Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Tangan Reyhan perlahan menangkup wajah Sabrina yang lembut, jemarinya mengeksplorasi kontur pipi dan dagu Sabrina sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya. Tak lama kemudian, bibir Reyhan menempel pada bibir Sabrina, membuat tubuh Sabrina menegang kaku tak berdaya. Reyhan tersenyum kecil, tersadar bahwa Sabrina belum pernah berciuman sebelumnya.
"Ikuti aku, Sabrina," bisik Reyhan dengan suara lembut, mengajak Sabrina untuk merasakan ciuman yang penuh gairah itu. Dengan pelan dan lembut, Reyhan menggerakan bibirnya pada bibir Sabrina, mengajari Sabrina bagaimana cara berciuman yang benar.
Pada awalnya, Sabrina kesulitan mengikuti gerakan bibir Reyhan, namun perlahan ia mulai mengerti dan bisa menggerakkan bibirnya seirama dengan bibir Reyhan yang tak henti melumat bibirnya. Sabrina mulai menikmati ciuman itu, merasakan sensasi baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Dengan perlahan, Sabrina memejamkan matanya, menyerahkan diri pada kenikmatan ciuman Reyhan.
Mereka terus berciuman, saling merasakan kehangatan dan kelembutan bibir masing-masing Hingga akhirnya, keduanya terpisah, tersadar bahwa mereka telah melangkah lebih jauh dari sebelumnya. Wajah Sabrina memerah tak bisa ia sembunyikan. Ciuman itu telah mengubah hidupnya.
Sabrina duduk di meja makan siang di kantin kantor, pikirannya tak bisa fokus pada makanan di depannya. Wajahnya bersemu merah, mengingat beberapa saat yang lalu dirinya dan Reyhan baru saja berciuman di ruang kerja. Ia tak menyangka bahwa ciuman pertamanya akan diambil oleh Reyhan.
Di seberang meja, Amanda menatap sahabatnya dengan heran. Sabrina yang sedang makan siang bersamanya tampak terus tersenyum-senyum sendiri dengan wajah merahnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Sabrina hari ini, namun tak tahu apa penyebabnya.
Tiba-tiba, Sabrina merasa tatapannya bersinggungan dengan pandangan Reyhan yang juga sedang makan siang bersama karyawan lain di meja yang berbeda. Pria itu tersenyum padanya, memperlihatkan pesona yang membuat Sabrina semakin salah tingkah. Hatinya berdebar kencang, tak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Sabrina, ada apa denganmu hari ini?" tanya Amanda penasaran, menghentikan kegiatannya memotong ayam goreng.
"Eh, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit... tidak jadi" sahut Sabrina mencoba menjelaskan, namun tak mampu menyembunyikan perasaan canggung yang menyeruak.
Amanda mengangkat alisnya, menduga bahwa pasti ada sesuatu yang terjadi antara Sabrina dan Reyhan. Ia mengingat saat masuk ruangan Sabrina untuk mengajak makan siang ada Reyhan di sana, mereka sedang berdiri dengan saling canggung.
Namun, ia memutuskan untuk bertanya lagi nanti dan kembali fokus pada makan siangnya. Sementara itu, Sabrina mencoba menenangkan hatinya dan kembali fokus pada makanan di hadapannya, meski sulit untuk mengesampingkan perasaan yang masih menggelayut karena ciuman pertama yang tak terlupakan bersama Reyhan.
"Sekarang ceritakan padaku apa yang telah terjadi antara kau dan Reyhan?" Tanya Amanda dengan tingkat penasaran yang tinggi saat keduanya telah selesai makan, mereka sedang berjalan menuju ruang kerja kembali.
"Bukan apa apa" ucap Sabrina, terlihat sekali menghindari pembicaraan.
"Ayolah ceritakan padaku" rengek Amanda dengan begitu kekeh.
Sabrina mendengus kesal, sahabatnya yang satu ini tidak akan berhenti sebelum keinginanya tercapai.
"Ayolah Sabrina" rengek Amanda.
Sabrina tampak bimbang, dengan ragu ragu dan malu ia membisikan sesuatu pada Amanda.
"What!!!!!" Pekik Amanda denfan suara kerasnya membuatnya menarik perhatian para karyawan yang sedang berlalu lalang.
Sabrina sangat panik mendapati respon Amanda yang berlebihan.
"Kurang keras" ucap Sabrina memukul lengan Amanda.
"I'm sorry aku hanya terkejut" ucap Amanda dengan cengiranya.
"Jadi kalian???" Ucap Amanda menggoda Sabrina.
"Diamlah" ketus Sabrina berlalu pergi meninggalkan Amanda yang terkekeh geli melihat Sabrina yang sejak tadi salah tingkah.
Ketika bel tanda jam pulang kantor berbunyi, Reyhan segera merapikan meja kerjanya dan dengan langkah riang ia berjalan menuju ke lobi. Sabrina selalu menunggunya di sana untuk pulang bersama. Kali ini pun, dia yakin Sabrina sudah menunggunya di lobi seperti biasanya.
Sesampainya di lobi, benar saja, Sabrina sudah berada di sana. Namun ada yang berbeda hari ini. Sabrina tidak sendiri seperti biasanya. Wanita itu sedang berbicara dengan seorang pria yang tidak dikenal oleh Reyhan. Raut wajah Reyhan berubah penasaran, namun ia mencoba untuk bersikap seperti biasa. Dia berdiri agak jauh dari mereka, menunggu Sabrina selesai berbicara.
Sementara menunggu, Reyhan tak sengaja mendengar bisikan para karyawan yang lewat. Mereka membicarakan pria yang sedang berbicara dengan Sabrina, katanya pria itu adalah mantan tunangan Sabrina.
"Bukankah pria itu mantan tunagan mis Sabrina??
"Benarkah, ah iya aku mengingat gosip yang beredar dulu, gosipnya mis Sabrina di tinggalkan oleh tunanganya karna pria itu lebih memilih bersama saudara tiri mis Sabrina bukan??
Reyhan semakin penasaran dan entah mengapa perasaannya jadi tidak enak.
"Iya, yang aku dengar juga begitu, tapi mengapa pria itu bersama mis Sabrina saat ini?
"Tentu saja karna Mis Sabrina telah berubah menjadi wanita yang cantik dan anggun, semua pria pasti tertarik padanya, dasar laki laki"
Diam-diam, Reyhan melirik ke arah Sabrina dan pria itu. Sabrina tampak tidak welcome dengan pria itu, Rasa penasaran Reyhan kini bercampur dengan rasa tidak suka dan cemburu.
"Mengapa kau tidak menjawab panggialn atau pesan dariku Sabrina?" Tanya Niko, Sabrina terkejut saat sedang menunggu Reyhan, Niko datang dan langsung mencecarnya.
"Untuk apa kau kemari Niko?" Tanya Sabrina dengan tak suka.
"aku sudah mengirimi muu pesan puluhan kali untuk mengajak bertemu, mengapa tak kau balas, akhirnya aku memutuskan untuk menemuimu disini" ucap Niko.
"Ada apa, aku tidak ada waktu membalas pesan yang tidak penting" ucap Sabrina tanpa basa basi.
"Sabrina bisakah kita bicara, ada sesuatu hal yang ingin aku katakan padamu" pinta Niko.
"Bicara apa?, aku rasa kita hanya orang lain dan tidak ada sesuatu yang perlu kita bahas" ucap Sabrina.
"aku mohon Sabrina, ada hal yang perlu aku bicarakan padamu" mohon Niko.
Sabrina mendengus kesal pada Niko, ia merasa ia dan Niko hanya orang asing dan tidak ada hal yang ahrus mereka bicarakan, saat menoleh Sabrina menyadari kehadiran Reyhan, gara gara Niko ia lupa bahwa dirinya sedang menunggu Reyhan.
"Maaf Niko aku harus pulang, kekasihku sudah menunggu" pamit Sabrina meninghalkan Niko.
"Hai sudah menunggu lama, maaf"
"Tidak terlalu, tak perlu meminta maaf" ucap Reyhan.
"ayo pulang" ajak Sabrina dengan senyum, Niko menatap mereka dalam diam, melihat Reyhan dan Sabrina yang semakin jauh.
Reyhan dan Sabrinapun berjalan pulang bersama, namun kali ini Reyhan terdiam sepanjang perjalanan. Pikirannya masih terus melayang pada pria yang tadi berbicara dengan Sabrina, dan rasa penasaran dan ketidak sukaan yang menghantuinya. Keterdiaman Reyhan membuat Sabrina heran, sepanjang perjalanan Reyhan hanya diam membuat suasana kembali canggung.
"Reyhan ada apa?, apa ada sesuatu, mengapa kau hanya diam?" Tanya Sabrina saat mereka sampai.
"Tidak ada aku hanya lelah" jawab Reyhan dengan senyum tipisnya, ia tak tahu apa yang saat ini ia rasakan.
"Baiklah segera pulang dan hati hati di jalan sebentar lagi akan turun hujan" ucap Sabrina. Reyhan memgangguk berpamitan pada Sabrina.
"See you" ucap Sabrina, ia menatap mobil Reyhan yang berlalu menjauh pergi.
Reyhan memikirkan apa yang tenfah terjadi pada dirinya mengapa ia tak suka melihat Sabrina berhicara dengan mantan tunanganya, Reyhan baru bekerja tiga tahun di kantor Sabrina, tentu saja ia tak tahu cerita atau gosip gosip yang ada saat dirinya belum ada di kantor tersebut.
Reyhan mengumpat kesal saat mobilnya mogok di tengah jalan padahal jarak dengan apartementnya sebentar lagi sampai, dengan kesal Reyhan memutuskan untuk berjalan kaki saja untuk pulang.
Kesialan terjadi pada Reyhan kembali, saat Ia memutuskan untuk berjalan kaki melewati gang-gang kecil menuju apartemennya. Namun, nasib buruk belum berakhir baginya. Hujan turun dengan sangat derasnya, membuat pakaian Reyhan semakin basah dan berat.
Dengan langkah gontai, Reyhan merasa hari ini adalah hari sial baginya. Ia memutuskan untuk berteduh di depan sebuah toko yang sudah tutup. Tubuhnya menggigil kedinginan, dan ia mencoba mengusap air yang mengalir di wajahnya. Reyhan menatap langit yang gelap, merasa putus asa dan bertanya-tanya kapan hujan akan berhenti.
"Ah sial, kapan berhentinya, apa hari ini hari kesialanku" ucap Reyhan dengan kesal.
Akhirnya, setelah beberapa saat, hujan mulai mereda. Reyhan menghela napas lega dan melanjutkan perjalanan kaki menuju apartemennya. Setibanya di sana, ia langsung menuju kamar mandi untuk mandi air hangat guna menghangatkan tubuhnya yang beku. Sambil menggigil, ia berharap bahwa sisa hari ini tidak akan menambah deretan nasib buruk yang ia alami.