan?"
Ibu Alena tersenyum dan menoleh pada Alena.
"Kalau hari ini Mama baik-baik aja, Nak. Kalau kemarin wah lumayan sakitnya."
Alena berjalan sambil menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu.
"Mama harus sembuh, ya." pinta Alena.
"Iya, Mama pasti sembuh total setelah ini, nggak akan sakit lagi."
'Deg'
Jantung Alena bagai ditembus anak panah.
"Maafin Mama ya, kamu akhir-akhir ini sering khawatir gara-gara Mama." lanjutnya.
Alena menitikkan air mata, tubuhnya mulai gemetaran, Ibu Alena heran merasakan tubuh anaknya yang gemetar.
"Len?" panggil Ibu Alena.
Alena menghentikan langkahnya, ia menatap Ibunya.
"Ma, Janji ke Alena. Mama bakal sembuh dan bakalan ada terus buat Alena." pinta Alena, ia menatap dalam manik mata Ibunya.
Ibu Alena tersenyum, kemudian ia mengangguk.
"Mama janji nggak bakal bikin kamu khawatir lagi."
Alena terlihat kurang puas dengan janji yang diucapkan Ibunya.
"Eh, Mama udah capek nih. Pulang aja yuk." ajak Ibu Alena.
Alena pun mengangguk, ia menggandeng tangan Ibunya selama perjalanan pulang.
"Dari mana?" tanya Ahen yang baru saja keluar dari kamar.
"Kami habis jalan-jalan pagi, udara Subuh itu segar dan sejuk. Mama suka." jawab Ibu Alena. Sementara itu Alena hanya diam saja.
"Kamu nggak kerja, Len?" tanya Ibu Alena.
"Biarin libur dulu, Ma. Buat nemenin Mama di rumah." jawab Ahen, Alena pun mengangguk setuju.
"Ya sudah, biasanya anak ini selalu gila kerja. Sakit pun di terabas." ungkap Ibu Alena sambil tertawa kecil.
"Mama lihat di belakang ada halaman dan banyak bunga, Mama mau kesana."
Alena menoleh pada Ahen, Ahen diam sejenak.
"Boleh, Ma. Ayo, Ahen anter."
Ahen menuntun Ibu Alena untuk pergi ke halaman belakang. Alena keheranan melihat hal itu, bahkan dirinya saja dilarang keras pergi ke sana.
"Nyonya." panggilan Bi Mia mengejutkan Alena.
"Iya, Bi. Kenapa?"
"Nyonya kenapa? Saya perhatikan Nyonya seperti sedang memikirkan sesuatu."
Alena hanya tersenyum hambar dan sangat terlihat dipaksa.
"Nggak apa-apa, kok. Capek aja tadi. Aku minta tolong bikinin jus apel, ya."
"Siap, Nyonya."
Alena pun pergi ke kamar Ahen dan menyambar handuk, setelah itu ia membersihkan diri di kamar mandi. Alena menyalakan shower, bersamaan dengan butiran air yang membasahi tubuhnya, Alena menangis tanpa suara. Sesak menyerang dada, tapi tangisnya tidak ujung reda bahkan Alena sampai kesulitan bernapas karena menahan sakit itu.
"Mama...." lirihnya.
Alena terduduk di lantai dengan air shower yang masih menghujaninya, ia mengepalkan tangannya dan memukul lantai beberapa kali. Aneh, sakitnya pukulan itu tidak ada apa-apanya ketimbang sesak di dadanya.
"Kenapa harus Mama?" lirihnya lagi.
Alena berteriak tanpa suara dan kembali menangis, ia menangis sampai puas hingga matanya agak membengkak. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan mulai menenangkan diri agar tidak ada yang tahu bahwa dia habis menangis gila-gilaan.
"Nyonya."
'Tok tok tok'
"Iya, Bi." sahut Alena tanpa membuka pintu.
"Sarapan dan jus Apel permintaan Nyonya sudah siap. Ibu Nyonya dan Tuan menunggu di meja makan." ucap Bi Mia dari luar kamar Ahen.
"Iya, sebentar lagi aku kesana."
Alena memoles wajahnya dengan make-up agak tebal dengan tujuan menghilangkan jejak tangisannya. Setelah selesai, ia langsung menyusul suami dan Ibunya.
"Wah, tumben make-up?" tanya Ibu Alena saat melihat anaknya itu berdandan tebal.
"Lagi pengen, Ma. Kan Mama yang ngajarin." jawab Alena, ia kemudian duduk di samping Ibunya.
"Pinter. Oh iya, duduk di samping suami kamu loh sana."
Alena menggeleng, ia menolak.
"Lagi pengen sama Mama."
"Alena..." Ibu Alena menatap tajam pada Alena.
"Hufft" Alena menghela napas, ia pun menurut dan duduk di samping suaminya.
"Mama, tidak perlu dipaksa kok. Alena mungkin kangen sama Mama." ucap Ahen.
"Sudah 32 tahun Alena di dekat Mama, sekarang gantian, harus nempel sama suaminya." tutur Ibu Alena sambil tersenyum, Alena ikut tersenyum menahan perih di dadanya.
****************
Malam harinya...
Alena sedang merengek ingin tidur dengan Ibunya, tetapi Ibunya memarahinya.
"Ayolah, Ma." bujuk Alena.
"Len, tidur sama suami kamu. Lagian aneh banget kamu ini, masa tidur sama Mama terus. Suami kamu juga butuh kamu."
Alena bersimpuh dan berlutut, bahkan sampai bergelayut di kaki Ibunya.
"Ayolah, Ma. Aku tidur sama Mama ya. Please!" rengek Alena.
"Kalau suami kamu lebih milih tidur sama Ibunya terus kamu disuruh tidur sendirian dan itu berkali-kali, gimana hati kamu?" tanya Ibu Alena.
"Ya nggak apa-apa, kan Ibunya."
Ibu Alena menganga mendengar jawaban anaknya, ia menepuk jidatnya pelan.
"Astaga."
"Ayolah, Ma. Kali ini aja, hiks." Akhirnya tangis Alena pecah.
"Alena, kamu jangan egois jadi Istri. Kewajibanmu saat ini harus taat sama suamimu, kamu sudah jadi hak milik suamimu."
"Tapi Mas Ahen ngizinin aku tidur sama Mama, kok."
"Itu cuma mulutnya, hatinya lain. Kalau kamu maksa tidur sama Mama malam ini, Mama pergi dari sini sekarang juga."
"Mama nggak seru ih ngancem gitu."
"Pilih salah satu, Mama pergi sekarang atau kamu tidur di kamar kamu sama suami kamu."
Alena menyeka air matanya, dengan berat hati ia pun memilih pilihan kedua.
"Ya udah, aku tidur di kamarku. Tapi Mama nggak boleh pergi ninggalin aku."
Ibu Alena membantu Alena berdiri.
"Keras kepala. Udah, sana ke kamarmu. Istirahat yang cukup."
Alena mengangguk, ia secara tiba-tiba memeluk erat Ibunya, Ibu Alena tersenyum dan membalas pelukan Alena.
"Aku sayang Mama."
"Mama juga sayang kamu." Ibu Alena mencium kening Alena dengan penuh kasih sayang.
"Udah sana. Suami kamu jangan sering di anggurin."
Alena mengangguk, ia pun pergi dari kamar itu.
'Tok tok tok' Alena mengetuk pintu kamar Ahen. Ahen pun membukakan pintu dan mendapati Alena berdiri di depan kamarnya dengan mata yang masih basah karena air mata.
Ahen pun menyuruh Alena masuk.
Alena berdiri di depan jendela, ia menatap langit malam yang begitu mendung malam ini, tidak ada satupun bintang yang menghiasinya. Ahen tidak bertanya apapun, ia kembali duduk di tempat tidur dan berselonjor lalu mengambil laptop dan melanjutkan pekerjaannya.
Ahen tiba-tiba penasaran dan mengalihkan padangannya dari laptop, ia memandangi punggung Alena yang sepertinya bergetar, Ahen terkejut saat tiba-tiba Alena terduduk di lantai sambil memukuli lantai beberapa kali.
Ahen meletakkan laptopnya di meja di samping tempat tidurnya, ia menghampiri Alena.
"Alena, kenapa?" tanya Ahen.
Alena tidak menjawab, ia hanya menangis dengan suara pelan. Ahen berjongkong disamping Alena.
"Ada apa?" tanya Ahen lagi.
Alena menoleh pada Arga, mata Alena sudah merah dan banjir air mata, wajahnya pun memerah. Ingus? Jangan di tanya, ingus turut andil menghiasi wajah Alena saat ini.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️