Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini dan ibu tirinya.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
ikuti terus Kisah Eliza, jangan lupa like dan vote sebanyak-banyaknya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Sisi lain Eliza
Sesuai janjinya, Raiyan menjemput Eliza ketika jam makan siang, mereka meluncur ke rumah makan lesehan milik paman Udi. Begitu sampai di sana mereka langsung menuju dapur untuk menyapa pemilik tempat itu.
"Mau makan apa?" tanya bibi Ema pada pasangan pengantin baru itu.
"Nila bakar saja Bi, Kamu mau makan apa?" tanya Eliza pada Raiyan, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Eliza.
"Mau makan Kamu aja,El." Eliza merinding seketika karena hembusan napas Raiyan di telinganya, untung bibi Ema tak dengar apa yang Raiyan ucapkan. Eliza mencubit kecil perut Raiyan.
"Aw!" Pekik Raiyan lebay dan mencuri perhatian bibi Ema.
"Eliza Bi, Dia melakukan KDRT." ucap Raiyan tanpa ditanya, bibi Ema hanya menggelengkan kepala sambil menyunggingkan senyum.
"Bibi perlu tambahan pekerja lagi nggak? Aku siap membantu mengantarkan pesanan-pesanan ini kalau Bibi membutuhkan tenaga tambahan" tawar Raiyan pada bibi Ema
"Terimakasih, tapi hari ini Kalian cukup datang sebagai pelanggan saja ya, lagi pula sekarang Kamu itu sudah jadi suami Eliza, kasihan Eliza kalau kamu dilirik cewek-cewek cantik di sana." Bibi Ema menunjuk ke meja yang ditempati gadis-hadis belia.
"Jadi silahkan pilih meja dan tunggu makanannya datang, oke? Satu lagi, jangan suka tebar pesona, ingat, Kamu sudah berstatus suami orang." bibi Ema mendorong tubuh Raiyan pelan agar pria itu segera mengikuti Eliza. Ia menurut saja, entah kenapa hatinya senang ketika bibi Ema mengakui statusnya sebagai suami Eliza.
"Bibi Kamu baik ya. Kamu beruntung punya mereka yang tulus menyayangimu, El."Raiyan mengambil tempat di depan Eliza.
"Kamu benar, sejak ikut mereka dari dua puluh tahun yang lalu, tak sekali pun mereka berlaku buruk padaku." Eliza memainkan tisu yang ada di tangannya.
"Maaf kalau Aku lancang bertanya, apakah dua puluh tahun yang lalu Kau menjadi yatim piatu?" Raiyan menyelami tatapan Eliza, menyelidik adakah semburat kesedihan di sana.
"Iya, waktu itu Aku, ayah dan ibu dalam perjalanan pulang dari piknik di pantai, tiba-tiba rem mobil kami blong dan sebuah truk yang datang dari simpang tak bisa kami hindari, akhirnya kecelakaan itu terjadi dan orangtuaku tak bisa diselamatkan." Raiyan mengusap pipi Eliza yang basah, Eliza pikir dia akan tegar menceritakan kisah pahit itu pada Raiyan, tapi nyatanya luka karena kematian adalah luka yang tak akan pernah bisa diobati.
"Aku sempat trauma naik mobil, dan sampai sekarang, Aku membenci pantai. Penyesalanku tentang hari itu masih terasa hingga sekarang, Raiy." Kini pundak Eliza terguncang hebat, Raiyan menepuk-nepuk pundak Eliza,menyalurkan sedikit kekuatan agar Eliza tahu bahwa kini dia tak sendiri, ada Raiyan yang siap menjadi tempat berbagi jika Eliza membutuhkannya.
"Kalau saja hari itu ayah tidak menepati janjinya padaku untuk piknik ke pantai, kalau saja hari itu Aku tak merengek ingin piknik di pantai, mungkin saat ini mereka masih ada bersamaku Raiy, mungkin ayah akan jadi garda terdepan saat Aizel memutuskan pertunangan kami, mungkin ibu akan mengajariku cara berdandan dan memakai pakaian yang semestinya, mungkin--"
"Eliza... Terlepas dari semua kemungkinan yang Kau katakan tadi, Kita harus ingat bahwa ini semua adalah takdir, ayah dan ibumu hanya bisa menemanimu sampai Kau berusia lima tahun, itulah janji yang sudah Tuhan tetapkan," potong Raiyan, kini ia tahu serapuh apa wanita yang ada di depannya.
"Ini semua di luar kendalimu, Kau adalah orang yang paling terluka di sini, Kau harus menyembuhkan luka fisik dari kecelakaan sekaligus luka batin yang sampai saat ini masih terasa, jadi berhenti menyalahkan dirimu, El." Raiyan merasa iba pada Eliza, berada dalam dunia yang kejam tanpa dampingan orangtua tentu membuatnya harus berdiri tegap demi melindungi dirinya sendiri.
Raiyan masih lebih baik karena walau tanpa dampingan ibu kandungnya, ia masih dapat melihat wajah itu jika sedang rindu, ia masih bisa memeluk, mencium dan mengajak ibunya bicara.
Sementara Eliza tak bisa melakukan semua itu, ia hanya mampu mengunjungi pusara orangtuanya di setiap hari penting dalam hidupnya, bahkan jika Eliza merasakan luka, ia harus segera sembuh untuk tetap melanjutkan hidup.
Tak ada hari untuknya berleha-leha, dulu bagi Eliza selain bekerja untuk bertahan hidup, ia juga bekerja agar bisa lari dari kesedihannya, Eliza pikir dengan sibuk bekerja ia akan lupa,kesedihannya akan hilang, nyatanya setiap malam datang ia masih saja menangis sambil memeluk figura ayah dan ibunya.
Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pria yang membuat hatinya bergetar dan membuat jantungnya lebih berdebar, Aizel selalu memberikan perhatiannya pada Eliza, Aizel juga selalu ada setiap Eliza dalam kesulitan, hubungan mereka yang berawal dari teman, berubah menjadi sepasang kekasih.
Hubungan yang berjalan selama lima tahun itu sangat jarang diwarnai dengan kesalahpahaman, yang mereka lakukan setiap hari adalah saling memupuk kepercayaan dan komitmen untuk hidup bersama.
jika pun ada kesalahpahaman, mereka akan sama-sama introspeksi diri lalu saling memaafkan. Namun saat sudah bertunangan dan hampir menikah, Aizel memutuskan hubungan itu dengan alasan sudah jatuh cinta pada orang ketiga.
Hati wanita mana yang tak hancur jika berada di posisi Eliza? Jika di dunia ini Eliza hanya seorang diri, mungkin ia akan berpikir pendek dengan menyusul kedua orangtuanya, untungnya Eliza memiliki paman Udi dan bibi Ema yang memperlakukannya seperti anak sendiri.
Setelah puas dengan tangisnya, Eliza merasa dadanya lebih lapang, bebannya jadi sedikit ringan. Raiyan adalah orang pertama yang melihat sisi rapuhnya, karena waktu bersama Aizel, lelaki itu hanya melihat sisi tegar Eliza yang selalu berusaha mandiri, hal itu juga yang membuatnya jatuh cinta pada Eliza.