Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.
Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.
Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.
Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.
Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Mansion
Mansion keluarga Jang tampak lebih sunyi dari biasanya ketika rombongan kembali. Langit sore menggantung kelabu, seolah ikut menyimpan sesuatu yang tidak terucapkan. Raju melangkah di belakang Ki Young, diam dan sedikit tertinggal, tubuhnya masih terasa berat setelah menghadapi tatapan Kakek Jang, tatapan yang seolah dapat menembus lapisan terdalam pikirannya.
Istri-istri lain sudah menunggu di ruang utama. Mereka berdiri ketika Ki Young muncul, namun pandangan mereka segera beralih ke Raju.
Min Seo Rin yang paling dulu maju. “Kau terlihat pucat, Mrs Jang… apa yang terjadi di sana?”
Han Eun Bi mengangguk pelan, wajahnya memancarkan kecemasan yang jujur. “Kami dengar benteng Ketua Jang… tidak ramah untuk orang luar.”
Choi Da Hee juga memperhatikan dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Kau dipanggil langsung oleh Ketua Jang. Itu bukan hal kecil.”
Di belakang mereka, dua pendamping Kang Eun Chae dan Baek Yu Mi hanya mengamati dari jauh, jelas ingin tahu. Raju membuka mulut, namun sebelum kata apa pun sempat keluar, Jang Ki Young menjawab, suaranya datar dan tegas.
“Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan.”
Min Seo Rin mengerutkan kening. “Tapi..”
“Aku bilang tidak ada.” Ki Young menyapu ruangan dengan tatapan tajam. “Yang perlu kalian ingat hanya satu, jangan bertanya terlalu jauh tentang apa yang terjadi di benteng itu.”
Para istri langsung saling pandang, tidak berani membantah.
Raju menunduk. Ia tidak keberatan mereka tahu. Sejujurnya, ia pun ingin mengerti apa sebenarnya yang diinginkan semua orang darinya, namun Ki Young jelas tidak ingin topik itu dibahas.
Choi Da Hee melangkah maju sedikit. “Kalau begitu, bolehkah kita tahu… bagaimana dengan Jin Hwa?”
Ki Young berhenti di tengah ruangan. Atmosfer langsung berubah tegang.
Semua orang menahan napas.
Akhirnya, dengan suara rendah dan sangat tenang, Ki Young menjawab “Jin Hwa… tidak akan kembali ke ruangan kalian.”
Min Seo Rin langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, syok. Eun Bi menatap tajam namun tidak berkata apa-apa. Pendamping lain meneguk ludah.
Sementara Da Hee memelototkan mata, meski cepat-cepat menyembunyikannya. “Berarti dia benar-benar..”
“Dia melakukan tindakan yang tidak bisa dibiarkan.” Ki Young memotong cepat. “Mengkhianati keluarga Jang adalah hal terakhir yang harus dilakukan siapa pun dari kalian yang sudah bosan hidup.”
Rosokan kecil kursi terdengar. Seo Rin mulai gemetar. “Ki Young Oppa… apakah Jin Hwa… sudah…”
“Tidak perlu kalian tahu detailnya.” Ki Young mendekat sedikit, membuat mereka hampir mundur spontan. “Yang perlu kalian tahu adalah, siapa pun yang berniat meniru langkah Jin Hwa… akan mendapat akhir yang sama.”
Tidak ada suara. Bahkan napas pun seolah berhenti. Ki Young melanjutkan, lebih dingin daripada sebelumnya
Tatapannya pindah dari satu ke lainnya.“Entah kalian datang dengan cinta, ketakutan, atau karena diperintah musuh… aku bisa membedakan mana yang ingin hidup damai dan mana yang berbahaya.”
Ia berhenti tepat di samping Raju.
Kata-kata berikutnya bukan teriakan, bukan ancaman kasar, justru tenang, halus, namun membuat darah siapa pun membeku.
“Jadi aku ulangi, Kalau ada yang mencoba menyentuh Raju… menyakitinya… atau menggunakan kesempatan untuk menerkamnya seperti Jin Hwa, aku sendiri yang akan menghabisi kalian.”
Beberapa dari mereka menunduk spontan.
Min Seo Rin langsung bercicit kecil. “K-Ki Young Oppa.. kami tidak berniat begitu… hanya ingin tahu kabarnya…”
“Dan kau sudah tahu,” jawab Ki Young dingin.
Choi Da Hee menghela napas, memaksakan senyum lembut. “Ki Young, tidak ada di antara kami yang ingin membuat masalah. Tapi Raju… dia bagian dari kami juga. Kami hanya ingin tahu Apa dia baik-baik saja”
Ki Young melirik Raju sebentar, lalu menjawab, “Dia cukup baik.”
Jawaban singkat, tapi cukup untuk membuat sebagian besar dari mereka tenang, kecuali Da Hee, yang tatapannya tampak semakin tajam, seolah ia menyadari sesuatu di antara kata-kata itu.
Eun Bi justru mendekati Raju dengan ketulusan khasnya. “Kalau kau butuh teman bicara, bilang saja. Kami di sini.”
Raju tersenyum kecil. “Terima kasih…”
“Tapi jangan ganggu dia malam ini,” Ki Young menambahkan tanpa ekspresi. “Aku ingin dia beristirahat.”
Choi Da Hee mengangguk. “Baik”
Para wanita bubar perlahan, masih berbisik-bisik tentang apa yang terjadi, namun tidak berani lebih dari itu.
Begitu mereka pergi dan ruangan menjadi sepi, Ki Young menatap Raju.“Naik. Aku ingin bicara.”
Raju mengerjap. “Denganku?”
“Tentu saja denganmu,” jawab Ki Young datar. “Atau kau kira aku memanggil istri lain?”
Raju mengikuti di belakangnya menuju lantai dua. Padahal mereka begitu lama di perjalanan, tapi setiap berbicara harus ada waktu tersendiri.
Setiap langkah terasa seperti membawa pertanyaan baru. Begitu mereka tiba di kamar Raju, Ki Young menutup pintu.
Sunyi.
Ia bersandar pada meja, menatap Raju seperti sedang membaca halaman kosong.“Aku tahu kau memikirkan ucapan Kakek,” katanya akhirnya. “Termasuk… omong kosong tentang ‘bom waktu’ yang kudengar dari Jin Hwa”
Raju mencengkeram ujung pakaiannya. “Aku tidak..”
“Tapi aku tidak bodoh.” Ki Young memotong. “Aku tahu Jin Hwa ingin memancingku mencurigai mu.”
Raju menunduk. “Lalu… apakah berhasil?”
Ki Young terdiam lama. Cukup lama hingga Raju menggigit bibir, jantungnya berdetak keras.
Akhirnya, Ki Young mendekat, tatapannya langsung menusuk.“Aku lebih tahu kapan seseorang berbohong. Dan kau… masih terlalu polos untuk menyembunyikan niat jahat.”
“…Terlalu polos?” Raju mengangkat wajahnya, bingung.
“Ya.” Ki Young berhenti tepat di depannya. “Tapi tetap saja. Ada sesuatu dalam dirimu yang… berbahaya.”
Raju membeku. “Berbahaya… bagaimana?”
Ki Young tidak menjawab langsung. Pandangannya turun ke tangan Raju, tangan yang kemarin mencengkeram tongkat kayu, menyerang Jin Hwa dengan kelincahan yang tidak wajar.
“Saat kau melawan Jin Hwa… matamu berbeda.”
Raju menelan ludah.
“Aku belum tahu apa maksudnya.” Ki Young berkata lebih pelan. “Dan aku belum tahu memercayai intuisi atau membiarkannya lewat.”
Ia mundur selangkah. “Tapi satu hal pasti, aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu. Musuh, pendamping, atau istri lain.”
Kalimat itu terasa seperti perlindungan sekaligus ancaman.
“Dan itu… bukan karena kau istimewa.” Ki Young menambahkan dingin. “Tapi karena aku harus menjaga janji selama dua tahun. Setelah itu… baru kita lihat.”
Raju hanya menatapnya. Sakit? Sedikit.
Mengecewakan? Juga sedikit.
Tapi entah kenapa, ia lega Ki Young jujur.
Ki Young menghela napas, wajahnya menegang kembali. “Besok kita ada pertemuan keluarga. Semua istri hadir. Termasuk kau.”
Raju mengangguk.
“Dan jangan berpikir sendirian malam ini,” Ki Young memperingatkan. “Memori yang tidak bisa kau ingat bukan hal yang harus dipaksakan. Itu kata-kataku dulu, dan tetap berlaku.”
Setelah itu ia melangkah keluar, membuka pintu.
Sebelum menutup, ia menoleh sedikit. “Jaga dirimu, Nyonya Jang.”
Pintu tertutup.
Raju memejamkan mata. Ia ingin bertanya banyak hal, tentang Jin Hwa, tentang dirinya, tentang ingatan samar yang muncul saat mendengar tembakan kemarin, tetapi tidak ada jawaban malam ini.
Yang ada hanya satu bisikan kecil dari hatinya.
Apa benar aku… bom waktu? Dan jika iya,
Meledaknya akan menghancurkan siapa?
Bersambung..