"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."
Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.
Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.
Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13: The Broken Contract
Pagi setelah konferensi pers itu terasa seperti sisa-sisa ledakan nuklir. Di dunia luar, internet seolah terbakar. Tagar nama Wonyoung dan Sunghoon membanjiri tren global dengan jutaan cuitan yang bercampur antara rasa tidak percaya, kemarahan, dan dukungan histeris. Namun, di dalam lantai eksekutif gedung agensi yang kedap suara, suasananya jauh lebih mematikan daripada keributan netizen.
Di atas meja kayu ek yang panjang, tumpukan kertas setebal lima inci dilemparkan dengan kasar. Itu adalah dokumen kontrak kerja sama antara Starship dan HYBE, serta kontrak individu Wonyoung dan Sunghoon.
"Kalian tahu apa artinya ini?" suara Mr. Oh terdengar rendah, namun setiap katanya mengandung getaran frekuensi Void yang membuat lampu di ruangan itu berkedip. "Kalian telah melanggar klausul paling suci dalam industri ini: Morality and Professionalism."
Wonyoung duduk tegak, tangannya terlipat di depan dada. Ia tidak menggunakan riasan hari ini, wajahnya yang pucat namun tegas menatap langsung ke mata Mr. Oh. "Klausul itu dibuat untuk manusia, Mr. Oh. Kita berdua tahu bahwa kontrak ini hanyalah formalitas untuk menutupi eksploitasi energi yang kau lakukan pada kami."
"Berani sekali kau," desis salah satu pengacara Mr. Oh yang sebenarnya adalah Void Apostle yang menyamar.
Sunghoon menyandarkan tubuhnya, tampak sangat tenang meski ia tahu karier yang ia bangun dengan tetesan keringat selama bertahun-tahun sedang berada di ujung tanduk. "Jika kau ingin memutus kontrak kami, lakukan sekarang. Tapi ingat, tanpa kami, panggung Blood Moon Festival hanyalah panggung kosong. Kau butuh energi Sync kami untuk membuka portal itu, bukan?"
Mr. Oh terdiam sejenak. Ia menyeringai, sebuah ekspresi yang tampak sangat tidak manusiawi. "Kau pikir aku akan membiarkan kalian pergi semudah itu? Tidak. Aku tidak akan memutus kontrak kalian. Sebaliknya, aku akan memperketatnya."
Ia menjentikkan jarinya. Tumpukan kertas tadi terbakar oleh api ungu dan berubah menjadi lembaran perkamen kuno yang mengeluarkan aroma darah.
"Ini adalah The Blood Contract. Secara hukum manusia, kalian tetap idola. Tapi secara hukum Hunter, kalian sekarang adalah budak panggungku. Jika kalian mencoba melarikan diri atau menolak tampil di Wedding Stage besok malam, jantung seluruh member grup kalian, IVE dan ENHYPEN akan berhenti berdetak dalam satu detik."
Wonyoung dan Sunghoon tersentak. Mereka menoleh ke arah jendela besar yang memperlihatkan ruang latihan di bawah. Di sana, melalui layar monitor keamanan, mereka melihat Leeseo, Ni-ki, Eunchae, dan member lainnya sedang berlatih di bawah pengawasan ketat para penjaga bersenjata yang memegang alat penekan frekuensi jantung.
"Kau... kau menyandera mereka?" suara Wonyoung bergetar karena amarah.
"Aku menyebutnya 'jaminan kerja sama'," balas Mr. Oh. "Sekarang, keluar dari sini. Pergilah ke asrama masing-masing. Hadapi fandom kalian yang sedang hancur. Rasakan kebencian mereka. Itu akan menjadi energi negatif yang sangat lezat untuk portal besok malam."
Saat Wonyoung kembali ke asrama IVE, pemandangannya sangat menyedihkan. Ribuan karangan bunga duka cita (sebagai bentuk protes fans yang kecewa) berjejer di depan gerbang. Beberapa fans berdiri dengan poster bertuliskan "Wonyoung Betrayal".
Di dalam asrama, suasana tidak kalah tegang. Yujin sedang mencoba menenangkan Leeseo yang menangis karena ketakutan setelah melihat penjaga bersenjata di agensi.
"Eonni, apa kita benar-benar akan hancur?" tanya Leeseo sambil terisak.
Wonyoung memeluk adik bungsunya itu erat-erat. "Tidak, Leeseo-ya. Tidak akan ada yang hancur. Aku berjanji."
Yujin menatap Wonyoung dengan tatapan yang sangat dalam. Sebagai sesama Hunter, ia tahu beban yang sedang dipikul Wonyoung. "Wonyoung-ah, Jake mengirim pesan melalui jalur bawah tanah. Sunghoon sedang dalam tekanan berat di asrama ENHYPEN. Beberapa member mereka sangat marah karena merasa Sunghoon egois melakukan skandal itu tanpa diskusi."
"Aku harus bertemu dengannya," ucap Wonyoung.
"Kau gila? Asrama kita dikepung jurnalis dan fans! Kau tidak bisa keluar selangkah pun!" seru Gaeul.
"Aku tidak akan keluar sebagai Wonyoung," jawab Wonyoung. Matanya berkilat ungu. "Aku akan keluar sebagai bayangan."
Di asrama ENHYPEN, situasinya hampir sama buruknya. Jay dan Sunoo sedang berdebat keras tentang masa depan grup, sementara Sunghoon mengunci diri di kamarnya.
Tiba-tiba, suhu di kamar Sunghoon turun drastis. Partikel cahaya perak muncul dari udara kosong, membentuk sosok Wonyoung yang tampak transparan—teknis Astral Projection.
Sunghoon yang sedang duduk di lantai dengan kepala tertumpu di tangan, mendongak. "Kau seharusnya tidak menggunakan energi untuk ini, Wonyoung."
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Wonyoung lembut. Ia duduk di samping sosok Sunghoon, meskipun ia tidak bisa menyentuhnya secara fisik.
"Buruk. Ni-ki sangat ketakutan. Heeseung-hyung mencoba bersikap tegar tapi aku tahu dia kecewa," Sunghoon menghela napas, wajahnya tampak sangat lelah. "Kontrak darah itu... Mr. Oh benar-benar tahu kelemahan kita. Dia tahu kita tidak akan pernah membiarkan member kita terluka."
"Sunghoon, dengarkan aku," Wonyoung menatap mata biru Sunghoon yang meredup. "Kontrak itu mengikat jantung fisik mereka, tapi ia tidak bisa mengikat energi Genesis kita. Han (Klan Bumi) sudah memberikan pecahannya. Jika kita bisa melakukan Triple Sync dengan Han di tengah panggung besok, kita bisa memutus rantai kontrak darah itu."
"Tapi risikonya adalah kita akan kehilangan keabadian kita, Wonyoung. Jika Sync itu berhasil menghancurkan portal, kita akan menjadi manusia biasa. Kau siap kehilangan status 'Star Enchanter' mu?"
Wonyoung tersenyum, kali ini senyumnya terasa sangat damai. "Tiga ratus tahun adalah waktu yang sangat lama untuk menjadi idola, Sunghoon-ssi. Aku rasa... aku ingin tahu rasanya menua bersamamu sebagai manusia biasa."
Sunghoon tertegun. Kalimat itu lebih kuat daripada mantra sihir mana pun. Ia mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh proyeksi wajah Wonyoung. Ujung jarinya merasakan sensasi hangat yang samar.
"Kalau begitu, mari kita buat panggung Wedding Stage itu menjadi panggung pembebasan kita," ucap Sunghoon dengan tekad yang kembali membara.
Keesokan harinya, persiapan Blood Moon Festival mencapai puncaknya. Di stadion utama Seoul, sebuah panggung raksasa berbentuk altar kuno telah dibangun. Di puncaknya, terdapat sebuah lingkaran besar yang terhubung dengan ribuan kabel optik yang akan menyalurkan energi ke langit.
Para member IVE dan ENHYPEN dikumpulkan di belakang panggung. Mereka semua mengenakan kostum serba putih dengan aksen mawar merah yang tampak seperti tetesan darah, sebuah simbol dari The Broken Contract.
Jake dan Yujin bertugas mengoordinasikan posisi para member agar mereka membentuk formasi "Pentagram Pelindung" secara rahasia saat pertunjukan berlangsung.
"Jay, Gaeul, kalian di posisi sayap. Pastikan kalian menetralisir setiap monster yang mencoba mendekati penonton saat portal terbuka," instruksi Yujin.
"Bagaimana dengan Han?" tanya Jay.
"Dia sudah masuk ke dalam tim penata rias. Dia akan berada di bawah panggung, tepat di titik tengah Sync kalian," jawab Jake.
Tiba-tiba, Mr. Oh muncul di area belakang panggung. Ia mengenakan jubah kebesaran Hunter pengkhianat. "Waktunya pertunjukan, anak-anakku. Ingat, setiap nada yang kalian nyanyikan, setiap langkah tari yang kalian ambil, adalah kunci untuk membuka gerbang. Jika kalian melakukan kesalahan... kalian tahu apa yang terjadi pada jantung mereka."
Wonyoung menatap teman-temannya satu per satu. Ia melihat ketakutan di mata Leeseo, namun ia juga melihat keberanian di mata Sunghoon.
"Ayo lakukan ini," ucap Wonyoung.
Saat mereka melangkah naik ke panggung, suara gemuruh dari jutaan penonton yang membenci sekaligus mencintai mereka menyambut. Langit di atas Seoul mulai berubah warna menjadi merah pekat. Bulan purnama perlahan-lahan tertutup oleh bayangan bumi, menciptakan fenomena Blood Moon.
Wonyoung dan Sunghoon berdiri di tengah altar. Di bawah sorotan lampu panggung yang menyilaukan, mereka bukan lagi idola yang sedang berakting. Mereka adalah dua pejuang yang sedang menari di atas jurang kehancuran.
Musik dimulai—sebuah melodi yang gelap, megah, dan menghipnotis. Penonton terdiam, terpaku oleh aura yang terpancar dari panggung. Ini bukan lagi konser K-Pop biasa. Ini adalah sebuah ritual yang disiarkan secara langsung ke seluruh planet.
Wonyoung meraih tangan Sunghoon. Saat kulit mereka bersentuhan, kontrak darah di pergelangan tangan mereka membara, mencoba menahan energi mereka. Namun, dari bawah panggung, Han melepaskan energi klan Bumi.
Syncing...
80%...
90%...
"Sekarang!" teriak Sunghoon dalam pikirannya.
Pecahan ketujuh di dada Leeseo dan pecahan lainnya di saku para member mulai bersinar serempak. Mereka bukan lagi individu yang terpecah oleh kontrak, melainkan satu kesatuan yang utuh.
Di detik itu, portal di atas stadion terbuka lebar, memperlihatkan kegelapan The Void yang mengerikan. Namun, alih-alih memberikan energi kepada portal, Wonyoung dan Sunghoon justru menarik energi kegelapan itu masuk ke dalam tubuh mereka sendiri untuk dimurnikan.
"Kontraknya... retak!" teriak Jake.
Namun, Mr. Oh menyadari rencana mereka. Ia mengangkat tongkatnya, bersiap melepaskan serangan balik yang mematikan ke arah para member yang lemah.