Arabela, terpaksa harus berlapang hati menerima kenyataan pahit. Perempuan cantik itu harus rela meninggalkan sang kekasih demi menuruti perintah keluarga untuk menikah dengan kakak ipar nya sendiri.
Adila, kakak kandung Arabela meninggal karena melahirkan seorang putri, hingga keluarga memutuskan untuk menikahkan arabela dengan Vano Herlambang,
bagaimana kisah Arabela dengan Vano? apakah mereka menemukan kebahagiaan atau sebaliknya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retmiduski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18. Rumah Adila bukan Arabela
Ara di kagetkan dengan suara bik Sumi yang sedikit berteriak " mbak , ada orang tua mbak di bawah " dengan spontan Ara yang lagi menggendong Alana langsung berdiri namun bingung harus ngapain karena jika papa mama nya naik lantai dua dan masuk kamar. Maka mereka akan tahu jika selama ini Ara dan Vano tidur pisah kamar.
" Loh loh kok mbak malah bengong dan masuk kamar mandi " ujar bik Sumi melihat majikannya tersebut menuju kamar mandi sambil mengendong Alana
" Oo ya, aduh bik gimana ini, mama papa akan tahu jika aku dan mas Vano pisah kamar dan....."
"Araaaa araa......" Terdengar sahutan mama Ajeng di depan lift
" Ha" mama bik" Ara panik dengan kondisi saat ini
" Ya udah mbak, sekarang keluar dulu sama non Alana , nanti semua baju dan barang nya mbak biar bibik yang pindahan ke kamar utama, ayok mbak cepat sebelum terlambat" ucap buk Sumi dengan logat Jawa yang kental ,
" Ide bik Sumi mantul makasih bik " Ara tergesa gesa keluar kamar
" Mamaaaaaaa" ujar Ara memanggil Ajeng yang di depan pintu kamar utama yang sedang terbuka lebar
" Nah Ara, ya Allah nak mama rindu kamu ' kedua ibu dan anak tersebut berpelukan dengan erat
" Wah cucu Oma, cantik lucu sekali MasyaAllah" Ajeng kini fokus kepada Alana sang cucu
" Papa mama mah? " Tanya Ara
" Di bawah nak lagi ngobrol sama bara " kebetulan bara belum pulang dari kediaman Vano dan Ara
" Oo ya udah yok mah, Ara rindu papah " alasan yang di jadikan Ara untuk ke bawah karena jika masih di lantai atas maka bik Sumi tidak akan bisa melaksanakan tugasnya dengan baik
" OOO iya mama sampai lupa, ayok sayang" tentu Ara dengan penuh senyuman menjawab ajakan mama nya
" Papah " Ara langsung berhamburan seperti anak esempe kepada pak Roy.
" Ckckck kamu itu sudah punya suami , ngak malu apa sama suami kamu " ujar pak Roy melirik Vano yang sedang duduk di sebelah bara .
Vano sedikit tersenyum samar, sangat sulit untuk mengetahui jika saat ini dia tersenyum atau bukan namun Bara mengetahui hal tersebut. Vano tersenyum, Dila dan Ara memang sangat berbeda meskipun lahir di rahim yang sama. Jika Ara adalah anak manja namun tidak dengan dila, anak sulung nya itu seperti memperlihatkan kalau dia sudah memiliki suami dan tidak perlu lagi bermanja-manja dengan sang papa mungkin karena anak pertama .
" Kalau mau senyum, ya senyum aja sih kak. Ingat loh aku bisa saja merebut nya dari kakak "Bara berbisik di telinga Vano, seketika wajah sangar Vano muncul seperti ingin memakan Bara adik nya.
" Maaf maaf becanda" ujar Bara kemudian
" Maaf ya nak Vano, Ara ini menang sifat nya manja tapi meskipun begitu, kemandirian nya jangan di tanya, dia bahkan selalu merasa mampu sendiri melewati apa pun itu ' ucap pak Roy sambil mengusap rambut anak perempuan nya
" Iya pa, saya tahu itu" tentu Vano tahu apa lagi tiga bulan terakhir sebelum Adila meninggal. Semua tentang Ara tidak pernah terlewatkan oleh istri nya itu untuk bercerita kepada nya. Sekarang Vano baru paham tujuan dan maksud Dila dulu, tetapi entah kenapa hati Vano masih belum bisa menerima Ara adik iparnya sendiri yang sekarang menjadi istrinya, ibu dari anak nya Alana.
" Sekarang saya baru tahu, kedua putri om dan tabnte Cantik cantik rupanya di turunkan dari gen kedua orang tuanya yang tampan dan cantik " sela Bara yang membuat kedua orang tua tersebut tertawa bahagia , Bara memang selalu bisa mengambil hati orang lain .
" Hahah nak bara tahu aja ya kan pa?" Jawab buk Ajeng
" Kok bisa ya Vano punya adik Bara , suka bikin suasana berubah kriyuk kriyuk" ujar pak Roy yang sebenarnya orang nya humble dan suka humoris
" Seharus nya ucapan om tu gini kok bisa ya Bara punya kaka mas Vano , beda banget soalnya hahaha satu tampan satu ganteng bedanya satu humoris satu kaku kayak ice di kutub wkwkw becanda peace" ujar Bara mangacukan dua jari bertanda peace ke pada Vano
" Hahaha kamu paling pintar bikin orang naik darah ya bar " celetuk Ara
" Hahaha aku ngak ikutan lagi deh, ya udah om Tante aku pamit ya, soalnya tadi mama papa mintak makan malam di rumah " Bara pamit untuk pulang ke kediaman utama mereka
" Mas, Kaka iparrr adek ganteng pamit ya bye " ujar nya sambil cengengesan
" Ada ada aja sih bara ya Ra, lucu tahu " puji Ajeng setelah bara menghilang di hadapan mereka
" Kolam ikan nya masih ada Van?" Tanya Roy , memang Roy dan Ajeng sudah beberapa kali ke rumah ini tentu saja seluk beluk kediaman ini hafal oleh Roy
" Masih kok pa, papa mau lihat ?" Tawar Vano kepada papa mertua mu nya tersebut
" Boleh , ayok " kini tinggal lah Ara dan buk Ajeng di ruang keluarga. Alana yang telah tertidur di kasur mungil nya yang bisa di Bawak kemana pun pergi
" Ra, mama rasa ada yang aneh di rumah ini " ucap Ajeng setelah Roy dan Vano pergi ke belakang untuk melihat ikan ikan tersebut
" Maksud mama aneh gimana? Ngak ada yang aneh kok ma, semua nya berjalan lancar seperti biasa " ujar Ara bingung dan berbohong dengan jawabannya
" Kenapa kediaman ini tidak ada satu pun photo kamu nak? Malah photo Dila masih memenuhi rumah besar ini, bahkan terakhir mama ke sini photo Dila tidak lah sebanyak ini " Ajeng tahu betul mana photo yang baru di pajang maupun yang sudah lama
" Bahkan photo yang baru di pajang jumlahnya dua kali lipat di banding kan terakhir mama kesini dulu. Ada apa nak? Adakah yang kamu sembunyikan dari mama dan papa ?" Sambung Ajeng kepada Ara, hatinya tidak lagi baik baik saja melihat anak satu satunya seperti tidak bahagia di dalam rumah nya sendiri
Ini rumah nya tapi tidak ada satu pun photonya yang terpanjang. Semua nya photo wanita lain meskipun wanita lain tersebut adalah kakak kandung nya sendiri, istri pertama suami nya namun hati perempuan mana yang tidak sakit jika begini keadaan nya
" Karena ini rumah nya mbak Dila ma, rumah nya Alana bukan rumah Ara . Lagi pula sebentar lagi Alana akan tumbuh besar, dengan melihat semua photo mama kandung nya , Alana akan tahu bagaimana mama nya di cintai dan di sayangi meskipun sudah meninggal dunia " ujar Ara dengan tegas tentu menahan air mata Yang ingin jatuh
Tanpa dua wanita beda generasi tersebut tahu ada sepasang mata yang dari tadi mengintai serta sepasang telinga yang mendengar obrolan mereka " Ekhmmm " deheman seseorang
" Vano "